Tidak tahu apakah karena menjelang akhir bulan, atau menjelang akhir tahun, atau pengaruh cuaca, tapi sejak kemarin malam aku ingin menangis terharu terus. Apa pasal?
Kemarin malam seperti biasa sebelum tidur, kami pasti berdoa bersama kemudian aku membacakan buku untuk Kai. Jarang sekali Kai tertidur sebelum cerita itu selesai, bahkan bisa minta nambah…tidak seperti kakaknya yang sering sudah tertidur pada halaman ke 3 :D. Tapi kemarin malam entah kenapa, aku mulai menasehati anak-anak. “Mama tahu Riku dan Kai masih kecil, tapi mama ingin Riku dan Kai bisa mandiri. Misalnya kalau ada gempa, Riku dan Kai sudah tahu harus berlindung di bawah meja kan? Tapi seandainya nih, Riku di sekolah, mama di universitas, papa juga di kantor, Kai di TK. Kemudian terjadi gempa. Riku dan Kai tidak bersama mama kan. Atau Riku sendiri di rumah. Paling sedikit Riku harus tahu di mana air minum dan makanan. Kita harus bersyukur loh bahwa waktu gempa Tohoku Maret lalu, Riku dan Kai ada bersama mama. Coba Riku masih dalam perjalanan pulang dari SD, lalu Kai di penitipan….wah mama pasti panik.”
Kai menyela, “Tapi aku mau sama mama terus…”
“Iya dong Kai…. mama juga mau sama Kai terus. Tapi adakalanya tidak bisa begitu. Gini ya, mama mau cerita. Waktu gempa di Kobe, ada anak umur 3 tahun (anggap namanya Boya) naik mobil dengan mama dan adiknya yang masih bayi. Mamanya nyetir, dan gempa datang. Lalu mobil mereka tertimbun pasir dan batu. Si Boya selamat tapi mama dan adiknya meninggal. Boya ini tahu bahwa mamanya selalu bawa air minum dalam mobil, jadi dia cari dan minum. Dengan minum terus dia bisa hidup sampai 3 hari ditemukan team SAR. Karena itu mama juga mau Riku dan Kai tahu tempat mama simpan makanan dan minuman. Itu di teras luar kan ada pet botol isi air. Seandainya kurang air waktu gempa, air itu bisa diminum, karena itu air ledeng. Tapi…. sebetulnya itu mama simpan buat WC dan bersih-bersih. Ingetin mama untuk beli makanan persiapan gempa ya, soalnya yang sekarang sudah kedaluwarsa, sampai Oktober kemarin. ….”
“Mama sih cerita begini sebelum tidur…”Riku berkata.
“Iya maaf, tapi ngga ada waktu lain kan untuk mama cerita gini sama Riku dan Kai kecuali sebelum tidur… Ayo kita berdoa saja”
Seperti biasa aku berdoa, dan terakhir Kai akan menambahkan, “Tuhan tolong semua supaya bisa bangun besok. Tolong semua supaya sehat. Tolong semua supaya tidak mimpi buruk…..” tapi kemarin malam dia menambahkan dengan kalimatnya sendiri, yang intinya “Tuhan kalau gempa supaya ada bersama kami”.
Aku kaget….. lalu aku tegaskan, “Tentu jika gempa, kalian takut, langsung berdoa. Tuhan pasti tolong!”
“Tuhan dengarkan doa kami. Amin”
Ahhhhhhh aku benar-benar terharu. Tanpa aku suruh, Kai bisa berdoa semanis itu. Benar-benar bangga pada Kai. Dan malam ini sebelum aku menulis posting ini aku dibuatnya terharu lagi.
Sebagai desert aku memberikan coklat buat semua. Satu orang dapat sekitar 3 biji. Dan aku lihat Kai masih punya satu biji coklat, sedangkan kakaknya, papa dan aku sudah habis. Mungkin dia melihat papanya kasih satu bagiannya kepadaku, karena aku kasih satu kepada Riku. Tiba-tiba Kai memberikan coklat terakhirnya itu kepada papanya. Tapi papanya bilang, “Ngga usah untuk Kai saja.” Lalu dia kasih ke aku, dan aku bilang tidak usah juga, itu kan bagian Kai. Lalu aku tanya, “Kai mau kasih ke Riku?” (Riku yang memang suka coklat seberapapun kurang). “Mau. Riku…. ini buat Riku” …. Aku bengong, sambil liat suamiku. Gen langsung peluk Kai, juga aku. “Anak baik”….
Lalu waktu mandi bersama Kai sesudah itu, aku tanya mengapa Kai kasih coklatnya ke Riku? Lalu dijawab, “Karena senang!”
“Oh Kai senang?”
“Riku kan senang”
“Oh maksud Kai, Kai senang kalau Riku, Mama dan Papa senang?”
“Iyaaaa……”
Ah, aku menghapus air mata lagi sambil memeluk Kai. “Mama juga senang kalau Kai senang”
Senangnya mempunyai anak yang percaya Tuhan dan senang menyenangkan orang lain. Semoga Kai yang sekarang berumur 4 tahun, bisa tetap mempunyai hati usia 4 tahun, meskipun dia berangsur menjadi besar dan dewasa. Dan aku merasa diingatkan oleh anakku sendiri.
Doa St Fransiskus dari Asisi:
Tuhan,
Jadikanlah aku pembawa damai,
Bila terjadi kebencian,
jadikanlah aku pembawa cinta kasih,
Bila terjadi penghinaan,
jadikanlah aku pembawa pengampunan,
Bila terjadi perselisihan,
jadikanlah aku pembawa kerukunan,
Bila terjadi kebimbangan,
jadikanlah aku pembawa kepastian,
Bila terjadi kesesatan,
jadikanlah aku pembawa kebenaran,
Bila terjadi kesedihan,
jadikanlah aku sumber kegembiraan,
Bila terjadi kegelapan,
jadikanlah aku pembawa terang,
Tuhan semoga aku ingin menghibur dari pada dihibur,
memahami dari pada dipahami,
mencintai dari pada dicintai,
sebab
dengan memberi aku menerima,
dengan mengampuni aku diampuni,
dengan mati suci aku bangkit lagi,
untuk hidup selama-lamanya.
Amin.