Kamis Kelabu

27 Feb

Sebelum saya  menuliskan posting ini, perkenankan saya mengucapkan banyak terima kasih atas ucapan belasungkawa lewat media apa  saja dan doa yang dipanjatkan teman-teman blogger sehubungan dengan meninggalnya Mama terkasih, Elizabeth Maria Mutter yang meninggal hari Kamis 23 Februari yang lalu. Saya yakin sekali bahwa mama sekarang berada di surga, dari apa yang saya alami selama 44 tahun bersama mama, dan terutama pada 3 hari terakhir melepas mama ke peristirahatan abadi. Keyakinan saya ini membuat saya merasa harus berbuat lebih baik lagi dan berdoa lebih banyak lagi, supaya kelak saya bisa bertemu dengan mama tersayang di dunia abadi.  Sedih dan sepi memang… apalagi jika terkenang akan tawanya, keras kepalanya, dalam kebiasaannya, atau lewat benda-benda miliknya. Tapi saya menikmati hari-hari berkabung ini juga sebagai salah satu proses kehidupan.

senyum yang tak kan pernah kulupa

***

Jika harus menuliskan judul dengan nama hari saat aku menerima berita terburuk dalam hidupku, pada tanggal 23 Februari itu, maka aku akan menuliskan Kamis Kelabu. Tapi dalam ke-kelabu-an hari ini, ada banyak sekali peristiwa yang membuatku bersyukur dan terlindungi oleh kuasa Tuhan.

Kamis 23 Februari

Aku terbangun sekitar pukul 2 pagi waktu Jepang (Jam 12 WIB). Maksudku untuk print out  bahan rekaman sebuah pekerjaan baru. Sudah cukup lama tidak ada kegiatan rekaman yang aku lakukan. Bahannya hanya 2,5 halaman,meskipun tidak susah,ada beberapa kalimat bahasa Inggris yang harus aku ucapkan.  Setelah mencetak bahan rekaman itu, aku juga menyiapkan bahan untuk mengajar hari Jumat.  Minggu ini memang jadwal padat setiap hari. Jumat itu kebetulan aku harus menggantikan teman mengajar.

Sambil mempersiapkan bahan-bahan itu, aku melihat ada email yang masuk. Betapa terkejutnya aku begitu menerima email dari adikku berjudul “Segera Pulang”. Mama sudah kembali pada Bapa. Segera telepon kami.
Aku langsung menelepon rumah di Jakarta dan cukup terkejut bahwa Dharma, si sulung yang mengangkat teleponku. Saat itu sudah pukul 2 pagi WIB. Lalu dia jelaskan bahwa Mamanya sedang di RS. Dia juga yang mengatakan bahwa Oma jatuh di kamar mandi, trus Opa teriak. Jadi oma dibawa ke RS. Setelah menanyakan no HP mamanya, aku langsung menghubungi mamanya. Aku sempat bicara dengan Opa, dan opa mengatakan bahwa mama akan dibawa ke rumah. Suatu keputusan yang melegakan. Karena biasanya orang-orang Jakarta akan memakai Rumah Duka selain rumah untuk segi kepraktisan. Tapi jika disemayamkan di Rumah Duka seperti itu maka kami tidak akan bisa selalu bersama mama, sampai saat penguburan. Jadi waktu papa mengatakan “bawa ke rumah”, aku setuju sekali. Ya, aku ingin selama mungkin bersama mama sebelum melepaskannya selamanya.  Aku katakan pada papa bahwa kami akan segera mencari tiket untuk berangkat Jumat pagi.

Saat menerima berita itu aku memang bisa tenang, apalagi Novi dan Opa juga menjawab dengan tenang. Tapi tidak setelah aku menutup telepon. Pukul 4 dini hari, aku menelepon Tina, adikku yang di Yokohama. Dia tidak angkat… pasti masih tidur… Dan tak lama Kai terbangun, menangis. Biasanya dia hanya berteriak, “Mama neyou… (Mama tidur yuk)”, tapi pagi ini dia menangis, dan belum sempat aku masuk kamar, dia sudah keluar kamar dan menemukan aku menangis.

“Mama kenapa menangis?”
“Oma meninggal”
Kamisama no tokoro? (Ke tempat Tuhan)”
“Iya, ke surga”
Iin janai? (Bagus kan?)
dan dia memeluk aku dan tertidur dalam pelukanku.

Aku tahu bahwa aku tidak bisa pulang hari itu juga (Kamis pagi). Karena jika begitu, aku harus segera bersiap pergi ke bandara.
Lagipula aku ada kerja studio jam 12 yang tidak bisa digantikan orang lain. Jadi aku memutuskan mencari tiket apapun juga untuk Jumat pagi. Sambil aku membatalkan pekerjaan lainnya selama aku pergi ke Jakarta.

Tidak biasanya Gen juga terbangun kira-kira pukul 4:30 , dan terkejut juga mendengar berita itu. Kai yang biasanya sangat rewel jika aku tidak mengikuti kemauannya, dapat mengerti bahwa mamanya sibuk, sehingga dia malah tiduran di lantai kamar makan. Sebelum pukul 6 Riku juga terbangun. Anak sulungku ini memang perasa sekali sehingga begitu mendengar Omanya meninggal langsung menangis terisak-isak tak terbendung. Kami berdua cuma bisa berpelukan saja.

Hari itu hujan. Langit Tokyo seperti ikut bersedih. Masing-masing pergi ke tempat kerja dan belajar. Bagiku hari Kamis itu amat melelahkan. Sesudah mengantar Kai ke sekolah aku langsung ke Tachikawa untuk mengurus re-entry visa. Aku cuma punya waktu 2 jam termasuk waktu untuk naik kereta. Aku tahu bahwa mengurus re-entry itu sebenarnya cepat…. tapi di hari hujan begini, biasanya macet.

Tapi aku merasa Tuhan membantuku. Waktu untuk menunggu bus, kereta, taxi tidak lama, langsung ada. Hanya satu yang kulupa
bahwa untuk mengurus re-entrypermt itu aku harus membeli meterai (3000 yen untuk single dan 6000 yen untuk multiply yang berlaku 3 tahun). Tentu aku butuh yang 3 tahun, tapi… di dalam kantor imigrasi Tachikawa itu tidak ada penjualan meterai! Sebelum giliranku sudah ada 13 orang yang sudah mengantri. OK, dalam hujan aku lari membeli meterai di toko konbini terdekat, sambil berdoa supaya giliranku tidak dilewati.

Benar saja proses mendapatkan re-entry tidak sampai 10 menit. Langsung lari mencari taxi, karena aku harus naik kereta jam 11:46 supaya bisa sampai di Stasiun Kanda tempat studio. Karena lama tidak ada taksi yang lewat, aku sambil menunggu bus juga. Nah saat itu ada taxi, tapi dia bertanda Kaisou 回送, berarti pulang (tidak terima penumpang). Tapi si supir membuka jendela dan bertanya mau kemana?
“Ke stasiun Tachikawa”
OK naik saja……

Aduh benar-benar berkat Tuhan. Aku naik taxi itu sambil mengucapkan terima kasih berkali-kali.
Kata si supir, “Abis Anda kelihatannya susah bener. Terbaca gerakan bibir “Ah kaisou ” dengan nada kecewa. Saya toh hanya mau makan siang saja (jam 11:30) jadi kalau dekat saya pikir tidak apa-apa”
“Saya benar-benar berterimakasih. Karena saya harus naik kereta jam 11:46 ke Tokyo. Makanya saya juga sambil menunggu bis”
“Oh kalau bus pasti tidak keburu, karena bus kan putar-putar dulu. Semoga jalannya tidak macet ya bu.”

Batere HP tinggal 2 garis…Hmmm harus hemat-hemat karena kalau sampai habis sebelum stasiun Kanda, aku akan bingung mencari staf yang akan menjemput aku ke studio. Jadi aku hanya menelpon adikku Tina menanyakan soal tiket. Aku percayakan soal tiket kepadanya, karena aku sendiri tidak bisa, karena di jalan terus. Aku juga senang karena Gen mendapat ijin cuti dari bossnya dan bisa ikut bersama untuk 3 hari.

Akhirnya aku bisa naik kereta yang sebelumnya jam 11:43. Benar-benar berterima kasih pada pak supir, yang masih mengingatkanku untuk tidak berlari karena jalanan licin karena hujan. Bisa duduk dengan tenang dalam kereta yang kosong. Aku matikan HP untuk menghemat batere, dan … tidur. Ya aku tidak tidur lagi sejak terbangun jam 2. Dan aku memang bisa tidur di dalam kereta cukup enak. Cukup untuk charge energi.

Yang menjadi masalah, aku lapar! wah lucu juga kalau perut keroncongan waktu sedang rekaman. Memang aku sampai di stasiun Kandanya cukup pagi dari janji jam 12:45. Masih ada waktu 15 menit. Andai saja ada kedai kopi “pronto”. Tapi aku lupa bahwa Kanda  (west exit) itu kecil dan tidak ada kedai atau toko roti dalam stasiunnya. Kecuali aku berjalan ke pertokoan sekitar stasiun. Ya sudah aku cukupkan dengan minum minuman jelly “energy” dari wieder. Minuman jelly ini biasanya cukup menahan rasa lapar  ntuk 2 jam, karena konon minuman ini setara dengan 1 kepal nasi. Pas aku mau minum …. si Mr Staff mendatangiku. Aduuuh kamu juga kepagian!

Jadi aku menjelaskan kenapa aku minum minuman jelly itu. Staff ini lelaki muda yang cukup tampan, tapi halus sekali. Sambil memegang bahuku, dia sampai menanyakan apakah aku tidak apa-apa…. Dia bilang studio tidak sampai 1 jam kok jadi bisa cepat-cepat  pulang. Aku hanya minta satu. Diperbolehkan men-charge HP ku selama aku rekaman 😀 Lumayan deh. Memang batere HPku boros sekali kalau dipakai untuk internet, padahal aku perlu. Oh ya, satu lagi yang aku berterima kasih pada Tuhan waktu itu, suaraku tidak berubah meskipun habis menangis banyak. Juga tidak terpengaruh cuaca sehingga rekaman cukup 1 kali take.

Jam 1:30 aku sudah berjalan kembali menuju stasiun Kanda dari studio. Puas karena batere HP cukup dan aku langsung membalas  mail dari Tina yang masuk selama aku rekaman. Uh ternyata aku salah ketik, kebanyakan angka untuk nomor paspornya Gen.  Menyusuri jalan pertokoan yang penuh dengan berbagai retoran kecil, tidak membuatku ingin memasukinya. Padahal lapar! Ntah, aku hanya ingin sepotong roti dan minuman hangat seperti sup atau cocoa. Tapi tidak ada yang kumaui. Sempat tergoda untuk memasuki resto sushi, tapi ternyata daya tariknya tidak cukup kuat mengalahkan rasa malas makan.

Sambil menghubungi Tina, aku mengetahui bahwa travel yang menyediakan tiket kami berada di Stasiun Kichijoji, stasiun yang akan ku tuju untuk pulang. Ya daripada Tina susah-susah mengurus tiket sembari kerja. Kerjaku sudah selesai jadi aku bisa take over proses  pembelian tiketnya. Jadi kupikir aku bisa juga makan di stasiun Kichijoji saja. Eh ternyata mengurus tiket itu cukup lama dari jam 2:30 sampai 4:30 aku berada di travel biro tersebut.

Dengan waktu tersisa 30 menit, aku cepat-cepat naik taksi pulang untuk menjemput Kai di TK nya. Pekerjaan sudah selesai, tiket di  tangan, anak-anak di rumah, dan bisa online di komputer rumah. Sambil masak makan malam, aku packing. Sekitar pukul 8:30 Kai  mengajak aku mandi air panas. Why not… berendam air panas merupakan kemewahan yang tidak bisa kurasa di Jakarta, karena di  Jakarta hanya bisa shower saja. Eh sewaktu kami masih berendam, Gen pulang! Tak kusangka dia bisa pulang secepat itu, karena pasti dia harus mengurus pekerjaan selama dia cuti 2 hari, hari Jumat dan Senin.

Jam berapa aku tidur? Aku hanya sempat tidur dari jam 1:30 sampai jam 3:30 Jumat pagi. Cukup dua jam saja… kebiasaan baruku sampai hari Minggu 26 Februari.

 

42 Replies to “Kamis Kelabu

  1. Mba Em sekali lagi ngucapin aku dan keluarga turut berduka cita..
    Semoga Almarhum di terima di sisiNya
    dan buat keluarga yang di tinggalkan semoga di beri kesabaran dan ketabahan..Amin

  2. Membaca postingan ini, aku merasa dejavu, teringat saat kepergian almarhum Bapak, saat lebaran tahun lalu, aku berada di Yogya, dan hanya menemui jasad Bapak yang dimasukkan ke liang lahat:(
    Kata orang, seiring waktu, kesedihan pasti akan berkurang, tapi kalau mengalami langsung, susah sekali menghapus rasa kehilangan itu. Seperti yang Kak Imelda bilang di twitter, harus dijalani ya dan aku yakin Kak Imel orang yang kuat.

  3. Tetap kuat, tabah, dan semangat ya Mbak?!

    Tuhan sudah memberikan tempat yang terbaik untuk mama. Tuhan juga yang menguatkan, menghiburkan dan memberikan ketabahan kepada seluruh keluarga besar yang ditinggalkan.

    Peluk sayang,

    Riris

  4. luar biasa, tak banyak orang yg sanggup harus ini itu di saat dia sedang kehilangan.
    biasanya panik jadi malah gak bisa ngerjain apa2.
    itu wlo sudah mulai terbiasa tidur cuma sebentar,
    sekarang sudah boleh no istirahat dulu,
    biar bener2 full itu tenaganya di charge ya.

    keep strong!

  5. Mbak Em, angkat topi tinggi2 untukmu. Dalam kedukaan yg dalam seperti itu dirimu masih sanggup menegakan logika, menjalani apa yg harus dijalani tanpa kehilangan kendali.Ikut menemani bersedih atas kehilangan mama tercinta. Giliranku juga pasti datang sebab ibuku sekarang mulai sakit2an. Semoga pengalamanmu bisa menyiapkan diriku..Sebab emang gak terbayang gimana rasanya kehilangan dia

  6. Imel, sekali lagi, saya mengucapkan ikut belasungkawa.
    Melihat wajah Mama nya Imel, beliau terlihat cantik dan tenang, saya yakin beliau akan damai di alam sana.

    Biasanya, setelah semua berlalu, akan terasa lelah sekali, dan sedih makin terasa. Semoga yang ditinggalkan mama, diberikan kekuatan dan ketabahan.Amien.

  7. Pertama, aku ucapkan turut berduuka cita ya tante…
    Oma pasti sudah di Surga bersama Bapa…
    Unt kelg yg ditinggal smg dberi ketabahan. Amien

    Menangis aku membaca postinganmu,te… Tp terus tersenyum ktika baca Kai ngajak berendam 🙂

  8. Pingback: Selamat Jalan Tante EM Coutrier : Honey Bee

  9. Saya cuma pesan satu hal saja EM …
    Please jaga kondisi badan …
    kalau sudah begini … kadang badan kita sendiri terabaikan …
    sempatkan waktu untuk tidur dan makan yang cukup …

    Sekali lagi …
    Saya menyampaikan rasa duka cita kami sekeluarga
    semoga Mamanya EM tenang disana …

    Salam saya EM

  10. Aku lihat kemarin Mbak EM sangat tabah,
    Istirahat cukup ya, karena kita merasa kuat, padahal sebenarnya lelah amat sangat, apalagi dengan begitu banyak yang diurus, dan harus perhatikan anak2 pula..

  11. Entah untuk yang kali keberapa, tapi saya ucapkal bela sungkawa lagi buat bu eM & keluarga.
    Dan saya ucapkan terima kasih, disaat bu eM masih dalam suasana duka, sambil siap2 ngepack bawaan, Bu eM luangkan waktu untuk bertehur sapa dengan saya.
    Semoga kepulangannya ke Jepang nanti juga diberi kemudahan.
    Salam!

  12. Ini blogger sejati! Gak pake lama langsung ditulis! Top! Aku tak mau komen yang melankolis karena bukankah kita telah menyatakannya di Gtalk!

    Ayo teruskan.. Teruskan! Biar dunia tahu bahwa kita adalah makhluk-makhluk yang dikuatkan Allah 🙂

  13. Mbak Mel,
    Turut berbelasungkawa ya… Maafkan aku tak sempat kemarin menulis di Facebook karena jarang membuka.
    Semoga ini memang yang terbaik untuk alm mama ya.

  14. Mbak Em tolong jaga kesehatan, jgn mengabaikan istirahat dan makan ya ….

    sekali lagi, aku ikut berduka cita yg sedalam2nya atas kepergian Mama,
    semoga Mama mendapatkan tempat terbaik disisi NYA,aamiin
    salam

  15. Mbak EM, ikut berduka cita atas berpulangnya mama terkasih ke rumah Bapa di Surga, keteladanan kasih sayang beliau menjadi kenangan berharga bagi keluarga. Jaga kesehatan ya mbak, teriring salam.

  16. Mention yang Nechan sampaikan kepadaku lewat twitter, terbaca ketika aku bangun subuh. Terbayang bagaimana perasaan yang nechan rasakan ketika itu. Barangkali hampir sama persis ketika kami mendapatkan berita berpulangnya Ibu setahun yang lalu. Tapi, begitu membaca balasan Nechan kepada DV bahwa nechan akan pulang hari jumat karena harus menyelesaikan pekerjaan dulu di hari itu, aku jadi bisa tahu, bahwa nechan bisa melewati itu dengan tenang. Aku turut lega..

    Nechan.. seperti yang nechan katakan di twitter bahwa memang saatnya sudah tiba bagi Mama, aku setuju. Itu sesungguhnya adalah ungkapan kepasrahan dan keikhlasan yang luar biasa. Dan itulah yang semestinya kita miliki dalam kondisi seperti itu.

    Kami doakan semoga Mama mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan dan semoga Nechan dan keluarga senantiasa diberi kesehatan dan kekuatan melewati ini semua..

    Sekali lagi, kami turut berbelasungkawa..

  17. Mbak EM,

    dari tulisan ini, dan sambutan papa setelah misa hr sabtu malam, saya tahu bahwa seluruh keluarga diteguhkan dan ikhlas melepas keberangkatan mama ke perjamuan abadi

    Salam,

  18. Mbak Imelda,
    Saya mengucapkan ikut berduka cita untuk mbak sekeluarga, semoga diberi ketabahan. Ikhlas melepas kepergian mama akan menenangkan jiwa yang pergi. Semoga mama mbak beristirahat dengan tenang disisi-Nya..Amin

  19. Aduuuuh, BuEm, maafkan aku gak tau akan kepulangan Mama BuEm 🙁

    Aku turut berduka cita yang sedalam-dalamnya, semoga almarhum di terima di sisi Allah Bapa, diampuni segala dosanya. Khusus untuk Papa BuEm semoga diberi ketabahan dan kekuatan untuk menjalani sisa hidup tanpa belahan jiwanya 😥

    GBU, BuEm.

  20. aku ikut berduka cita ya…
    semoga Almarhumah mendapat tempat di sisi-Nya , dan keluarga yang di tinggalkan di beri ketabahan..

    jaga kesehatan ya tan…
    *pelukkk*

  21. Mbak Imel, kagum deh dengan ketabahan Mbak Imel (dan terutama ketabahan papa mbak Imel sih). Aku pas nyalami Mbak Imel sampai nggak bisa ngomong apa2. Hiks, aku ikut sedih Mbak. Tapi kita punya iman kan bahwa kematian adalah saat terbaik untuk bertemu Tuhan sendiri. Aku juga percaya Mama sudah bahagia. 🙂

    Mbak, jaga kesehatan ya. Peluk-peluk Mbak Imel…

  22. mba melda…. turut berduka cita ya..moga keluarga yg ditinggalkan diberi kesabaran juga… semua yg hidup akan kembali… begitu juga dengan saya yg baru saja kehilangan ayah… moga saja kita termasuk anak yg dibanggakan orang tua ya mba ….

  23. Mbak, bener2 turut berduka dengan berita kepergian mama. Bener2 shock waktu baca post yang ini 🙁

    Saya selalu sedih setiap mendengar cerita orang yang jauh dari rumah trus mendapat kabar sedih seperti ini, soalnya saya juga hidup jauh dari rumah dan kampung halaman. Ga kebayang kalo mendengar berita mendadak seperti ini pas lagi jauh2 gini, harus ngider separuh bumi dulu. Saya berharap sang waktu akan lebih ramah saat giliranku. Dan saya bener2 salut dengan mbak yang masi tegar dan kuat menjalani hari seperti biasa sebelum pulang.

    My deepest condolence untuk mbak dan seluruh keluarga
    And rest in peace ya buat mama
    Jangan lupa jaga kesehatan ya mbak
    :'(

  24. Mbak Imel…
    aku yakin, mama Mbak Imel sudah berbahagia di surga. Aku berkaca-kaca waktu mendengarkan papa Mbak Imel… betapa beliau sangat mengasihi Mama… dan juga seluruh keluarga..

    Salut, ulang tahun Riku masih sempat dirayakan bersama oma-nya sebelum oma diantar ke peristirahatannya. Selamat ulang tahun Riku…
    Semoga seluruh keluarga dikuatkan ya Mbak…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *