Canggih tapi….

29 Sep

Masih lanjutan dari Budak Gadget deh, yaitu betapa tergantungnya kita, terutama warga Jepang terhadap Gadget. Di satu sisi aku menyayangkan jika kita menjadi budak gadget, sehingga tidak bisa hidup tanpanya, tapi di sisi lainnya, ternyata dalam hidup di kota metropolis megapolitan Tokyo ini kadang mau tidak mau HARUS menjadi budak gadget.

Pertama cerita dari adikku Tina. Dia pemakai iPh*ne memang, dan sudah lama. Maklum karena orang IT, dia tentu tahu segala macam yang berkaitan dengan komputer. Beli tiket juga kalau bisa dengan online. Memang akupun sudah lama e-shopping juga, tapi untuk yang murah-murah, sedangkan kalau membeli tiket online, baru 2-3 tahun terakhir. Lebih nyaman kalau lewat telepon, dan memang karena aku harus beli tiket untuk anak dibawah 12 tahun, biasanya harus lewat telepon karena ada special request. Tapi aku baru terbatas pada pembelian tiket saja. Setelah mendapatkan e-tiket, aku printout dan bawa ke counter check in, dan mendapatkan boarding pass yang dicetak. Pernah mau mencoba online check in, ternyata pasporku sulit terbaca, jadi stop deh daripada ada masalah macam-macam 😀 Langsung ke counternya saja.

Nah adikku ini sering online check in, dan ternyata dari Tokyo, boarding passnya bisa berupa QR code, tanpa kertas boarding pass. Waktu mau mengurus imigrasi pun tinggal kasih HPnya, lalu pihak imigrasi baca dengan reader… atau waktu mau boardingpun tinggal menyerahkan HP atau menempelkan permukaan HP yang ada QR Codenya di pintu otomatis yang bisa membaca code tsb. Tentu saja cara ini tidak bisa dipakai waktu kembali dari Jakarta ke Tokyo, harus dengan kertas printout.

Aku tidak punya smartphone. Telepon genggamku di Jepang, masih telepon biasa, meskipun bisa terima email dan browsing dengan internet. Ya pas-pasan lah. Aku beli HP bernama biblio ini karena sesuai namanya bisa dipakai untuk membaca e-book. Padahal kenyataannya, aku malas memakainya karena displaynya yang kecil. Juga aku sadar masih banyak fungsi lainnya yang belum kukuasai semaksimal mungkin.

Fungsi yang baru-baru ini aku pakai adalah mendaftar sebagai anggota gerai karaoke dengan beberapa kali mengirim email, sampai dinyatakan sebagai member, diberi “kartu anggota” virtual berbentuk QR Code (yang belum tahu QR Code, bisa lihat di side bar kiri ada QR Codenya Twilight Express) . Lalu sebelum masuk ruangan karaoke aku harus menyentuh QR Code itu di reader untuk menyatakan bahwa aku adalah anggota, supaya bisa dapat diskon khusus dan harga anggota. Akhirnya aku cukup terbiasa dengan penggunaan QR Code ini.

Nah, hari ini aku merasa “dikerjai” lagi oleh kecanggihan teknologi ini. Jadi ceritanya nanti tanggal 20 Oktober 2012( 28 Oktober) , di Tokyo  akan diadakan Tokyo International Film Festival (TIFF). Dan tentu saja ada beberapa film Indonesia yang akan ditayangkan di sana. Suamiku Gen memang suka sekali menonton Film. Waktu TIFF beberapa tahun yang lalu, dia pernah pergi sendiri untuk menonton pertunjukan film Ada Apa Dengan Cinta di TIFF dan melihat dengan langsung si Dian Sastrowardoyo dan Nicholas Saputra sebelum pemutaran film. Jadi dia selalu mengikuti informasi penyelenggaraan TIFF setiap tahunnya. Dari dia aku tahu ada film : Atambua 39 ⁰Celsius (Riri Riza),  Mata Tertutup (Garin Nugroho), Soegija (Garin Nugroho),  Kebun Binatang (Edwin),  Babi Buta Yang Ingin Terbang (Edwin),  Laskar Pelangi (Riri Riza),  Sang Pemimpi (Riri Riza). Wah ada tujuh film loh!

Sayang waktunya banyak yang tidak cocok bagi pekerja. Dan diantara 7 film itu, ada satu film yang harus aku lihat, yaitu Soegija (tentu saja karena aku katolik :D). Dan menurut daftar penayangan film, “Soegija” ini akan diputar pada hari pertama tanggal 20 Oktober, pukul 20:20. Konon Garin Nugroho sendiri akan datang sebelum pemutaran film. Wah aku tentu tidak mau kehabisan tiket, kalau perlu beli tiket sebelumnya dulu. Nah waktu mau membeli tiket itulah aku merasa “dipermainkan” oleh gadget! Karena untuk pembelian tiket TIFF ini harus melalui sebuah situs yang bernama Ticket Board via website atau smartphone, dan sebelumnya harus menjadi anggota dulu (gratis sih). Dan kalau membaca peraturan pembeliannya satu HP hanya bisa membeli maximum 2 tiket saja. Wah kok angel (susah) ya. Sepertinya mereka akan mengirimkan tiket dalam bentuk QR Code sebagai tanda masuknya. Tadi aku sudah mencoba mendaftar menjadi anggota pakai bahasa Jepang, dan lumayan nyebelin 😀 Dan berhubung penjualan tiket TIFF itu baru dibuka tanggal 6 Oktober nanti, aku belum bisa mengetahui proses pembeliannya. Sepertinya kalau tidak bisa membeli dari website atau smartphone bisa sih menghubungi telepon khususnya. Kita lihat nanti saja apakah aku berhasil membeli online.

Tentu saja harapanku sebagai orang Indonesia, semoga banyak orang Indonesia yang tinggal di Tokyo bisa ikut meramaikan film-film Indonesia ini. Untuk mengetahui daftar film dan daftar penayangan bisa melihat website resminya yang berbahasa Inggris. Kita ketemu di Toho Cinemas Roppongi Hills ya 😉

19 Replies to “Canggih tapi….

  1. Wah ..kesampaian juga nonton film Soegija ya mbak.
    soal gadget mah aku kali mbak yang lebih gaptek, apalagi terbiasa ngandelin suami hehehe…
    Seru yah klo boarding pass pun ga pake print out. Irit kertas hehhee…

  2. Kalau aku walaupun lulusan IT tapi males aja menggunakan teknologi.. hihihi.. tapi masalahnya.. aku suka dengam bentul gadget baru.. jadilah aku suka ganti klo ada yg terbaru.. hihihi..

    Nah.. kalau pesan tiket pesawat online seh pernah.. apalagi tiket XXI lebih sering lagi.. soalnya kalau pesan online kita bisa pesan duluan dan posisinya ditengaj seh.. jadinya enak 😀

    Soal film keren memang yg dipilih yak.. aku pengen nonton atambua deh.. belum disiarin di indonesia tuh mbak..

  3. walah, aku lebih gaptek lagi mbak. hahaha. biasanya aku ngandelin oni sih kalau soal begitu. aku pengen tuh nonton film “mata tertutup”-nya garin. belom kesampaian. paling seru benernya kalau ada sutradaranya dateng dan ngasih semacam sambutan atau menyampaikan gagasan di balik film itu, atau cerita di balik layar. 🙂

  4. Semoga berhasil Mba Em pesen tiket nontonnya. Pasti surga deh kalo di Jepang sono make henpun canggih. Hehehe. apa-apa pasti lebih gampang jadinya.
    Kebanyakan nonton anime dari Jepang saya ini Mba Em. Suka mimpi kalo dunia terintegrasi gitu gimana ya rasanya. 😀

  5. Duuuhhhh…. Waktu minggu lalu mas Gen bilang soal festival film ini, aku ngiler loh mbak. Kadang sebal juga, koq festival filmnya cuma diadain di ibu kota doang 🙁

  6. Kalau untuk pembelian tiket pesawat, aku malah kebanyakannya beli online. Sekarang, tiket kereta api juga sudah bisa dibeli secara online. Benar-benar sangat membantu memudahkan pekerjaan dan menghemat banyak waktu.

    Untuk check in, beberapa maskapai di tanah air sudah menerapkan onlien check in, namun belum menggunakan sistem QR Code yang dikirim ke gadget kita. Sekarang ini, di Soetta, boarding pass sudah pakai QR Code. Jadi, kalau kita mau masuk ke ruang tunggu, harus melewati gate yang ada QR Code readernya.

  7. hahaha canggih malah bikin ribet ya mbak… ;P

    tapi emang jaman sekarnag, siapa ya gak ketergantungan ama gadget ya? terutama hp dan komputer.
    kalo keluar rumah kelupaan hp atau hp lowbat trus rasanya langsung hati gak tenang. gimana kalo sampe perlu telpon tapi gak ada hp? padahal dipikir2 dulu sebelum jaman hp, kita kemana2 gak ada hp juga gak kenapa2. hahaha.

  8. Gadget yg saya pakai lebih ketinggalan lagi Bu…
    Selain belum sampai ketergantungan, kayaknya saya memang belum memerlukan.
    Lagian kalau di kota kecil seperti saya juga untuk urusan apa…
    Kalau sarapan saya masih pakai IDR kontan… 😀

  9. aku pikir, aku pakai gadget, walaupun fiturnya banyak dan ada tambahan ini itu, rasanya kok yang aku pakai hanya buat nelpon dan kirim pesan aja ya he he..

    Wah..seneng dengar cerita tentang akan diadakannya Festifal Film dimana ada film Indonesianya juga. Semoga Filmnya bagus dan layak menang ya Mbak.. Dan semoga Mbak imelda berhasilmenontonnya..

  10. Wah, kayaknya film kita di budayakan disana ya Mbak. Begitupun orang2 yang tinggal ditanah air malah pesimis dengan film dalam negeri, padahal sekarang banyak yg bagus 🙂

  11. banyaknya orang2 sekarang malah berganti2 gadget padahal belum menguasai semua fitur yg ada secara maksimal, hanya ikut2an biar terlihat gaya dan trendy 🙁

    ttg film Soegiya, aku gak berkesempatan nonton sama sekali, sayang banget memang krn film ini sangat bagus menurut bebera[pa media yg membahasnya .
    salam

  12. kadang kadang memang kecanggihan teknology tidak selalu mulus.. saya yang kerja di perusahaan IT saja dan membuat beberapa aplikasi yang dipakai orang banyak saja ogah pakenya.. hehehehe

    Asyik juga bisa nonton film filem terbaik indonesia di jepang ya…. nice one…

  13. Wah, kalau aku mungkin megap-megap kalau terlalu canggih gitu hihihihi…

    Aku baru sekali dua kali belanja on line dan rada kecewa karena barang yg kudapat nggak secantik warna di fotonya…

  14. Kadang suka takut klo beli online di Indo, kan pada jago2 hacker tuh gosipnya Mba, hehe.. tapi klo di sini apa2 online mereka malah males klo beli ga ol gitu, buang2 waktu.. jadi terpaksa memberdayakan gadget deh 😀

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *