Hiburan

7 Mar

Jika dalam agama Islam, setelah anggota keluarga meninggal, biasanya ada tahlilan, maka dalam agama Katolik ada Misa Arwah. Sedangkan sebutan untuk agama Kristen Protestan adalah Malam Penghiburan. Menghibur siapa? Ya menghibur yang ditinggalkan oleh yang mati 🙂  Misa Arwah 7 hari mama sudah dilaksanakan pada hari Rabu tgl 29 Februari lalu, dan selanjutnya adalah Misa Arwah 40 hari, yang jatuh pada tanggal 1 April dan sudah pasti tidak bisa kami hadiri.

Ni: hi mba… tgl.3/3 kan ada launching bukunya Mas Gong di senayan, mo pergi tak? elok tak pergi2 saat berkabung gini yah?
me: mauuuuuuuuuu
Jadi begitulah, hari Sabtu kemarin aku janjian dengan DM dan temannya pergi bersama ke Istora Senayan dan rencananya di situ akan bertemu Nique. Eh tau-tau Niquenya tidak jadi datang. Jadi aku dong yang bertugas mendapatkan tanda tangan Mas Gola Gong sekaligus untuk Nique.
Kebetulan memang ada acara talk show khusus untuk bukunya Gola Gong yang terbaru TE WE (Travel Writer), sehingga banyak pengunjung fansnya Gola Gong berkumpul di sana. Senang juga bisa bertemu Mbak Tias dengan anak-anak serta anak-anak Rumah Dunia. Konon mereka berangkat ber-60 orang naik bus sewaan dari Serang. Acara itu mereka namakan wisata buku. Dalam talkshow juga ada acara memperebutkan tiket pp Jakarta-Bali + hotel 3 hari. Pesertanya harus membawa backpack dan menceritakan tentang backpacknya. Lucu-lucu deh penampilan mereka. Aku sih meskipun bawa ransel tidak mau ikutan, soalnya ranselku itu lebih banyak dipakai sebagai tas seret 😀
bersama mbak Tias n kids
Aku memang sudah lama tidak pergi ke pameran buku. Dulu waktu kami kecil, sering diajak papa ke pameran buku IKAPI, tapi aku tak ingat kapan terakhir aku ke pameran buku, Nah weekend kemarin itu kebetulan memang  ada pameran buku Kompas Gramedia Fair di Istora, jadi lumayan banyak juga deh stand-stand bukunya. Jadi selain buku Mas Gong tentu saja aku mborong buku deh termasuk bukunya Ayu Utami terbaru “Kisah Cinta Enrico” (Pas aku beli, Mbak Dik Ayu Utami nya lagi talkshow di panggung sebelah). Sayang aku buru-buru jadi tidak bisa menunggu acara selesai dan minta tanda tangan Mbak Ayu nya. Nah dalam perjalanan pulang ke rumah itulah aku mendapatkan sebuah pesan BBM dari sahabatku Ira Wibowo:

 

I know u r probably still mourning… but I’m gonna ask u anyway… siapa tau bisa menjadi semacam penghiburan bwt kamu… aku ada tiket java jazz utk h mgg…kebetulan KLa jg akan tampil jazzy…r u interested? Or is it too soon…

 

Aduh aku senaaaang sekali. Selama ini, sejak aku menjadi announcer di Radio, aku tahu dan sering menyiarkan bahwa JavaJazz diadakan di Jakarta, dan SELALU awal Maret! Aku tidak pernah menemukan waktu yang pas untuk bisa pergi. Pernah 2-3 kali aku mudik pas diadakan Java Jazz itu, tapi selalu ada saja acara lainnya. Apalagi aku sebetulnya “pengecut” tidak berani pergi sendiri menonton musik live. Selain konser Katon, aku belum pernah menonton konser yang lain. JADI aku amat sangat senang. Tapi yang menjadi kendala apakah aku keburu perginya. Karena Minggu pagi itu kami sekeluarga berencana untuk pergi ke tempat mama di Oasis Lestari. Mau menjenguk mama di apartemennya yang baru A5E 🙂  *** Abu mama kami semayamkan di Kolumbarium Oasis***
<br></br>
Untunglah dengan berbagai penyesuaian aku bisa pas tepat datang bergabung dengan Ira dan Katon berangkat dari rumahnya ke Kemayoran, venue pelaksanaan Java Jazz di Jakarta International Expo. Dan terus terang selain ini adalah kunjunganku yang pertama ke Java Jazz, juga pertama kalinya pergi ke JIExpo! Udik yah 😀

 

Hujan deras menghadang perjalanan kita, tapi untung saja begitu kami sampai di Kemayoran hanya tinggal rintik-rintik saja. Aku dengan anak Ira langsung menonton pertunjukan Tompi, Glenn dan Sandhy Sondoro (Trio Lestari), sementara Ira menemani Katon bersiap-siap. Wahhh hebat deh pertunjukan mereka…aku jadi tahu lagu Menghujam jantungku :D. Cumaaaaa ya gitu deh, aku juga mau tak mau menonton orang pacaran 😀 Duh dulu aku pacaran ngga pernah ke pertunjukan live music sih, padahal sebetulnya seru juga ya, bergoyang dan bernyanyi bersama menikmati lagu yang disukai bersama. NAH intinya kan lagunya (penyanyinya) musti disukai bersama….. Kalau yang satu tidak suka ya susah deh 😀 Tapi tetap saja kayaknya aku tidak bisa deh pacaran sambil pelukan dan ciuman ditonton orang-orang (alahh oldefo a.k.a ketinggalan jaman sih kamu mel hahaha bilang aja ngiri 😀 )

 

Well, pengalaman berdiri lama begitu pegel bo… Ngga bisa minum pula. Untung kondisi badanku masih cukup fit, karena aku cenderung pusing berada di antara orang banyak. Kayaknya sih belum tentu aku mau nonton lagi musik live deh 😀 Menurutku menikmati musik sebaiknya sambil duduk tenang 😀 (Jadi ingat pertama kali nonton resital piano di Erasmus Huis dengan mama dan papa) Jadi begitu pertunjukan selesai, senangnya aku bisa keluar dari ruangan Hall B2, menuju Hall B1 tempat pertunjukan KL a project. Nah kalau di tempat pertunjukan KLa masih banyak space untuk berselonjor di bawah karena sepertinya spacenya lebih luas. But aku menikmati nonton sambil berdiri, apalagi waktu itu memang lagu-lagunya diaransemen jazzy dengan kehadiran saxophonist dan bassist. Aku sempat mengambil video clip dengan kamera canonku… tapi oleh suatu kecelakaan terhapus semuanya oleh Riku (kamu musti liat betapa dia menyesal telah salah menghapus, apalagi waktu dia tahu itu om Katonnya yang sedang show… nangis tergugugugu. Dan aku… cukup heran karena aku sama sekali tidak ada perasaan marah! Well its an accident anyway). Oh ya dan mungkin karena cukup sering bertemu Ira jadi tidak mengambil foto bersamanya… (bukan hoax loh heheh)

 

Selesai acaranya KLa, akupun langsung pulang naik taxi, sementara Ira dan anak-anak masih menonton pertunjukan yang lain. Ada sih  Stevie Wonder, tapi aku ngeri ngebayangin penuhnya dan pasti akan sampai larut malam, jadi lebih baik aku pulang sementara hari masih muda (berapa tahun ya mudanya hehehe). Well dua hari weekend berturut-turut aku dihibur dengan buku dan musik. Dan aku merasa senang sekali mempunyai sahabat-sahabat yang begitu memperdulikanku. Beribu terima kasih …

26 Replies to “Hiburan

  1. Ternyata sama juga ya Mbak, di Islam juga ada proses tahlilan 7 hari dan 40 hari juga
    namun ada juga yang nggak pakai prosesi tahlilan semacam itu

    aku selalu minder kalau harus nonton konser musik, apalagi sendirian
    berasa nggak pede dan gimanaaa gitu
    Liat orag lain teriak rame rame, jadi merasa sendirian gitu soale gak ada barengannya
    acara java jazz memang selalu bikin heboh
    aku sempat pingin banget nonton acara itu, tapi belum jodohnya,hehehe
    semoga suatu sa’at berkesempatan nonton

    Mbak Em borong buku nih ye, lempar ke jember Mbak
    hehehehe..
    semoga sukses selalu ya Mbak 🙂

  2. waaa saya juga pengen nonton java jazz tapi gak pernah kesampean!
    java jazz pertama kali muncul pas saya married. di tanggal yang sama pula. jadi jelas gak bisa nonton.
    java jazz kedua pas kita anniversary dan kita keluar kota, plus andrew masih bayi. jadi gak bisa nonton. gitu juga yang ketiga, pikiran andrew masih terlalu kecil buat dibawa2. tapi udah selalu ada di angan2, begitu andrew udah gedean mau dibawa kesana.
    eh malah kita pindah ke US. huahahaha.

    pernahnya nonton jak jazz yang jaman dulu banget. th 1997! hahaha. tapi seru nonton live show gitu. dan bisa pindah2 dari panggung ke panggung dan ngeliat banyak macem artist dalam 1 malam! 😀

    gak kebayang lagu2 kla dibikin jazzy… pasti keren banget ya!!

  3. “oldefo” apaan, tante?

    hmmm… tante suka juga yah ke music festival gini. bisa2nya bayangin sama kekasih yang sealiran juga. saya juga setuju sekali dengan tante. suka acara2 begini, daripada nge-mall kan 😉

    saya sih juga ga bisa bermesraan di depan umum, tapi saya lumayan yakin, itu karena bukan adatnya saja. di Canada sini, meskipun ya tidak vulgar sekali, tapi lumayan juga yang peluk2, cium2 kecil begitu, dan jika suasana mendukung, pasti meremen2. saya yakin juga, orang2 Asia (baru) di sini pasti juga banyak yang ‘ketularan’, saya pun ga keberatan, toh ga bakal dipelototin seperti di Indonesia 🙂

    hmm… hiburan2 datang saat mendung kelabu merundung yah tante. thank God 🙂 thank friends

    waaah, sedih sekali jika kenangan yang mungkin sekali seumur hidup begitu hilang.. mungkin tante ga marah karena Riku looked very sorry ampe segitunya. betul tidak?

  4. aku juga dari dulu gak bisa ke java jazz 🙁
    padahal pengin banget.
    mengambil hikmah dari tulisan mbak, bahwa di setiap kondisi yang perih sekalipun selalu ada kesempatan yang dapat kita buat padahal kalau dalam situasi normal mungkin tidak akan terjadi hal-hal seperti itu. begitulah cara Tuhan bekerja ya, melalui kehadiran kekasih-kekasih-Nya 🙂

  5. Wah, senangnya….

    Begitulah, memang harus butuh hiburan.

    Banyak yang ngajakin ke JavaJazz. Tapi saya gak pernah mau. Belom pernah sih nonton music live semacam itu. Malas ramainya. Bisa pening lihat kerumunan banyak orang.

  6. iya tuh, tapi emang segala sesuatu itu terjadi karena alasan yg kuat mbak
    klo hari itu aku jadi ke KGF, bisa2 koyak kantongku karena kalap beli buku hehehe

    aku juga blom pernah sih nonton livemusic dalam artian sebenarnya.
    selain mahal (gak mampu beli tiket hihiihih), gak ada juga yang nemenin 😛

  7. aku udah lama nggak nonton konser musik, dulu sih sering barengan adek, tapi
    untuk java jazz tahun ini ada tiket bonus tapi adek dan suami nggak suka jazz, he..he..jadi mubazir tiketnya, …

  8. Ternyata ada kesamaan waktu do’a untuk arwah ya mbak. selama 7 hari berturut2, hari ke 40, ke 100, setahun pertama kedua dan ketiga, lalu ke 1000. Selain untuk mendo’akan, juga untuk mengingat mereka, plus bersedekah untuk yang meninggal.

  9. Wah, nampaknya seru dan menyenangkan ya. Tapi aku juga lebih senang menonton musik di rumah dengan tenang dan tentu saja cemilan 😛 Kalo banyak orang gitu suka phobia 🙁
    Kata teman-teman sih kalo nonton live lebih “mengena” 😀

  10. Mel…jangan berkecil hati….aku juga belum pernah nonton live music (aku ga suka berdesak-desakan)…paling nonton Jajan Jazz di BSD atau live music di mall aja, memang seru sih nonton langsung begitu apalagi dengan sound system yg berdentum-dentum….seru yaa

    Ke Pameran Buku…betul, aku sekarang juga jarang….bisa kalap kayaknya…ga usah ke Pameran Buku, ke Toko Buku aja masih suka kalap….jadi yaa ga boleh sering-sering yaa….

    Ah tidak terasa yaa, sebentar lagi kamu pulang…..tapi aku berharap semoga hatimu sudah menjadi lebih tenang dan pasrah karena banyak teman mengisi hatimu dan menghiburmu, mencoba menghilangkan (- mengurangi) duka dan tangismu….

  11. nonton live music berdiri? haduhhh sepertinya sudah ga kuat lagi…masa muda telah lewat 🙂
    sama Mbak Imelda, mending menikmati musik sambil duduk tenang. eh tapi tergantung jenis musik yang dinikmati juga sih 🙂

  12. Dulu waktu suami masih kerja di event, sering dapet kesempatan nonton live music begini. asyik sih, meski kalau disuruh bayar sendiri pake mikir-mikir dulu hehehe…

    Di satu event, kita ketemu dan ngeliat, bercampur dengan penonton yang berbeda karakternya. di event lain, udah jauh beda lagi tipe-tipe penontonnya. “Nonton” gaya penonton kadang bisa menjadi hiburan tersendiri juga lho…hehehe…

  13. Saya nggak bisa ikut menghibur secara langsung kayak Ni, bu, tapi hanya bisa mendoakan dari jauh.
    Semoga saya dan teman2 lain bisa jadi sahabat yang menghibur buat bu eM.
    Selamat siap2 kembali ke Jepang, semoga perjalanannya lancar.

  14. Aku ikut senang melihat Nechan bisa bergembira seperti itu.
    Kehilangan orang yang kita cntai memang menyedihkan, tapi tidak perlu berlama-lama bukan?

    Tradisi “tahlilan” atau “misa” itu memang tujuannya untuk menghibur keluarga yang ditinggalkan. Tapi, dalam masyarakat kita, terutama di pedesaan seperti Kweni, aku melihat bahwa pihak keluarga justru “diberatkan” dengan kegiatan itu. Yakni, mereka menjadi “tidak enakan” kalau tidak menjamu para tamu dengan makanan yang enak. Akhirnya, mereka pun berusaha semaksimal mungkin untuk menyuguhkan makanan terbaik, apapun caranya. Ada yang malah terpaksa berhutang untuk bisa menggelar acara tersebut. Jadi tidak menghibur keluarga yang ditinggal bukan?

    JJF aku dari dulu ingin melihatnya. Sepertinya heboh banget. Tapi sayang, selalu tidak pas waktunya.. Tapi, bukan berarti aku (seolah) ngerti jazz lho ya… haha.. 😀

  15. Asik bangettttt!
    Saya pengen banget nget nget juga nih ikut nonton java jazz dan jak jazz, soalnya sering mendengar tentang event ini. tapi blom pernah nih. Abis jarang pulang indo, apalagi bukan dari jakarta. Dulu kuliah pernah ke acara festival jazz juga di kotaku, seruuuu.. Ada beberapa panggung, jadi puas keliling2 deh

    Iya sebetulnya asyik, cuma aku memang suka pusing lihat begitu banyak orang dan selalu takut pingsan di tempat. Kalau sampai pingsan yang aku takuti adalah ngga ada yang bisa gendong aku keluar saking gendutnya hahaha
    Musiknya sendiri sih asyik banget… dan aku memang suka jazz sih BUT untuk nonton rock concert aku mikir-mikir dulu deh 😀

    EM

  16. Btw, misa arwah itu kayak gimana sih? Bener2 ada hiburan? Kok saya ga pernah denger. Padahal dulu dari sekolah katolik, dan ortu katolik. Tapi ga pernah denger deh. -bukan murid yang baik- lol

    Misa arwah sama dengan tahlilan sebetulnya mendoakan arwah spaya “jalan” masuk ke surganya dilegakan, sehingga bisa masuk surga smoothly. Dengan doa dan nyanyian (but nyanyian di agama katolik MEMANG membuat sedih, tidak menghibur yang ditinggalkan…sehingga kami memakai lagu-lagu dari protestan spt Tiap langkahku dsb), jadi boleh dikatakan Misa Arwah dan Tahlilan utk yang meninggal bukan untuk Menghibur yang ditinggalkan. Nah Malam Penghiburan bagi protestan lebih menguatkan keluarga yang ditinggalkan sehingga namaya saja begitu : Penghiburan kan?. Bagiku pribadi, aku lebih suka orang sedunia mendoakan mama yang pergi daripada menghibur/mendoakan kami yang ditinggalkan. Karena aku lebih peduli roh mama diterima Tuhan daripada kesedihanku sendiri. Sedih itu harus dan tak bisa dihapus…. dijalani sebagai satu bagian kehidupan (Meskipun aku tentu belum bisa mengubah kesedihan itu menjadi sukacita seperti yang disebutkan dalam misa… time will heal)
    Yang pasti kita sebagai makhluk beragama, bisa bersenang hati karena dengan menjalankan agama, kita lebih didekatkan pada Tuhan kita dan punya penopang hidup. Apapun agama kita.
    EM

  17. Mbak aku sekali nonton Java Jazz. Sebenarnya suka sih lihat live music. Tapi rasanya badanku rontok deh setelah nonton di sana. Apalagi dulu banyak yang merokok, trus susah pula cari makan. Sampai sekarang aku belum kesampaian nonton Kla secara live… trus, aduh ada Sandhy Sandoro ya? Aku suka banget lagu-lagunya tuh…

    aku juga kesulitannya ya rokok dan maka. Kemarin itu makan bertiga di coffee shopnya, 2 nasi goreng + 1 soto + 3 minuman kena 210 ribu sajah hihihi
    padahal rasanya…. biasa aja. Cuma karena aku mesti puasa jam 10 nya ya aku terpaksa makan jam 8

    EM

  18. Good! Aku pernah merasakan hal yang sama pula.
    Cerita soal kopdar pertama dengan Uda Vizon dan istri dengan bu Tuti beberapa hari setelah kepergian Papa, juga ketemuan dengan banyak teman lain waktu itu membawa penghiburan, Mel!

    Pengen nonton KLa! 🙂

    Iya waktu nonton KLa itu aku juga teringat kamu dan krismariana 😀
    EM

  19. Imel, saya sebenarnya pengin banget mendampingi Imel di banyak acara, namun pada saat bersamaan saya sendiri padat acaranya dan mesti keluar kota pula, yang persiapannya bikin ribet.

    Hebatnya Imel, masih bisa mendatangi berbagai acara, benar-benar stamina yang kuat……tapi betul kata Ira, ini menjadi semacam hiburan.
    Saya salut Imel tak memarahi Riku, karena memang tak sengaja.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *