Harmoni Menyentuh adalah salah satu lagu dari Katon Bagaskara yang terdapat dalam album dengan nama yang sama. Dan memang posting ini ingin menceritakan tentang Katon dan Natal Bersama di Tokyo.
Tanggal 4 Desember lalu KMKI (Keluarga Masyarakat Kristen Indonesia) mengadakan acara Natal Bersama di Odaiba. Memang kegiatan seperti ini selalu dilaksanakan setiap tahun, dan sudah 4 tahun aku absen mengikutinya. Hisabisa datang ke acara KMKI, yang dimulai pukul 4 sore untuk mengikuti ibadah. Aku juga heran acara Natal biasanya diadakan paling cepat minggu ke dua Desember. Karena sudah pasti pada minggu pertama Desember ada Ujian Kemampuan Bahasa Jepang, yang banyak diikuti pelajar dan mahasiswa Indonesia di Tokyo. Selain itu biasanya diadakan hari Sabtu, tapi entah kenapa tahun ini diadakan hari Minggu…. entah karena tidak ada tempat atau menunggu ujian selesai (yang menurutku belum tentu mereka bisa mengejar jam pelaksanaan yang jam 4 untuk ibadah dan jam 6 untuk perayaan).
Tadinya kupikir Gen dan kedua anakku akan pergi jalan-jalan dan tidak mengikuti kebaktian, eh ternyata mereka berhasil duduk diam mengikuti kebaktian yang menurutku…hmmm agak kurang khidmat. Eh tapi ini menurutku saja, dan kalau kutelaah mungkin karena dalam pikiranku, belum memikirkan tentang Natal. Bayangkan di kala baru 1 lilin advent menyala (masih awal bulan Desember), kami harus membayangkan sesuatu yang sebetulnya baru akan dirayakan 3 minggu kemudian. Dikarbit. Memang agama Katolik tidak menyetujui perayaan Natal pada masa Advent, TAPI untuk kemudahan pengadaan secara oikumene (gabungan semua gereja Katolik dan Kristen), maka kami, umat katolik, tetap ikut merayakan (dengan resiko ya gitu hatinya belum Natal).
Telaah keduaku, karena tempatnya terlalu mewah. Tempat pengadaan memang di gedung bagus dengan panggung besar, tapi menurutku ya masih kecil sih. Mungkin kapasitasnya sekitar 300 orang. Untung ditambah dengan kursi di atas jadi bisa memenuhi pengadaan kursi, yang katanya sih sekitar 400 orang hadir pada perayaan (bukan ibadah, ibadah paling juga 150 orang). Aku memang merindukan pelaksanaan di gedung Balai Indonesia yang menyatu dengan Sekolah RI di Tokyo. Memang kecil dan sederhana, tapi justru kesan sederhana itulah yang ngangenin. Kecil dan sederhana itu juga bisa menyatukan kerja panitia sehingga benar-benar bisa merasakan “melayani umat” dan hati, tentu saja dengan segala clash/ ketidak setujuan kecil yang terjadi. Well, sebelum 4 tahun yang lalu, aku selalu terlibat dalam panitia Natal.
Oh ya dalam ibadah biasanya juga ada penyalaan lilin Natal, waktu kami menyanyikan lagu “Malam Sunyi”. Tapi karena gedung konser, tidak boleh ada api (bahaya kebakaran), maka tahun ini lilin yang dipakai adalah lilin elektrik. Lucu juga sih. Dan akhirnya ibadah selama 1,5 jam akhirnya selesai kami diwajibkan keluar ruangan untuk makan bersama, berbentuk bento, di lantai bawah (tentu saja karena ruangan konser tidak bisa dipakai untuk makan-makan). Sayangnya menu masakan bentonya semua pedas, kecuali sate ayam, sehingga Kai hanya bisa makan sate ayamnya saja. Aku senang sekali bisa bertemu dengan pendeta-pendeta yang masih setia mendampingi gereja-gereja yang ada di Tokyo, dan mereka masih ingat padaku. Tapi setengah yang lain adalah orang-orang baru, yang tidak kukenal. Sampai pernah terbersit dalam pikiranku, jika ibu-ibu, bapak-bapak dan pendeta-pendeta ini tidak ada….ah betapa sepinya. (Diplomat/karyawan memang biasanya dalam siklus 3-4 tahun akan pulang). Harus mencari teman baru yang lebih muda nih 😀
Pukul 6 sore, acara kedua berupa perayaan (hiburan) dimulai. Kami masuk lagi ke ruangan konser, dan harus berebut tempat duduk lagi (yang strategis) dan akhirnya Gen beserta anak-anak pindah ke atas supaya bisa melihat lebih jelas. Sebagai acara pembukanya, kelompok orang Jepang yang tergabung dalam Lagu-lagu Kai menyanyikan lagu-lagu Natal dan lagu Indonesia. Aku salut pada bapak pemimpin yang kutahu tidak muda lagi tapi bersemangat mengajak hadirin untuk menyanyi bersama.
Setelah itu baru Katon Bagaskara muncul dengan satu lagu Natal dan beberapa lagu lawasnya. Suara Katon yang khas agak terdengar bindeng karena udara dingin, tapi tetap memukau. Penyanyi itu kalau live memang bagus yang suaranya. Sempat Katon turun dari panggung, dan melihat Riku yang melambai-lambai di atas. Ya sambil menonton pertunjukannya Katon ini, aku merasakan harmoni menyentuh. Paduan suara antara Katon dan penonton yang masih hafal lagu-lagunya! Benar-benar membuatku merinding. (Aku tentu saja ikut nyanyi duonnng!) Eh ada satu kali lagi yang membuatku merinding, yaitu waktu menyanyikan lagu terakhir “Indonesia Raya”. Wuiiiih sudah berapa tahun aku tidak menyanyikan Indonesia Raya bersama. Dulu aku masih suka datang ke upacara kemerdekaan di SRIT dan menyanyi bersama, sekarang? Dengarpun tidak, kecuali di TV waktu pulkam, tapi tidak di Tokyo.
Jam 8 lebih acara selesai. Dan aku melihat Ira di panggung melambaikan tangan ke arahku. Aku memang mendapat sms darinya, bahwa dia membawakan sesuatu untuk kami. Jadi harus ketemu. Eh, tak lama anak-anakku turun dari atas, dan langsung lari ke panggung! Minta foto dengan Katon. Senang sekali melihat Katon langsung menggendong dan mencium pipi Kai begitu melihat Kai datang menghampiri. Mungkin Kai fans nya Katon yang termuda ya? hehehe. Untung saja kedua anakku fans dengan Katon, sehingga kami sekeluarga bisa membuat foto bersama Katon di atas panggung hehehe.
Malah aku tidak sempat berfoto dengan Ira karena mengikuti dia ke belakang panggung untuk mengambil CD lagu-lagu KLa yang dicover oleh band-band Indonesia. Dan akhirnya juga rencana bertemu Katon dan Ira Selasa sore tadi harus dibatalkan karena Kai semalam batuk parah sampai muntah. Aku juga 🙁 Warning untuk kami deh ….. Memang musim dingin banyak kemungkinan terserang Noro Virus dan Radang Telinga, selain masuk angin dan influenza tentunya. Ah, semoga nanti bisa bertemu kembali di Jakarta kalau kami mudik ya Ra….