Pemersatu

22 Mei

Aku selalu mengajarkan pada murid-muridku bahwa bahasa Indonesia adalah pemersatu bangsa Indonesia, yang memang mempunyai sekian banyak bahasa daerah untuk sekian banyak suku bangsa. Tapi bahasa itu memang skala “besar” dan “abadi”, sedangkan dalam kehidupan sehari-hari, kita sebenarnya butuh beberapa “rangsangan” untuk lebih merasakan persatuan bangsa. Suatu kegiatan atau acara atau apalah namanya yang dapat membuat satu negara ini merasakan sesuatu yang sama.

Padahal Indonesia punya banyak hari peringatan, yang setiap tahun, pada hari tertentu diperingati seluruh masyarakat. Entah dengan kegiatan besar seperti kegiatan hari Kartini yang sampai melibatkan anak TK berpakaian adat, atau kegiatan kecil yang “hanya” dirayakan oleh pegawai negeri dengan upacara bendera. Atau mungkin karena sudah terlalu sering, maka peringatan itu kehilangan maknanya? Hmmm semestinya tidak boleh kehilangan makna, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa menghargai sejarahnya, bukan? (Jangan jawab bukaaaaan yah hehehe)

Kemarin tanggal 21 Mei 2012, hampir seluruh penduduk Jepang menyaksikan gerhana matahari, annular eclipse. Seperti sudah diketahui, fenomena  gerhana matahari adalah suatu saat jika posisi bulan berada di antara bumi dan matahari dan bulan menutupi  menutupi sebagian atau seluruh cahaya matahari. Biasanya gerhana matahari berlangsung setahun 2 kali. Tapi gerhana matahari total atau gerhana matahari cincin amat sangat jarang bisa dilihat. Kali ini Jepang mulai dari selatan sampai utara, bisa melihat gerhana matahari cincin, yang merupakan kejadian bersejarah setelah 932 tahun (terakhir pada tahun 1080). Dari seluruh kota Jepang, Shizuoka (tempat gunung Fuji berada) dan Tokyo, beruntung dapat melihat gerhana matahari cincin yang sempurna (pas di tengah-tengah).

Aku memotret Riku yang sedang memotret gerhana matahari yang sedang terjadi di Kagoshima (selatan Jepang) dengan Nintendo DS nya. Saat itu di Tokyo matahari sudah seperti bulan sabit.

Sudah sejak sebulan sebelumnya media masa Jepang mengangkat topik ini, sehingga hampir seluruh masyarakat Jepang mengetahuinya. Tentu saja fenomena ini juga menjadi kesempatan untuk bisnis. Suamiku membeli sebuah majalah “Newton” yang mengulas tentang Gerhana Matahari Cincin lengkap dengan jadwal bisa dilihat pukul berapa di kota apa, serta sebuah kacamata khusus untuk melihat gerhana matahari. Harga majalahnya 1500 yen (+pajak jadi 1575 yen). Tapi banyak pula yang hanya membeli kacamata saja, seharga minimum 500 yen. Seorang teman FBku menulis: “Coba kita hitung-hitungan berapa untungnya pebisnis dengan adanya gerhana matahari cincin ini”. Tentu saja pasti untung!

Kai dibangunin kakaknya supaya melihat kejadian langka ini. Masih menguap deh 😀 Dia melihat dengan kacamata yang dijual bersama Majalah Newton yang dibeli Gen. Satu kacamata untuk berempat, gantian deh.

Meskipun pada hari H nya mendung menggelayut, gerhana matahari cincin dapat dinikmati oleh orang-orang yang ingin menjadi bagian dari sejarah. Belum tentu anak cucu kita bisa melihatnya lagi loh. Sampai-sampai ada beberapa sekolah yang menyuruh murid-muridnya datang lebih cepat (karena diperkirakan pukul 7:30 padahal hari biasa sekolah mulai pukul 8:30). Satu sekolah menyaksikan gerhana matahari cincin bersama, di halaman sekolah. Coba tuh, gerhana matahari bisa menjadi pemersatu!

Gerhana matahari cincin di Tokyo pada pukul 7:34 pagi. Aku tidak berani ambil foto karena katanya kamera/mata bisa rusak... cari amannya aja deh.

Dan hari ini tanggal 22 Mei, satu lagi “pemersatu” Jepang dibuka. Menara pemancar tertinggi di dunia, Sky Tree Tokyo (634 meter) diresmikan. Meskipun hujan dan udara dingin (16 derajat, turun 9 derajat dari kemarin), warga Tokyo mulai memenuhi pelataran Sky Tree di bawah payung sejak pukul 6 pagi. Pengunjung umum belum bisa masuk dan naik ke atas Sky Tree tanpa reservation sampai bulan Juli. Setelah itu baru pengunjung umum bisa masuk dengan membayar 3000 yen untuk naik ke tenboudai (observatory deck) tertinggi (350 meter). Diharapkan Sky Tree dapat menarik wisatawan untuk datang, dan menggeliatkan perekonomian Jepang yang sedang lesu.

So, kapan kopdar di Sky Tree? 😀

 

23 Replies to “Pemersatu

  1. kopdar di sky tree? sementara kita kopdar di sky diningnya pelangi dulu aja ya mbak xixixi

    aku malah gak ngeuh lho ada gerhana matahari kemarin ini
    taunya ya dari fbnya mbak itu lho
    rupanya ada toh alasannya makanya mbak ga pajang foto spt purnama raya tempo hari ya 😀
    takut kamera/matanya rusak hehehe

  2. aku ingat dulu waktu gerhana matahari, aku masih kecil. lalu dilarang keluar rumah. suasana kota jadi sepi. kami ramai-ramai nonton televisi. 🙂

    itu kai lucu banget siiih!

  3. Undangan (sengaja …) kopdar di Sky Tree, trimakasih jeng. Banyak peristiwa sabagai sarana pemersatu ya. Salut dengan melihat gerhana di sekolah, pembelajaran langsung dari peristiwa alam sebagai laboratorium alam. Salam

  4. Lebih tertarik dengan gerhana bulan dibandingkan dengan gerhana matahari saya mah. 😀

    Wah, nanti dorama-dorama bakalan beralih nih “icon” kotanya. Dari Tokyo Tower menjadi Tokyo Skytree ini. Wuih, tinggi banget yak towernya. Kapan Indonesia punya tower tinggi semacam ini, yak? 😀

  5. Saya termasuk beruntung karena pernah melihat gerhana matahari total yang entah akan berulang tiap berapa ratus tahun sekali.

    Foto Sky Tree nya kok nggak ada Bu?

  6. Lucu-lucu sekali anak-anak waktu melihat gerhana mataharinya. Sama dengan hampir sebagian besar komentator, ketinggalan beritanya.

    Ditunggu ya Imelda san foto-foto dari Sky Tree nya.. 🙂

  7. saya dulu juga pernah lihat gerhana total seperti itu… wah betul bahasa indonesia adalah bahasa pemersatu… ternyata gerhana matahari juga bisa jadi pemersatu ya…

    doakan bisa ke sky tree bisa kopdar..

  8. Maunya sih sekarang kopdar di Sky Tree, hihihi…
    Wah mahal banget yo, 3000 yen, monas aja gak nyampe 10 ribu kayaknya hihihi 😀
    Di sini gk bisa liaaat gerhanaaaa heuheuuu~

  9. waduh jadi malu.. di kantor emang sering ngadain upacara gabungan PNS tapi gak pernah hapal apa apa aja hari yg diperingati ~_~

    btw.. rasanya aku pernah lihat deh mbak gerhana matahari gini.. waktu kecil gt.. lihatnya pake air yg dimasukkan ke piring gt deh.. tapi aku gak ibgat juga apa sempurna apa gak.. yg pasti kalau di keluarga dan org disekeliling aku gak akan pengaruh bener deh soal gerhana ini.. heheheg

  10. Dulu waktu kecil pernah ngalamin gerhana matahari total.. siang jadi gelap, ayam2 juga masuk kandang, dikira udah sore..

    Kami diwanti-wanti untuk nggak melihat ke matahari langsung… bahkan papa juga protektif dengan tidak mengijinkan kami melihat gerhana dari pantulan air di baskom.. jadi kami melihatnya di TV rame-rame hehehe…

  11. Seandainya waktu saya di Sky Tree Tokyo itu sudah kenal jeng Imelda pasti dapat traktiran mi yang semangkok gede itu ya.

    Di Indonesia, pada peringatan hari besar tertentu juga menjadi lahan bisnis yang menggiurkan lho, contohnya kalau 17an. Bisnis bendera aneka ukuran,umbul-umbul, batang pinang,baliho, kaos, pin,dll. Artis juga kebanjiran order kan.

    Salam hangat dari Surabaya

  12. saya jadi inget waktu SD dimana, terjadi gerhana total di daerah sekitar candi borobudur. Meskipun di Jakarta ga kena gerhana total tapi merasakan suasana jam 12 siang jadi seperti jam 6 pagi. Banyak banget mitos yg ga boleh ini, ga boleh itu. Yang pasti ga boleh melihat langsung dengan mata langsung….dan saya ingat untuk melihat saya menggunakan klise film…

Tinggalkan Balasan ke Ni Made Sri Andani Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *