Aku sudah pernah menulis tentang salah satu kuliner Jepang yang bernama Okonomiyaki di Di atas lempeng besi panas. Ya masakan sejenis dadar/martabak telor. Tapi ada satu lagi yang mirip, namanya Monjayaki.
Kemarin setelah berbelanja dengan anak-anak, aku mengajak mereka ke rumah makan Monjayaki dekat stasiun. Kebetulan Gen makan bersama atasannya di Shinjuku, jadi aku malas masak. Kebetulan juga aku melihat ada meja kosong di resto itu, yang biasanya penuh terus. Memang waktu itu belum jam 6 sore, tapi selain kami, dua meja yang lain sudah ditempati orang. (Ternyata dalam resto itu ada 4 meja di atas tatami yang tidak terlihat dari luar).
Pemilik resto itu sangat ramah dan suka pada anak-anak. Rupanya dia juga mempunyai anak berusia 5 tahun (setahun lebih tua dari Kai), jadi Riku dan Kai sangat merasa at home di restoran itu. Belum lagi pasangan setengah abad yang duduk di meja kami sering mengajak anak-anakku bicara. Pemilik resto itu juga menyarankan mencoba monjayaki yang biasa saja dulu, dan dia membuatkannya untuk kami.
Monjayaki itu adalah adonan seperti okonomiyaki yaitu campuran sayuran (kol) dan seafood/daging dengan kaldu. Adonan yang kami pesan juga dicampur dengan mie kuning. Yang membedakannya hanya pada jumlah tepung. Tepung yang dipakai sedikit sekali, sehingga hasilnya…. berair, tidak bisa melekat seperti telur dadar/martabak. Adonan yang sudah dicampur menjadi satu, ditaruh di atas lempeng besi panas. Kalau sudah masak, tidak bisa dipotong, jadi makan dengan mengambilnya dengan spatula mini dan makan panas-panas. Tentu saja untuk Riku dan Kai perlu menunggu sebentar sebelum makan.
Monjayaki ini makanan khas Kanto (daerah Tokyo dan sekitarnya) terutama di daerah pasar Ikan Tsukiji. Aku pertama kali makan monjayaki ini memang di Tsukiji bersama murid-murid bahasa Indonesia sekitar 12 tahun lalu. Dan monjayaki di sana memang enak, yang kemarin kurang bumbu….entah apa. Karena porsinya kecil, aku minta tambah okonomiyaki. Nyesal juga coba minta yakisoba (mie goreng Jepang) saja. Karena okonomiyaki yang enak adalah okonomiyaki ala Hiroshima, yang ada di restoran lain.
Kami keluar restoran itu pukul 7:30 dan pulang ke rumah dalam dingin. Baru setelah sampai di rumah aku tanya anak-anak apakah suka makan Monjayaki? Riku bilang, “Enak kok ma….” Lalu aku bercanda…. “Tau ngga Rick, ada teman mama yang tidak suka makan monjayaki karena kelihatan seperti…… (hayo tebak!! 6 kata) . Untungnya anakku kebal seperti mamanya, dan tidak membayangkan yang nggak-nggak, apalagi sampai mengeluarkan makanan yang sudah masuk tadi hehehe.