Universal dan Kampung Daun

28 Sep

Setelah dari Saung Udjo (15 Agustus 2011), kami cek in dulu di hotel, takut nanti kemalaman dan kamarnya batal. Padahal sih kalau pesan di agoda.com itu sudah pasti ada kamarnya, karena langsung dicharge 100% dari credit card. Mungkin dengan menelepon saja juga bisa, tapi tetap rasanya kok kurang sreg. Aku pun harus mengatur penginapan untuk sang supir kan?

Jadi kami menyusuri jalan menanjak ke Lembang, dan di kiri kanan jalan banyak restoran dan toko yang asyik-asyik. But, no F.O. for me deh, aku tidak suka belanja baju sih hehehe. Dan saat itu aku melihat papan iklannya Kampung Daun. Yes! dinner di sini saja. Aku belum pernah ke Kampung Daun, meskipun awalnya aku ingin mengajak Gen ke The Valley. Rutenya beda lagi sih.

Agak sulit menemukan Hotel GH Universal (Jl Setiabudi 376)  ini, karena letaknya pas di belokan di kanan jalan dan di sebelah sebuah hotel yang memang besar juga. Jadi kami kelewatan dan musti u-turn kembali menurun. Wah…. memang hotel yang disarankan oleh temanku Wida ini memang keren! Masuk gerbang saja, kita sudah merasa masuk ke kompleks…. PURI yang mistis…. Semestinya kami naik kereta kuda nih, bukannya naik CRV hahaha. Memang hotel ini mengambil arsitek seperti puri-puri di Eropa.

Turun dari mobil memasuki lobby langsung disambut oleh kolam air mancur ala romawi … dan terlihat sofa-sofa model chesterfield yang terbuat dari kulit, dan tirai-tirai beludru berwarna merah. Hmmm aku sempat berpikir, pasti berdebu deh…maklum aku tuh kan alergi debu… eh tapi ngga juga tuh ternyata waktu aku duduk di lobby pagi harinya. Bersih…cling! Aku kemudian ke meja resepsionis di sebelah kiri. Petugas resepsionisnya laki-laki dan ramah. Tapi waktu aku menanyakan soal extra bed, rupanya mereka belum memasangnya, dan mohon maaf akan memasang sesegera mungkin. Bagiku tidak masalah karena aku toh akan keluar makan malam. Untuk extra bed aku harus membayar 300 ribu, tapi ternyata sudah termasuk pembayaran waktu aku pesan online. Dan satu lagi, ternyata mereka tidak mempunyai kamar untuk supir. Mereka sarankan untuk mengambil kamar supir di hotel sebelahnya. Tapi setelah aku rundingkan dengan Danny, lebih baik supirku ikut Danny dan menginap di hotel melati yang ada di sekitar rumah Danny. Bagus juga ide itu.

Kami menuju ke kamar yang terletak di lantai 4, dengan menaiki lift satu-satunya yang ada di samping kanan meja resepsionis. Oh ya di samping meja resepsionis ada lampu-lampu kristal, dan yang menarik pasti ada kristal berwarna merahnya. Ini ternyata juga menarik bagi Ira Wibowo, yang mengatakan justru kristal merah itu membuat tidak bosen… hmmm. Unik memang. Wah… sesampai di lantai 4, kami cukup dibawa putar-putar untuk bisa sampai di kamar kami. Tapi… begitu buka pintu kamar, aku tahu bahwa aku tidak salah pilih hotel. Sebetulnya ada 2 hotel yang kupertimbangkan waktu itu. Gen, sukanya hotel yang bernuansa etnis… yang endonesah banget. kalau bisa kamarnya dari bambu! Memang aku pernah melihat website Kampung Sampireun yang kabarnya untuk masuk kamar harus naik perahu dulu… tapi letaknya jauh dan hanya ada itu saja. Sayang waktunya. Kalau di Bandung ada hotel yang bernama hotel Jadul, lihat dari websitenya sih seperti kamar-kamar di Bali dengan nuansa etnis. Harganya lebih mahal sedikit dari universal. Kalau aku sendiri? Aku suka arsitekturEropa, jadi aku ingin menginap di Universal ini. Waktu mau pesan hotel, aku sih sudah menyerahkan pemilihan hotel pada Gen, maunya di Jadul atau di Universal. Lalu kata Gen, “Memang etnis sih, tapi kok kesannya dibuat-buat etnisnya. Udah di tempat pilihan kamu aja!” Cihuuuy deh (Makasih ya Gen, aku tahu kamu ngalah hehehe. Kalau mau etnis yang alami ya musti tinggal di kampung-kampung atuh, bukan di hotel :D)

Hotel Universal : kamar dan teras

Kamar dengan tempat tidur King Size lalu ada sofa yang cukup besar di sebelah kanan. Sayangnya kamar mandinya bukan bath tub, hanya shower saja. Sepertinya sekarang trend hotel baru, tidak memasang bathtub dalam kamar mandi. Padahal tarifnya cukup mahal loh. (Kalau mau yang pakai bathtub di hotel ini musti pesan Suite Room, yang tentu harganya juga suit suit dehhh… Setelah kami menaruh tas, tak lama petugas hotel datang untuk memasang extra bed. Untung aku pesan kamar yang cukup luas sehingga meskipun dipasang extra bed, tidak menghalangi jalan kami. Kamar itu cukup lega untuk 4 orang! Extra bed itu untuk Riku, soalnya dia paling lasak kalau tidur 😀

Nah, kami masih wara wiri dalam kamar, Gen mau merokok sehingga dia buka pintu ke teras luar. Dan dia langsung memanggil kami untuk melihat pemandangan di luar. Wow, pemandangan dari kamar kami memang  fabulous! magnificent! Rasanya bukan di Indonesia! Untung kami sempat melihat keluar sehingga bisa melihat hotel ini waktu malam. Karena tentu saja pemandangan waktu malam dan siang akan berbeda.

Karena sudah lapar dan Danny menunggu di bawah, kami cepat-cepat turun untuk pergi makan malam. Ke Kampung Daun ( Jalan Sersan Bajuri KM 47 No.88, Lembang, Bandung) , berarti menuruni jalan yang sama. Begitu sampai ke papan iklan yang besar, kami belok kanan. Katanya sih 4 km, tapi perasaan kok jauuuuh sekali. Mungkin karena malam, sepi… sampai aku pikir kok mau-maunya orang ke restoran yang sejauh ini? Tapi kata Danny, waktu restoran ini masih baru, orang-orang rela antri dalam mobil sepanjang jalan loh. Semoga kami tidak perlu antri. Aku sebetulnya sudah telepon untuk pesan tempat jam 7 malam, tapi oleh pihak restoran dipersilahkan datang langsung (tidak menerima reservasi). Mungkin karena hari Senin ya, jadi dianggap hari sepi.

Sepi? hmmm begitu kami sampai pukul 7:30, kami masih harus menunggu 30 menit lagi sodara-sodara! Waduh… udah lapar gini, dan mau pindha restoran lain juga jauh… Terpaksa deh kami tunggu. Tapi belum sampai 30 menit, waktu kami berjalan-jalan di sekeliling tempat souvenir, kami sudah dipanggil. Dan kami menuju “saung” atau “dangau” kami, yang kebetulan letaknya dekat air terjun. Masuk ke kompleks dangau-dangau itu saja lewat pintu masuk dengan api-api lilin. Serasa di karibia deh hihihi. Karena malam jadi etnis sekali, dan suamiku tentu senaaaaang sekali (eh bener senang kan pa?)

Makan malam di Kampung Daun

Kami duduk di semacam dangau itu dan cepat-cepat memesan makanan. Apa saja deh pokoknya lapaaar dan DINGIN! Ingat ya… kalau ke sini, ke restoran Kampung Daun waktu malam, bawa jaket deh. Apalagi kalau lapar pasti tambah dingin kan. Karena takut mereka masaknya lama, segala jenis makanan aku pesan. Soalnya pesannya saja musti pakai manggil dengan kentongan hahaha. Dari sate, ayam kremes, tempe mendoan, tahu goreng sampai sup buntut bakar. Dooh kayak ngga makan seminggu aja. Dan kamu tahu masakan apa yang paling cepat datang? Tempe mendoan dan tahu goreng! hahaha (Tapi tempenya di sini terlalu banyak minyak. Karena lapar aja, cepat-cepat dihabisin. Mendoannya enakan buatan mbak Win, asisten di rumah hehehe)

Suasana remang-remang, dangau, dingin, romantis, makanan enak, suara gemercik air terjun, api-api obor, suara kentongan, udah gitu dilengkapi bantal-bantal untuk sandaran duduk….. kalau kenyang bisa tinggal tidur hihihi. Akhirnya kami pulang ke hotel Universal hampir jam 10 malam. Sssst tempat tidur di hotelnya empuk loh! (Eh tapi aku terbangun jam 2 pagi dan menulis kerjaan 4 halaman loh. hebat yah 😀 mumpung ada ide gitu. Jam 5 Kai bangun dan memaksa aku tidur di sebelahnya :D)

Berfoto di pagi hari sebelum cek out

Keesokan paginya kami sempat berfoto-foto di halaman dan lobby, serta makan pagi di restorannya. Lumayan banyak ragam makanan di sini, tapi tentu saja aku dan Gen tidak gubris breakfast ala Eropa. Kami pilih bubur/soto dan Gen nasi kuning!

Sarapan kami pagi itu....

Kami juga sempat naik ke tingkat paling atas, ternyata di situ ada semacam perosotan untuk anak-anak berbentuk seperti menara Rapunzel. Lucu juga. Yang aku perhatikan seluruh detil hotel memang dikerjakan dengan sungguh-sungguh. Memang sih masih baru, tapi terlihat dari dekat pun detil bangunan cukup bagus. Misalnya air mancur biasanya kelihatan kalau duplikat kan buatannya kasar, tapi ini lumayan halus buatannya. Yang aku sayangkan adanya spanduk reklame dari salah satu provider telepon seluler yang dipakai sebagai penutup pembangunan sebagian lantai 5. Merusak pemandangan jadinya. Satu lagi, jika kita naik di lantai 5, bisa melihat perumahan dengan atap seng persis di sebelah kompleks hotel. Kesenjangan itu juga menyadarkan kami bahwa ini di Indonesia, tepatnya Bandung.

Sekitar pukul setengah 11 pagi, kami cek out hotel, dan menuju tujuan kami berikutnya: Taman Kupu-kupu Cihanjuang.

 

Berfoto di lantai 5 dengan latar belakang kamar kami di kejauhan (tirai yang terbuka sedikit)

36 Replies to “Universal dan Kampung Daun

  1. Saya belum pernah ke Universal … bagus juga ya arsitektur eropanya …

    terakhir ke Bandung kemarin itu saya menginap di Padma daerah Cieumbeuleuit atas … Dan malamnya ada dinner ke Kampung Daun juga …

    Memang benar apa kata kamu … perasaan jauuuhhh banget … sepi pula … jalannya sempit

    Tetapi semuanya terbayar … melihat suasana Alami Kampung Daun di waktu malam yang asik banget …

    Salam saya EM

    Padma dulunya Malya… sejak 2 tahun lalu mau ke sana, tapi belum keturutan….mahal sih hehehe
    Nanti suatu saat deh
    EM

  2. Wah, jangan-jangan ini hotel yang dimana kawan-kawan saya dan rekan kantornya mengadakan sidang. Katanya nuansanya sangat keistanaeropaan. Tapi katanya makanannya serbaeropa pula, sehingga mereka tidak suka. Hwehe. Masih lidah asli Indonesia, sih. 😀

    Kalau remang-remang saya malah tidak suka, Bu. Kalau makan ya harus di tempat terang. Agar dapat dengan jelas memandang makanan (mana tahu pelayannya salah naruh makan, kita pesan sate ayam eh yang ditaruh sate siput) dan merasa aman (tidak ada sebelah kiri-kanan yang berani “mencuri” makanan kita). 😀

    Kalau buat pacaran kan bagusan remang-remang, jadi ngga keliatan kalo makan banyak hahaha
    EM

  3. iya nih udah sering liat foto2nya hotel universal. kelaitannya bagus banget ya… 😀

    kampung daun juga bagus!! saya cuma pernah sekali ke sana dan suka banget.. suasanya beda banget… 😀

  4. hotelnya bagus banget…
    mungkin hotel2 sekarang nggak pakai bathup dalam rangka menghemat air 😀 kamar yg suit … suit aja yg pakai bathup karena tarifnya sudah termasuk air sekian ratus gentong. hehehe.

    eh kampung daun kayaknya menarik juga untuk dikunjungi. enak kan mbak? 😀

    hehehe not bad deh 😀
    EM

  5. memang benar, kalau orang jauh tuh memanfaatkan waktunya dengan baik. Hanya ke Bandung tapi udh mengexplore habis2an tempat2 yg bagus di sana. Saya aja hingga detik ini bekum pernah tuh ke kampung daun, mungkin karena malas dan ga gitu senang suasananya kali yah. Oh…karena denger ceritanya kalau mau makan aja antri dan kudu nunggu….hehehehe ya begitulah jadinya….*dasar pemalas…lagi cari alasan doank nih…..*

    kami kan turis mas 😀
    EM

  6. aih, hotelnya keren banget yah! bisa ngibulin orang bilang lagi di europe tuh, hhahahahahah.

    dulu saya makan di kampung daun nggak puas boook, hahahah. kurang enak makanannya. cuma view sama suasananya aja yang bagus.

    btw, itu riku….gayanya persis kayak turis yang foto sama merlion disini, hihihihihi.

    betul! View dan makanannya. Tapi kami sudah lapaaar sekali wkt itu jadi tidak ingat soal rasa hahaha
    Hotel Universal memang spt di eropa yah. Banyak yang sangka aku ke eropa wkt itu 😀
    EM

  7. Selama ini, kalau jalan-jalan/bacpacking, saya nggak pernah nginep di hotel ginian mbak … hehehe … kegedean modalnya. Tetapi tempatnya asyik juga ya …
    Gayanya ok juga tuh, anaknya yg besar … lucu…

  8. Kesenjangan seperti itu banyaaaak sekali ya mba, dimana2 bisa ditemui, walaupun kalo lagi liburan ya sudah terlewatkan mikir2 yg serius kek gitu mah 🙁

  9. kampung daun, memang benar , beli suasana disitu Mbak Em,
    tapi, kalau makanannya kurang begitu enak di lidahku 🙁
    sudah jauh, ngantri, begitu makan, kurang cocok,
    mungkin kalau pas lapeeeerr bang get , baru enak itu makanan 🙂

    seneng ya Mbak Em, bisa dapet kamar di universal ini, biasanya susah lho Mbak EM , krn sering nya penuh.
    atau mungkin Mbak EM, dah pesan jauh2 hari yaaa……. 🙂
    salam

    Pesan hotelnya ngga jauh-jauh kok kalau tidak salah seminggu sebelumnya. Cek terus tiap hari sih. Dan mungkin krn aku bukan yang kamar standar ya? Ntah deh. Tapi ada kok di agoda.com (Di online lain spt booking.com memang tidak ada kamarnya)

    Soal makanan di Kampung Daun, memang benar beli suasana kok bunda…. tapi not bad kok, meskipun mungkin ada yang lebih enak dari di situ. Buat kami turis cukup bagus lah.
    EM

  10. mba Imeeeeel…
    maap baru datang berkunjung lagiiiiii….
    *bloger sesat yang baru insyaf*

    Ini hotel yang waktu itu diceritain tea yah…
    ckckck…keren banget yah…aku ajah orang bandung gak tau lho mbaaa…
    bener-bener kurang gaul diriku inih…

    btw…kampung daun mah males ah mbaaaa…
    makanannya gak nendang dan gak jelas…mendingan makan di ampera ajah 🙂

    Kalau untuk orang Bandung ngapain juga makan di Kampung Daun? Yang ke sana kan turis macam aku hahaha
    EM

  11. ..
    lebih milih sarapan bubur dan soto ya, kalau gudeg doyan gak Mbak..? ^^
    ..

    gudeg untuk sarapan? no way. Untuk makan siang? makan tapi sedikit. Kalau manis aku ngga suka 😀
    EM

  12. Hotelnya memang menarik, saya hanya melihat dari jauh….ehh maksudnya dari jalan besar,

    Maklum kalau di Bandung ada rumah jadi tak nginep di hotel. Kalau kerja, di Lembang ada beberapa pilihan hotel, disesuaikan dengan panitianya. Biasanya saya menggunakan Sendik BRI di Lembang, pernah juga di Hotel Takashimaya…dan kemarin manasik di Grand Lembang….kualitas yang saya sebutkan pasti di bawah hotel Universal ini.

    Saya malah belum pernah makan di kampung Daun ini, maklum jika bersama teman-teman lebih suka ke Dago Tea House bisa melihat Bandung dari atas…atau ke Dago pakar saat pagi hari….

  13. Saya pernah lihat acara berita di tivi yang mengulas hotel ini. Katanya dulu hotel ini adalah kantor Pemerintahan yang dibangun pada jaman Belanda. Karena nggak pernah dipakai lagi lalu fungsinya diubah jadi hotel.

    Hotelnya unik yah, serasa lagi liburan di Eropa. 🙂

  14. mbak, jalan ke arah Kampung Daun itu, jalan ke arah rumah saya .. hehe
    Memang sepi, tapi jangan di tanya saat tahun baru tiba, bisa macet sepanjang jalan.
    Karena daerah ini banyak tempat wisatanya.

    Kalau suatu hari nanti, ke arah sini lagi, mampir ke rumah saya ya …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *