Lanjutan Kopdar Keluarga #1
Tadinya aku tidak mau memberikan judul yang sama dengan tulisan sebelumnya. Tapi ternyata banyak faktor yang mendukung untuk menempelkan kata ‘keluarga’ dalam tulisanku ini.
Setelah sempat nyasar untuk mencari alamat Dago Giri 90, kami hampir putus asa dan berniat untuk putar balik jalan yang telah kami daki cukup lama. Masalahnya nomor-nomor di situ tidak berurutan sama sekali. Tapi karena aku pernah melihat fotonya, aku tahu pasti bahwa perlu ketinggian yang cukup tinggi untuk mencapai tempat itu. Nah pas kami bermaksud untuk masuk sebuah jalan kecil untuk memutar itulah, aku melihat tulisan Dago Giri 90. Loh itu yang kami cari. Jadi kami menyusuri jalan kecil masuk ke perumahan. Ada sekitar 3 rumah di situ, dan kami menanyakan pada seorang kakek yang sedang menyusuri jalan yang sama.
“Pak ini menuju Warung Sitinggil?”
“Wah ngga tau… tapi dulu kalau tidak salah namanya Itempoeti tuh…”
“Oh ok pak…. benar kok”
Memang pemilik Warung Sitinggil yang akan kami tuju adalah Mahendra Itempoeti, seorang blogger juga. Aku ingin sekali berkunjung ke sini waktu melihat foto-fotonya pada saat launch buku “Perjalanan ke Atap Dunia” nya Daniel Mahendra. Karenanya aku sempat-sempatkan untuk mengunjungi warung ini pada mudik tahun ini.
Eh tahu-tahunya Warung ini adalah milik Sekar Utami, temanku di FB, yang istrinya Mahendra Itempoeti. Dan ternyata juga Sekar Utami adalah sepupu dari sahabatku Chandrakirti, yang sudah berteman sejak SD sampai SMA, bahkan sama-sama masuk Sastra (Dia sastra Inggris, aku sastra Jepang sih). Jadilah terasa lebih akrab dengan Mbak Ami. Eh ternyata juga waktu aku sudah ‘mendarat’ di warungnya, bertemu seorang pemuda. Mbak Ami bilang, “Itu adiknya Chandra loh…” Dan waktu si Mas Didit ini melihatku, “Novita ya?” Rupanya Didit ini sekelas dengan adikku di SMP. Loh…satu keluarga bisa satu almamater gitu :D. Ah, dunia memang kecil!
Tak lama setelah kami sampai di sini, Ata-chan dan Uda Vizon pun hadir. Keduanya bermobil dari Yogya semalam sebelumnya ke Bandung dengan tujuan memberikan kejutan juga pada Daniel. Senang sekali rasanya kedua tamu dari jauh bisa bergabung bersama di Bandung, di Warung Sitinggil. Pertemuanku dengan Ata-chan baru pertama kali, padahal kami sudah lama kenal lewat blog, sejak tahun 2008! Daniel dan Didien pun juga bergabung bersama. Didien yang temannya Ata-chan juga kukenal sudah lama, sejak awal-awal nge-blog. Dia baru menulis lagi setelah lama hiatus. Dan gongnya adalah kehadiran pak Hendra Grandis, yang aku sama sekali tidak tahu bahwa pak Grandis berencana akan datang. “Saya tidak mau janji dulu, takut tidak bisa memenuhi janji”, jadi aku cukup kaget melihat pak Grandis datang. Apalagi aku biasanya bertemu pak Grandis di kampus ITB, bersama pak Nanang Puspito, yang siangnya aku temui di Kartika Sari 😀
Oh ya, pak Grandis mengajak seorang putrinya bersama, dan dijemput juga oleh putrinya yang lain setelah buka…. Jadi pantas kan, jika aku katakan bahwa kopdar di Warung Sitinggil ini juga kopdar Keluarga? Kopdar Keluarga, bertempat di warung keluarga blogger, dengan suasana kekeluargaan sekali, seakan kami sudah biasa dan sering berkumpul bersama. Memang kalau dihitung waktu kami ‘bersama’ dalam dunia maya sebagai blogger, termasuk kategori blogger ‘tua’ :D.
Sebelum buka bersama kami sempat berfoto-foto bersama di lapangan luas yang membatasi kami dengan lembah, dan di kejauhan terlihat kota Bandung. Enaknya mempunyai lapangan luas yang bisa dipakai berlari-lari oleh Kai dan dia juga ‘menyapa’ anjing milik tuan rumah, yang tentu saja disambut dengan salakan.
Kami kemudian menyudahi acara berfoto untuk berbuka dengan es buah yang disediakan Mbak Ami. Sambil ngobrol, kami lanjutkan dengan makan malam, menu nasi bakar, ayam panggang dan goreng, serta lalapan. Makan dengan hidangan yang lezat dan pemandangan malam yang indah, bersama teman-teman …. dan udara mulai menjadi sejuk…. yummy sekali. Konon di sini waktu malam bisa mencapai 15 derajat!
Karena kami harus kembali ke Jakarta malam itu juga, dan ternyata Ata-chan masih mau cari kaos bola jadi kami bubar pukul 8 malam, sambil membawa bekal buku “Perjalanan ke Atap Dunia” menuju tempat tujuan masing-masing dan mengakhiri Kopdar Keluarga di Bandung.
Mungkinkah Kopdar Keluarga bisa dilaksanakan kembali tahun depan? Semoga……