Biru yang tidak mengharu

29 Jul

Biru sering dikaitkan dengan kesedihan, kemuraman atau keadaan hati yang bergejolak a.k.a emosional. Tapi coba kalian lihat foto ini, adakah haru biru di sana?

Himaja (Himpunan Mahasiswa Japanologi) angkatan 86

Biru adalah dress code hari itu untuk kami, alumni Program Studi Jepang, Fakultas Sastra Universitas Indonesia (Sekarang bernama Fakultas Ilmu Budaya UI). Biru adalah langit yang menaungi kami selama ini, selama 25 tahun persahabatan semenjak kami tercatat sebagai satu angkatan, angkatan 86. Langit itu pulalah yang menghubungkan kami yang tersebar di Jerman, Tokyo, Surabaya, Palembang, Yogyakarta dan Tokyo meskipun tidak semua dapat bertatap muka tanggal 24 Juli 2011 kemarin.

Formatur Himaja 86 ditambah Setyawan dan Dian

Kami  25 orang lulusan SMA memulai kehidupan kampus  pertama kali kampus Rawamangun. Di taman sastra ini kami melewatkan waktu bersama dengan tawa canda senda gurau. Ada lirik mata, senyum manis dan oh ya tanpa disadari ada juga pengelompokan terselubung apalagi setelah kami pindah ke kampus baru Depok. Kelompok mobil, kelompok bus, kelompok jimny biru, jimny merah, starlet merah…. yang mengantar kami dari rumah masing-masing dari dan ke kampus, dan Japan Foundation.

Taman Sastra Rawamangun, tempat aku menunggu kuliah pagi sambil membaca koran yang dijajakan anak-anak penjaja koran. Aku selalu datang jam 7 pagi dan kerap bertemu mahasiswa menwa yang menginap di kampus.

 

Tidak lebih dari 19 orang yang bisa meneruskan sampai ke tingkat dua, dan tidak semua bisa berbaris bersama memakai toga di akhir kuliah 4-5 tahun kemudian. Tapi kita pernah bersama-sama melewati Ospek, penataran P4, kuliah-kuliah bahasa dan kebudayaan Jepang selain kuliah wajib bagi mahasiswa sastra. Juga mengalami pindahan dari kampus Rawamangun ke Depok yang gersang dan sepi, bahkan waktu belum ada Bus Kuning. Tempat berkumpul kami bukan lagi taman sastra yang rindang tapi kansas a.k.a kantin sastra.

Aku dan Dina yang diwisuda bersama angkatan senior. Tunggu aku ya bu Doktor Dina.... aku akan menyusulmu someday

 

Angkatan kami menghasilkan 2 doktor, 1 master, pengusaha, pegawai kantor, dosen, guru dan ibu rumah tangga. Tapi kami tahu bahwa kami bisa menjadi sekarang ini karena telah melewati proses belajar dan belajar  selama 25 tahun. Dan tentunya tidak akan berhenti hanya di angka 25. Semoga….

Kata Windy, hampir semua sudah bercincin kawin 😀

 

Lima tahun yang lalu kami merayakan 20 tahun  “kebersamaan” dan berencana untuk membuat perayaan 25 thnya pada th 2011. Lewat fesbuk akhirnya ditentukan tanggal 24 Juli 2011, sehari sesudah aku mendarat di Jakarta. Reuni 25 th ini juga yang menjadi “main event” acara mudikku tahun ini.

Sebetulnya ingin sekali pergi menginap bersama semisal di Bogor atau Puncak. Tapi karena  status kami  bukan lagi mahasiswa yang bebas untuk menginap lagi karena “buntut”nya sudah banyak, belum lagi ada beberapa orang yang datang dari luar Jakarta, akhirnya diputuskan untuk makan siang di Talaga Sampireun, Bintaro.

ki-ka: Ira, Elvy, Abi, Nita, Rahma, Windy, aku, Yati, Tia bawah : Jenny Vitasari, Dina dan Susi

 

Restoran yang mengadopsi saung-saung di atas kolam ini seharusnya membuat suasana romantis. Tapi karena diadakan siang hari, juga banyaknya tamu yang datang (karena akhir pekan)  sampai harus dibagi per lot waktu sehingga mengurangi kesan relaksasi, apalagi romantis.

Makanan yang merupakan hasil laut memang enak meskipun tidak bisa dikatakan istimewa buatku. Mungkin karena aku memang tidak begitu antusias makan nasi. Tapi satu minuman yang kurasa unik dan enak adalah Es Sirsak Talaga Sampireun. Rasa sirsaknya memang agak kalah dengan bahan-bahan lain, tapi aku memang tidak begitu suka tekstur dan rasa sirsak 100%.

Gurame, Cumi dan Udang sebagian dari menu yang dipesan + Es Sirsak Talaga Sampireun

 

Jadi kalau mau mengadakan reuni atau kumpul-kumpul memang tempat ini bagus, karena memang banyak orang yang bertujuan sama datang ke sini. Tapi bukan tempat yang romantis untuk berduaan seperti yang ditanyakan Putri Rizkia padaku. Jika hendak datang berombongan harus membuat reservasi dan membayar down payment terlebih dahulu. Untuk satu saung minimum paymentnya 600 ribu. Silakan dicoba!

 

 

31 Replies to “Biru yang tidak mengharu

  1. wow..wow…haru biru…kalo yang dipostingan ini ceria bitu 😀
    asyik banget bisa ngadain reunian 25 thn…mmmmmperayaan perak mbak…

    btw…kamu angkatan 86? waktu itu aku masih balita hahahahaha…..

  2. wew … biru nya keren, tadinya saya kira di angkatan itu ada yang pentolan partai tertentu hehehe ..senang ya mba bisa terus menjalin komunikasi dengan teman2 seangkatan.

    jadi pengen nyobain, tapi ada playground buat anak2 g mba?
    biasanya anak2 cpt bete nungguin yg tua2 ngobrol hehehe

  3. Wahh biru nya kereeen..
    Kenapa kita kopdar tanpa derss code ya..mungkin karena ini hari Jumat, malahan dress codenya batik ya Imel.

    Saya salut deh,. Imelda yang jarang di Indonesia, tahu berbagai restoran dan tempat kuliner yang menyajikan makanan enak..atau saya sendiri yang senengnya hanya itu-itu aja ya….

  4. wah suka kalimat ini “Biru adalah langit yang menaungi kami selama ini … “. seru ya ketemu temen lama 😀 eh emang seru sih kalau ketemu temen lama apalagi yang satu perjuangan 😀

  5. Hoho. Mudik bisa kumpul-kumpul dengan kawan lama, menyenangkan sekali, Bu. Turut bergembira. 😀

    Wah, saya sering tuh di Kansas, Bu. Kalau Kampus Rawamangun dulu, apakah yang sekarang jadi UNJ ya, Bu?

  6. weleh-weleh…jadi dari telaga sampireun terus ke pasaraya toh??…mbak EM tempat ini dekat dengan rumah saya lho…hehehehe…sekitar 5-10 menit jarak waktunya.
    tapi saya sendiri ga pernah mampir kesini tuh?…padahal dari bangunan itu ada sampai jadi saya sering banget lewat daerah itu….
    terima kasih atas laporannya yah…kopdar terusssssss….ditunggu foto2 yg di pp tadi siang

  7. Apa kabar, Mbak?… Semoga tetap sehat selalu.
    Aku jadi senyum sendiri melihat dan membandingkan foto jaman dulu dan jaman sekarang di atas. Benar-benar perubahan yang amat dahsyat. Hehe…
    Gaya penampilan mahasiswa jaman 86 itu loh kagak nahan (dilihat dari sudut pandang mahasiswa sekarang) 🙂

    Salam sayang dari BURUNG HANTU… Cuit… Cuit… Cuit…

  8. Akhirnya birunya nongol juga.
    Kemarin sempat ngilang lho Bu. Nggak tau, diedit lagi atau memang disembunyikan.
    Lihat salah satu fotonya, saya tertarik dengan sedakep style nya…
    Jangan2 Om NH itu terinspirasi dari foto itu ya?

  9. wah, klo reunian gini emang asyik ya mbak, apalagi udah 25tahun aja gitu, bener2 waktu yang gak singkat. Pasti seru deh lihat perkembangan temen2 masing2 seperti itu,, keren! >.<

  10. Yang paling menarik bagi saya tetap foto ke-4 dan ke-5. Walau birunya kurang, tapi ada kidung rindu bergetar saat melihat dan membayangkannya. Betapa masih asri terlihat Rawamangun, jauh dari hingarnya sekarang

  11. Heran juga, dari mana asalnya orang mengidentikan warna biru dengan keharuan, Padahal, kalau langit lagi cerah, itu berarti warnanya sangat biru. Barangkali karena kesamaan dua huruf akhir dari “haru” dan “biru”, sehingga membuat kita mengawinkan kedua kata tersebut ya.. 🙂

    Reuni 25 tahun? Waw… keren sekali…
    Semoga pada reuni berikutnya, sudah bertambah satu orang doktor lagi, yakni Doktor Imelda Coutrier… 🙂

  12. aku suka warna biru, Mbak EM
    dan, karena warna biru ini, kelihatan sekali semuanya jadi cantik2 dan cerah ya Mbak EM.
    hebat sekali setelah 25thn, persahabatan ini tetap terus terpelihara ….indahnya persahabatan ya Mbak EM 🙂
    salam

  13. Great job well done Ime.. Aku percaya anak2 kita akan mewarisi semangat kita lewat tulisan ini.. Persahabatan adalah nafas kehidupan kita..

  14. “Dan tentunya tidak akan berhenti hanya di angka 25” benar sekali Bu, karena belajar kita tumbuh dan berkembang dan kemauan untuk belajar adalah anugerah terbesar yang di miliki manusia.

  15. aduh mbak merinding deh bacanya berasa banget kebersamaannya..terpisahkan wilayah negara pula selama ini dan kini berkumpul kembali…

    rumah mamaku di rawamangun mbak..sekarang kampus UI udah jadi UNJ ya mbak..tapi suasana nya dan tempat itu masih ada sampai sekarang…

    mbak EM dulu dan sekarang sama cantiknya…^^

  16. Aaaaaaaaaaaaaaa senengnya baca ini!
    Aku kuliah di UNJ mbak itu Taman sastra masih ada walau udh berubah hehehe
    and gedungnya di poto2 ituh masih sama!

    8jadi terinspirasi pengen bikin cerita soal almamaterku*

Tinggalkan Balasan ke arman Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *