NHK Studio Park

7 Nov

Tanggal 3 November Hari Kebudayaan. Seperti yang pernah kutulis di “Hari Libur“, persentasi kecerahan hari ini setiap tahunnya konon mencapai 80% cerah. Nah karena itu tepat sekali jika hari Kebudayaan ini dijadikan waktu untuk mengadakan festival universitas. Dua universitas S dan W tempatku bekerja juga mengadakan festival, sehingga libur. Dan sudah sejak seminggu lalu, Riku membawa sebuah pamflet mengenai festival yang akan diadakan di NHK. Teman sekelasnya memang ada yang menjadi personil karakter di TK NHK, yang tampil setiap hari dalam acara “Shakkin”. Jadi temannya mengajak Riku datang, tentu untuk bertemu dia. Sayangnya dia tidak memberitahukan kapan tepatnya dia muncul 🙁

Karena papa Gen bekerja hari Sabtu itu (di universitas tempat kerjanya juga ada acara festival), aku berjanji untuk mengantar Riku ke studio NHK, tentu bersama Kai. Hitung-hitung sekaligus nostalgia untukku, mengunjungi tempat part time jobku 18 th yang lalu. Dan aku sudah wanti-wanti bahwa harus siap jalan jauh. Aku tahu studio ini agak jauh dari stasiun Shibuya, meskipun aku juga tahu ada bus ke sana.

Kami berangkat dari rumah sekitar pukul 10, padahal rencananya pukul 9. Dan aku membuat satu kesalahan besar yang nantinya aku sesali, yaitu membawa ransel berisi 2 kamera. Awalnya sih memang tidak berat, tapi lama kelamaan menjadi berat, sampai suatu ketika aku merasa sakit di bagian diafragma perutku. Pelajaran lagi untukku supaya tidak memakai ransel, dan tidak perlu membawa kamera DSLR nya kalau bepergian tanpa mobil.

Sampai di Shibuya pukul 11…dan lapar. Hmmm aku tahu dari pamflet itu bahwa di sana dijual makanan ala festival juga sih, tapi daripada makan kecil-kecil yang tidak kenyang dan akhirnya jatuh mahal, kami bertiga “isi bensin” dulu di restoran Tsubame Grill (maaf papa, papa kerja, kami makan enak :D). Resto ini terkenal dengan daging hamburger yang disiram kuah beefstew lalu dibungkus allumunium foil dulu sebelum dipanggang. Resto ini merupakan karem (karena doyan) tempat aku dan Gen berkencan dulu waktu masih pacaran di Yokohama.

Setelah selesai makan siang yang mampu membuat kami bertahan terus sampai malam, kami langsung menuju pemberhentian bus khusus ke NHK Studio Park. Tujuan bus itu memang cuma satu, sayang biayanya cukup mahal, 210 yen untuk dewasa (harga biasa setiap naik bus di Tokyo) dan 50 yen untuk murid SD (harga khusus liburan, kalau hari biasa 110 yen). Semestinya bus itu memberlakukan satu orang 100 saja, pukul rata hehehe. (Ada bus community yang bisa dinaiki dengan membayar 100 yen saja). Tapi untuk masuk ke Festival itu khusus hari itu gratis (biasanya bayar 200 yen untuk dewasa, anak-anak sampai SMA Gratis)

Bus kami berhenti tepat di depan Studio Park yang di pintu depannya dipasang tempat loncat-loncat untuk anak-anak yang berbentuk karakter NHK pendidikan. Kai tentu saja ingin langsung pergi ke situ, tapi aduh deh, baru datang masak udah main ginian. Aku janji bahwa pulangnya akan mampir, tapi kita masuk dulu ke dalam. Kami masuk mengikuti panduan rute yang tertulis, dan melihat pameran kecanggihan NHK, serta studio-studionya. Di antara tempat-tempat itu yang menarik adalah ruangan pembuatan siaran berita. Di situ kami bisa mengetahui bahwa pembaca berita membaca dari TV yang tersedia di hadapannya, serta di samping studio itu ada operation room untuk mengatur penyinaran dan suara. Di sini aku dan Riku duduk sebagai pembaca berita dan difoto oleh Kai. Staff yang melihat bahwa Kai yang mengambil foto sempat ragu, seperti mau menawarkan untuk memotret, tapi dia sempat melihat hasil bidikan Kai yang bagus sehingga tidak jadi. Kai memang sedang sering malas difoto, dan lebih memilih untuk memotret. Aku senang juga bisa memperlihatkan Riku bagaimana berita itu dibuat, meskipun waktu aku berada dalam studio TV kebanyakan untuk diwawancara, bukan membaca berita.

Selain studio siaran berita, ada booth tempat untuk membuat dubbing animation, yang disebut dengan afureko (アフレコ) yang merupakan singkatan dari after recording. Istilah orang film adalah Isi Suara. Nah biasanya yang kutahu (pengalaman) kami tidak perlu berbicara pas persis dengan gerak mulut dari anime yang mau kita isi suaranya, karena itu tugas operator untuk menyesuaikannya. Asalkan masuk bicara sesuai dengan cue (tanda) yang diberikan. Nah di booth itu kami bisa mencoba untuk mengisi suara anime yang ada. Sayangnya Kai belum bisa membaca naskahnya, sehingga aku dan Riku yang mencoba. Tentu Riku belum pernah mengisi suara sehingga tidak tahu harus bagaimana, jadi mendapat kategori “lumayan” (Kalau aku tentu saja kampeki “sempurna”). Ternyata memang beda ya, yang sudah pernah masuk studio dan yang belum pernah.

Kami juga melewati lorong yang memamerkan sejarah NHK sendiir, termasuk barang-barang yang pernah dipakai dalam pembuatan film. Ada maket tentang pembuatan drama sejarah yang menunjukkan detil jumlah staff dan kamera yang dipakai.  Kecuali baju kimono yang tergantung, bagian ini dilewati Riku dan Kai tanpa antusias. Dan mereka gmbira waktu melihat karakter acara semacam chanel “discovery” yang bernama Darwin ga kita (Darwin datang!). Di sini diperkenalkan camera tanker yang bergerak leluasa mengambil setiap sudut dinosaurus, atau camera robot yang dipakai untuk memantau kehidupan di hutan. Jika ada manusianya, pasti binatang-binatang itu tidak mau mendekat, tapi dengan menggunakan robot, binatang akan tetap beraktifitas seperti biasa.

Setelah menyelesaikan rute kunjungan, kami keluar dan sesuai janjiku, aku membiarkan anak-anak bermain loncata-loncatan dalam balon berbentuk maskot NHK yang bernama Domo. Puas bermain, (tentu saja puas mengantri juga hehehe), kami berjalan menuju main stage, dan baru tahu bahwa jadwal kemunculan temannya Riku itu di awal acara, pukul 10 pagi. Ya legowo tidak bisa bertemu dia. Tapi sepanjang jalan anak-anak senang bisa bertemu dengan karakter-karakter dari daerah-daerah. Memang JA (Japan Ageiculture) berpartisipasi dalam acara ini, sehingga kami juga bisa membeli hasil kebun dari daerah-daerah di Jepang. Tapi aku tidak belanja sama sekali, karena berat euy bawanya 😀

Lalu kami melihat ada staff yang membagikan kertas berpita. Loh itu Stamp Rally! Ternyata ada rute khusus juga untuk stamp rally. Kalau kami bisa mengumpulkan cap 4 kata yang tercantum itu, kami bisa mendapatkan hadiah. Stamp rally ini sering dipakai di Jepang untuk “memaksa” orang mengunjungi semua sudut. Juga sering dipakai oleh JR (Japan Railway) dan perusahaan kereta api pada musim panas untuk “memaksa” anak-anak mengenal stasiun-stasiun pada jalur tertentu. Dan ini juga merupakan pemasukan tambahan bagi perusahaan. Karena untuk itu mereka harus membeli buku stamp dan membeli karcis di setiap stasiun. Cara ini kurasa bisa dipakai di Indonesia untuk promosi, daripada membagikan barang begitu saja dan tidak merata. Belajar sambil bermain intinya.

Karena sudah capek dan tidak ada lagi yang bisa dilihat, kami berjalan pulang  ke arah stasiun. Sebetulnya sambil mencari es krim, atau cafe yang bisa dipakai untuk duduk santai. Senang juga menyusuri jalan di Shibuya sambil cuci mata. Sampai kami menemukan Tobacco and Salt Museum yang hari itu gratis masuknya. Tapi kupikir ah buat apa memperlihatkan pada anak-anak, karena pasti lebih mempertunjukkan sejarahnya. Kami akhirnya berhenti duduk di samping toko GAP yang menyediakan tempat duduk dari lego. Kami duduk dan tidak lupa memotret lego yang dipamerkan di situ. Sebetulnya aku ingin belanja baju dalam thermal anak-anak di toko Uniqlo yang berada dekat situ, tapi ternyata di toko itu tidak ada bagian untuk anak-anak.

Akhirnya kami meninggalkan Shibuya dan langsung naik kereta ke Meguro. Aku minta anak-anak menemaniku ke gereja mengikuti misa bahasa Indonesia jam 5, padahal kami sampai di Meguro pukul 4 sore. Kami beristirahat di Baskin 31 sambil makan es krim deh. Ternyata gerai Baskin 31 di Meguro mempunyai areal tempat duduk yang cukup besar (dan sepi) sehingga kami bisa bersantai di situ.

Misa 1 jam terasa lama untuk anak-anak 😀 Karena sudah keluar rumah dari pagi, mereka tertidur dalam misa. Maaf ya Romo 😀 Yang pasti satu hari Sabtu itu melelahkan tapi… Riku mengatakan “Terima kasih ya mama. Hari ini menyenangkan sekali. Bisa jalan sama-sama!”. Hari Minggunya kami di rumah saja sementara papa Gen masih harus ke kantor. Kadang aku kasihan suamiku yang sampai tgl 13 nanti tidak ada liburnya sama sekali (Sabtu Minggu juga masuk). Jangan sakit ya pa.