Rumah Beratap Merah

17 Mei

Dari jendela kereta,
kulihat rumah beratap merah
rumah tempat tinggalku waktu kecil
Biji buah kesemek yang kutanam, sudah besarkah sekarang?
Coretan krayonku apakah masih ada di dindingnya?
Sekarang, siapakah yang tinggal di rumah itu?

Meskipun aku sudah berdiri setinggi-tingginya
suatu hari rumah beratap merah itu tak terlihat
Tertutup bangunan tinggi di sekitarnya
Suatu saat memang akupun menjadi dewasa
Jalan kecil penuh dengan rerumputan yang kurahasiakan itu
apakah masih ada?

Biji buah kesemek yang kutanam, sudah besarkah sekarang?
Coretan krayonku apakah masih ada di dindingnya?
Kamu selalu ada di hatiku….

Rumah beratap merah.

でんしゃのまどから 見える赤いやねは
小さいころ、ぼくが すんでた あの家
にわにうめた 柿のタネ 大きくなったかな
クレヨンのらくがきは まだかべにあるかな
今は、どんなひとが すんでる あの家

せのびして見ても ある日赤いやねは、
かくれてしまったよ ビルのうらがわに、
いつかいつかぼくだって 大人になるけど
ひみつだったちか道 はらっぱはあるかな、
ずっと心の中
赤いやねの家

Rumahku di Jkt. Ah...sambil menyanyi lagu ini aku kangen rumahku ini. Hai papa... hai mama... hai Nov, Chris, Dharma, Sophie, Kei... I miss you all.

Sore tadi  Riku pulang ke rumah dari sekolah dengan berdendang. Kebetulan papa Gen ada di rumah karena kurang enak badan. Kai juga demam  sejak Minggu, dan aku sendiri sudah mulai merasa kurang enak badan. Sepertinya aku tertular Kai.

“Papa tahu lagu ini?”, dan papanya ternyata tidak tahu.
Dan dia menyanyikan lagu “Akai Yane no Ie 赤い屋根の家” “Rumah beratap merah”.

Aku langsung mencarinya di uak Google yang baik hati dengan gudang informasinya. Dan menemukan lagunya di Youtube (silakan klik jika mau mendengarnya). Ah, lagu ini memang enak didengar sekaligus membuat mellow. Dan aku ikut berdendang bersama Riku.

Lagu yang juga bagus liriknya.

Aku memang jarang berpindah rumah. Aku memang tidak lahir di rumah yang terpajang fotonya di atas. Tapi di sebuah rumah yang berjarak 300 meter dari situ. Kami pindah ke rumah yang sekarang waktu aku berusia sekitar 7-8 tahun. Rumah tua bangunan Belanda dengan halaman luas. Setiap rumah yang ada di kompleks itu mempunyai nama, tapi sayang rumahku itu sudah dicopot namanya. Mungkin dulu rumah-rumah ini merupakan bungalow? Aku tak tahu. Yang aku ingat rumah itu begitu besar bagi kami yang masih kecil, dengan halaman gelap tertutup pohon bambu dan kamboja di halaman depan, dan pohon pisang, mangga, nangka di halaman belakang. Angker sekali kelihatannya.

Dan rumah itu beratap merah! Genting merah bata. Sehingga waktu aku mendengar lagu ini, aku merasa kangen pada rumahku di Jakarta.

Dan, aku ingin berbagi lagu ini untuk Vania yang akan berulang tahun tanggal 22 Mei nanti. Memang masih lama bagi Vania untuk bisa mengerti arti sebuah rumah, tapi rumah itu adalah saksi bisu perjalanan hidup seorang manusia. Ia melihat kegiatan kita sejak bangun sampai tertidur, dan perkembangan hidup kita. Rumah kenangan.

Saya tidak mendaftarkan posting ini dalam acara Vania’s May Giveaways yang diadakan Lyliana Thia di blog berdomain barunya The Green Pensieve karena saya tinggal di luar Indonesia. Tapi bagi yang mau ikutan, silakan bertandang ke sana. Banyak sekali info yang bisa didapatkan di sana, terutama yang mau belajar berkebun hidroponik. Adem banget rumahnya loh.

 

18 Replies to “Rumah Beratap Merah

  1. huaaaaaaaaa
    how lucky Vania is!
    banyak sekali sudah saya baca cerita2 yang dibuat untuk Vania,
    ahhh …..
    rumah beratap merah?
    di sini adanya genteng berwarna merah 😀

    hlo? kok pada sakit? Emang lagi musim sakitkah di situ??
    Semoga lekas sembuh ya, dan Mama Kai jangan ikutan sakit dong 😀

    loh atap itu bagian atas rumah, bisa terbuat dari genteng (tanah liat) atau sirap 😀
    Iya nih, cuacanya berubah-ubah sih. Aku ngga boleh sakit krn harus ngajar Kamis dan Jumat 😀

    EM

    • owh iya ya 😀
      maklum masih bercokol bahasa medan, atap itu identik sama daun rumbia yang dijadikan atap hahaha
      sedang di jakarta, seringnya dengar genteng saja, bukan atap kecuali nyebut atap seng. emang ribet klo banyak bahasa gini ya hihihi

  2. rumahnya mirip2 rumah kita dulu di surabaya mbak. ya model kuno gitu yang besar dengan halaman luas. tapi tentu aja serem juga kalo malem2. huahahaha. mana rumah saya itu sebelahan ama rumah duka. sebelahan persis. huahahaha. banyak banget orang2 yang bilang bisa ngeliat yang aneh2 di rumah kita dulu. tapi kita tinggal disana puluhan taun gak pernah ada yang diganggu sih. 😀

  3. Rumah orangtua sekarang dikepung dengan rumah-rumah yang bagus-bagus, dan sudah semakin sempit lahannya.
    Daerah Jakarta Barat semakin banyak mall dan perumahan 🙁

  4. Rumah memang sesuatu yang bisa membuat kagen pemilknya.Saya sudah tidak memiliki kenangan lagi terhadap rumah yang saya tempati waktu kecil.Rumah itu sudah tergerus.Tak bersisa.yang ada hanya kenangan dihati,tanpa foto.

  5. Mama Kai dan Riku… gmana keadaan disana? Semoga Kakak Kai udah sehat dan Kakak Riku, Mama, serta papa Gen semua sehat ya! Kan udah mau summer… pasti seneng yah… 😀

    Mba Imelda, aku baca posting ini sambil dengerin lagunya …
    KAB. 『赤い屋根の家』

    Artinya Rumah Beratap Merah yah…? Dari nadanya memang mengingatkan akan masa kecil qta yah Mba,… Vania sendiri diusia 3 tahun sudah 3 kali pindah rumah… hihihi… dan masing2 tempat tinggal yg pernah kami tinggali punya kenangannya masing2… Bagus banget lagu dan postingannya Mba Imelda…

    Aku tetep save posting dan lagu ini yah Mba…

    Makasih banyak yaaa Mba Imeldaaa….. *terharu*

  6. Salam Takzim
    Kalau atap merah mah dikomplek ku banyak bu, tapi kalau dikomplekku ga tau itu rumah siapa aja, karena bentuknya barak dan setiap barak gentengnya berwarna merah xixixi
    Salam Takzim Batavusqu

  7. Mba Imeeeeeel…
    Lagi kangen rumah rupanyaaaaa…
    Nasib menjadi orang rantau ya mba…

    Rumah nenek ku juga kurang lebih seperti itu tuh mba…rumahnya kuno kuno gimanaaa gitu…dan cukup banyak kenangan ku disana…sedih juga ketika rumahnya harus dijual 🙁

    Semoga mba Imel sekeluarga sehat sehat terus ya mbaaaa 🙂

    Dan selamat ulang tahun buat dek Vania yang ke 3 semoga panjang umur dan sehat selalu yaaaa 🙂

  8. Senang punya rumah berhalaman luas, anak-anak bisa berlarian….sayang di Jakarta tinggal mimpi. Tapi setelah anak-anak keluar, penginnya rumah kecil, memaintain nya gampang (alasan males bersih-bersih, dan uangnya tak cukup)

  9. waaa… sama Mbak, aku juga lagi kangen rumah orangtuaku nih,,, kebetulan setelah diperbaiki, atap rumah kami sekarang jadi merah… tapi sekarang jadi merah kusam dan agak jelek karena kena abu vulkanik Merapi Oktober-November tahun lalu..

    jadi pengen mudik lagi deh… hehehe…

  10. Beberapa kali bertandang ke rumah di Jalan M itu. Berapa kali ya… Sudah berkali-kali sepertinya. Dan makin lama makin rimbun dan gelap saja suasananya. Tapi lingkungan di daerah situ tampak nyaman. Ramai sekali tidak, sepi sekali pun tidak.

    Ya, rumah masa kecil memang tak terlupakan. Tertanam dalam dalam palung ingatan. Kalau kita rindu, suasana serta orang-orang yang pernah tinggal di dalamnya sontak berkelebat hebat.

    Nah, mari mendengar Riku nyanyi.
    Sttt… mamanya mendengarkan saja.

  11. Oh gadis cantik yang di foto itu siapa ya ?? hi hi hi.^0^
    Aduh jadi kangen deh sama rumah itu, jadi aku teringat waktu renovasi rumah, aku dan Papa Mama tidak kasih tahu sama Imelda, RAHASIA. Banyak sekali kenangan dan rasa sayang di rumah itu..
    Aku suuukaaa sekali lho sama lagu itu, waktu aku ngajar di SD aku baru kenal sama lagu itu, dan sering aku nyanyi sama anak2.
    Eh, Imelda, soal lagu, di HK lagu2 ANZENCHITAI terkenal dan banyak yang cover lagu itu dengan bhs HK. Aku kemarin beli CD lagu ANZENCHITAI tapi bhs HK untuk belajar Cantonese, dan ternyata ada juga Natsu no Owari no harmony !! Aku jdai kangen sama kakak Imelda, lain kali kita nyanyi sama2 yuk ! Tapi dalam bhs HK lho !! ^0^

    hahaha, iya ya renovasi aja pakai rahasia 😀
    waaah pengennya nyanyi versi bahasa Indonesia…. harmoni di akhir musim panas….
    minta alamat barunya dong

    EM

  12. Hlaaaa…kalo di Jepang atap rumahnya berwarna apa jeng.??
    Di Idonesia kan memang atapnya rata-rata berwarna merah.

    Wah seandainya atap rumah di cat sesuai warna khas partai pasti asyik kaleee yaaaa.
    Ada kuning,biru, hijau dan ungu ha ha ha ha.

    Tapi atap mushola saya di kampung tak cat warna hijau..dhor.

    Salam hangat dari Surabaya

  13. Wah, semua kenangan pasti tertinggal di rumah masa kecil. Tapi selalu terbawa dalam ingatan.
    Tinggal di rumah buatan masa belanda, menyenangakan, aku dulu juga tinggal di komplek rumah dinas. Luas dan memanjang karena banyak kamar berderet. Sehingga dirasa waktu itu tidak perlu main keluar rumah. Bersepeda roda tiga bisa mondar mandir. Hihihi
    Menyenangkan ya mbak, jadi kangen pulkam.
    Jaga kesehatan ya mbak. Salam buat semua.

Tinggalkan Balasan ke Lyliana Thia Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *