Waktu berbalas komentar dalam statusnya mbak Titik yang sekarang berada di Naruto mengenai “dingin”, ada hal menarik yang kurasa bisa disharekan di sini. Yaitu pernyataan Titik kemarin (tanggal 1 Desember) bahwa menurut temannya masih akhir musim gugur. Belum musim dingin. Dan ya, memang menurut kedudukan (letak) matahari ternyata yang namanya Musim Dingin (Winter) itu baru dimulai tanggal 22 Desember dengan istilah Touji 冬至. Padahal sejak 23 November lalu sudah shousetsu ditulis chiisai yuki (小雪). Taisetsu ditulis ookii yuki 大雪 nanti tgl 7 Desember. Kanji yuki itu mengelabui pemikiran bahwa salju = winter. Jadi resminya winter di Jepang itu mulai tgl 22 Desember nanti sampai 20 Maret tahun depan. Tapi kalau menurut hitungan bulan sebagaimana orang luar negeri (western lain) ya masuk Desember sudah winter.
Hari ini, Jumat 2 Desember sudahlah layak dikatakan winter. Suhu udara hanya 4 derajat. Pagi diawali dengan hujan yang kemudian menjelang siang udara menjadi kering dengan langit mendung, untung awannya berwarna putih sehingga tidak ada kemungkinan salju. Langit sebelum turun salju menurutku mempunyai warna yang khas. Intinya hari ini dingiiiiiin sekali! Seakan winter menyerang lebih cepat.
Dinginnya Tokyo lebih terasa waktu aku pulang tadi. Naik bus dari Kichijouji menuju rumah. Di sebelahku duduk seorang ibu muda dengan bayinya yang digendong di depan dengan belt khusus. Bayinya menangis…. terus. Karena Kichijouji adalah terminal awal, aku pikir juga, si ibu mestinya bingung meredakan tangis bayi sampai halte dia turun nantinya (dan ternyata haltenya hanya beda satu denganku). Aku sapa dia dengan mengatakan, “Bayi kamu lapar?” Dia bilang belum waktunya minum. “Saya rasa dia kepanasan”.
Bayangkan bayi sekecil itu menempel di badan ibunya. Bayi itu sendiri sudah memakai baju tebal, masih pakai jaket lagi dari luar gendongannya. Kalau aku jadi ibu itu aku akan lepaskan gendongan dan pangku biasa. Tapi memang beresiko sulit memasang gendongan itu lagi. Ah bepergian dengan bayi sendiri itu memang ribet, dan aku sudah dua kali mengalaminya Ibu muda! Percayalah dia kepanasan.
Lalu si ibu muda membuka jaket si bayi, dan aku sapa si bayi, ” Sebentar lagi sampai ya…..” Padahal bus belum berangkat 😀 Dan si bayi berhenti menangis, melihat mukaku. Mungkin dia pikir “nenek” asing di sebelahnya bicara apa sih? Dan bus mulai jalan bergerak, Untuk sementara dia bisa diam. Tapiiiiii setiap bus berhenti di halte sang bayi menangis lagi. Bayangkan perjalanan naik bus selama 20 menit diiringi oleh tangis bayi? Aku tahu pasti si ibu kelabakan (meskipun tidak begitu ketara sih) dan penumpang lain bersungut-sungut dalam hati. Belum lagi ada seorang anak berusia 1 tahun lebih yang duduknya tidak jauh dari kami. Dia mendengar bayi yang menangis itu, dan ikut-ikutan menjadi rewel…. duh…ributnya.
Masalah perubahan suhu yang drastis memang menyebalkan. Dalam kendaraan umum kita tidak bisa menanggalkan jaket/coat padahal biasanya kendaraan itu dilengkapi heater. Belum lagi coat itu sendiri memang berat jika dipakai terus-terusan. Hari ini aku merasa capek dua kali lipat hanya karena memakai coat mulai hari ini. Tapi seperti sebuah komentar yang kubaca tadi: “Masih mending dingin dong daripada panas!”… ya aku merasa orang itu benar. Kalau dingin kita masih bisa memakai baju berlapis-lapis, tapi kalau panas, kita tidak bisa membuka baju atau kulit kita kan? Belum lagi winter di Jepang disemarakkan dengan illuminasi lampu-lampu sampai bulan Februari (puncaknya memang waktu Natal, tapi sebagian lanjut terus sampai Februari). Sinar lampu-lampu itu sedikitnya bisa menghangatkan hati meskipun pundak terangkat,kerah baju menutup leher dan tangan terbenam dalam saku. Dan selain lampu hiasan ilumination ini, Jepang masih ada Kairo, untuk menghangatkan tubuh.
Welcoming Wonderful Winter!