Bukan nama partai politik atau organisasi deh pokoknya. Cuma LPF ini adalah “pelajaran” baru yang kudapatkan hari ini. Singkatan dari Low Pass Filtering. Mau tau isinya apa? Silakan baca wikipedia di sini yah. Soalnya aku juga tidak ngerti hihihi.
Jadi ceritanya kamera DSLR Nikon D-80 kami (yang lungsuran dari bapak mertua) itu ternyata kemasukan kotoran di lensa bagian dalamnya. Aku sadarnya waktu aku bawa ke Jakarta waktu mama meninggal Februari lalu. Setiap memotret pasti ada titik noktah hitam yang tidak bisa hilang meskipun sudah diganti lensa atau dibersihkan lensa luarnya. Hmmm pasti butuh servis nih. Apalagi waktu aku pakai untuk memotret sakura di Taman Inokashira waktu itu, kehadiran noktah itu amat sangat mengganggu. Sayang keindahan sakuranya jadi berkurang banyak, meskipun sudah aku usahakan hapus dengan photoshop.
Waktu kutanya bapak mertuaku, ternyata memang sering terjadi seperti itu, dan tinggal bawa saja ke service center Nikon, yang ada di Ginza atau di Shinjuku. Karena rumahku lebih dekat ke Shinjuku, pagi tadi kubawa kamera itu ke Nikon Plaza di Gedung L Tower, Shinjuku. Aku beritahukan masalahnya, dan oleh petugas aku diberi kertas order servis dan bisa diambil pada jam 1 (waktu itu pukul 11:30). Wah cepat juga. Dan tertulis biayanya 1500 yen (150.000). Murah! Aku sudah takut saja kalau biayanya mahal.
Sambil menunggu servis selesai, aku janjian makan siang dengan Tina adikku dan temannya, di sebuah restoran Indonesia di Shinjuku. Bukan di restoran Jembatan Merah, tapi di restoran Bali Lax. Hmm aku baru pertama kali ke sini. Oleh Tina disarankan ke sini karena semua lunch menu setnya seharga 980 yen dan sudah termasuk salad bar, minuman, dessert dan sup. Tina sukanya karena bisa makan sayur sebanyak-banyaknya di sini. Well memang sih salad pumpkin yang digiling dengan cream cheese nya enak!
Kami memesan Nasi Campur, yang terdiri dari sate daging, ayam bumbu, bakmi goreng, acar, kerupuk dan ikan goreng tepung. Semuanya jumlahnya sedikit (untung juga karena pasti tidak habis). Supnya sup thailand semacam Tom Yan. Dessertnya irisan orange, nanas dan coktail buah. Ada kopi dan teh juga (Aku tak tanya kopinya kopi apa. Tapi yah kalau menurutku rasa masakannya jauh dari masakan Indonesia, meskipu mungkin cocok untuk lidah orang Jepang. Tapiiii di sini suasananya bagus. Ada kolam-kolaman dengan hiasan-hiasan Bali. Di pintu luar tertulis sih kalau dinner, setiap orang dicharge 525 yen selain pesanan makanan dan minuman.
Salah dua yang menarik adalah penulisan Nasi Campur dalam alfabeth yang aneh! Padahal tulisan dalam katakananya sudah benar Nashi camupuru, eeeeeh kok alfabethnya jadi Nasi Thanpuru 😀 Selain itu koki dalam bahasa Inggrisnya menjadi shef. Lucu jadinya. Yang lainnya adalah sebuah “sayur” yang baru kukenal. Namanya Romanesco. Cuma kok kelihatan grotesque ya?
Setelah makan (salada sebanyak-banyaknya) dan bercakap-cakap, Tina dan temannya harus kembali ngantor dan aku juga harus mengambil kameraku. Nah baru saat aku mengambil kembali kameraku itu aku membaca di papan digital bahwa Low-pass itu memakan waktu 1 jam. Ya pembersihan lensa dalam itu dengan cara yang diberi nama Low Pass. Sebetulnya bisa sendiri, karena waktu aku googling ketemu caranya di Youtube ini. Tapi kok aku takut coba-coba (awalnya juga tidak tahu sih) padahal kalau bisa sendiri, kan tidak usah keluar 1500 yen. But still leave it to the pro’s. Lebih afdol a.k.a lebih mantap! Betul kan?
mbak em, klo di sini romanesque kira-kira sodaraan sama brokoli ya..?
satenya kok cuma satu ya kak 😀 , kurang byk untuk ukuran aku hihihi
hehe lucu nasi tanphuru… 😀
foto yang terakhir keren ya mbak, keliatan sinar mataharinya menerobos awan2 gitu…
Aku kok selalu takjub liat foto2 bunga-bungaan. Apalagi sambil bayangin jalan diantara sakura yg mulai berguguran, sambil gandeng tangan suami. Hiiiyyy romantis. Hihihiih 😀
Bedanya Warung tradisional dengan restoran modern (apalagi di luar negeri), lauknya banyak nasinya dikit.
Kalau warung makan di Jawa khususnya, nasinya mendominasi…
LOL.. aku sempet kaget juga dan awalnya tak biasa.. rindu nasi tapi lama2 terbiasa heheh
Walau tak mencicipi, dari fotonya sudah terlihat enak.
Nasi thanpuru, atau nasi campur?
Hmm satenya, sate ayam atau sate daging?
Romanesque nya cantik sejenis brokoli berujung lancipkah? Nasi lauk bakminya Indonesia banget duo karbo. Selamat berburu gambar dengan lensa yang tlah diservis. Salam
terkejut juga dgn menu salad keju, he..he..,, ternyata memang restonya bukan hanya sedia masakan Indonesia tok
wah aku jd ngiler pas melihat Romanesque,sepertinya yummy bgt….
sama mbaaak! kemaren juga sensor kamera gw kotor. jadinya ada bintik item di arah jam 11. Gue minta tolong SN bersihin sendiri dia gak mau. soalnya kalo salah, bisa-bisa sensornya yang rusak. Jadi akhirnya dibawa ke nikon deh. murah juga, cuma $26 (hampir sama lah ya sama di jepang). Tapi akhirnya malah gratis gara-gara pas dicoba lagi, SN liat masih ada dot di bukaan f/22. tapi gak bisa dibersihin & kata orangnya gak significant…jadi digratisin deh 😀
Foto langit Tokyo nya keren..
Sinar matahari yang ke tutup awan..
jadi kaya Hujan sinar mataharai
Dari service nikon jadi makan besar … hahaha.
Eh itu yang di foto kayak pohon sakura, di bali atau dimana tuh?
ROL keren banget tuh buat foto yang terakhir… asyik banget momentnya…
Iya, kek brokoli itu. Emang bukan brokoli yak?
Duh, jadi lapar saya. 🙁
Hwehe. 😀
itu sayurnya kaya brokoli gitu ya mbak???
*soktau
Bener, nodanya mengganggu banget Mba. Untung bisa dibersihkan ya. Kalo terus2an edit dengan photoshop juga males banget deh 😀
Memang asyik kalau motret pakai DSLR ya? Hasilnya bisa bagus banget.
wah jadi ingat dengan tokoyaki yang saya buat seminggu lalu mba.. enakk…btw nasi campurnya enakan mana dengan yang di indo mba 🙂
ohya, saya lagi ngadain lomba blog nih mba di http://daratangse.blogdetik.com/2012/04/21/lomba-menulis-blog-kartini/
ikutan yaaa
nice info…makasih ya udah share disini…nampaknya enakkk yaaa…hehehehe…:P
wah… saya juga baru tau nama sayuran baru itu.. nggak kenal sedikitpin ttg sayur-sayuran, apalagi yang asing-asing 😀
maaf mbak kayaknya yang diwiki ituh LPF untuk rangkaian elektronik..
trus kayaknya lagi LPF itu bukan cara untuk membersihkan lensa tetapi merupakan jenis lensanya .. jadi lensa jenis LPF..
http://en.wikipedia.org/wiki/Fourier_optics#Lens_as_a_low-pass_filter
jadi sesuai dengan video di youtube itu.. yang dibersihkan kaca sensor dari camera (manual) bukan dengan metode LPF..
tapi seladanya “romantesquenya” mantabb..
waaah terima kasih koreksinya, abis ngga ngerti apa-apa kenapa ada tulisan katakana ro-pasu di papan situ hehehe.
EM
Buset itu titiknya ganggu banget.
Lensaku juga gitu, tapi kecil hihi, karena gak pernah dibersihin aja lensanya
*lap iler dulu*
kenapaaaa…
kenapa harus poting makanan seperti ini mbaaaa…
*lirik dapur yang isinya cuman indomie doang*
sekarang kameranya udah bener ya mba…
yang waktu ituh dibawa kesini bukan yak?
bukan ama aku lhooooo…hihihi…
*langsung defensif*
Mba nulis cerita mini mini mini ya? Tapi pas aku telusuri link nya ga bisa ketemu pagenya dimana :/ aneh
noktah merahnya memang menganggu ya ..
tp gambarnya keren2 kok
tokyo cantik sekali… selamat mbak kameranya udah sembuh lagi
nasi campurnya emang kelihatan beda banget dengan disini ya mbak..
Setealah lihat linknya di Youtube, kayaknya tidak begitu susah cara membersihkanna ya Mb. Hanya perlu ketelatenan, dan kehati-hatian. Yang penting punya perlatan yang dibutuhkan ….:)