Ondoku

11 Mei

Aku ingin menulis pendek saja, yaitu mengenai ondoku 音読. Bagi yang mempunyai anak SD yang bersekolah di SD Jepang pasti mengetahui ondoku ini. On adalah suara, doku adalah membaca. Membaca sambil bersuara, bukan dalam hati. Ini adalah satu usaha dalam pelajaran bahasa Jepang kokugo 国語, untuk membuat anak-anak sejak kelas 1 SD mengenal huruf, lancar membaca dan menulis.

Awalnya semua dalam hiragana, lalu perlahan diajarkan kanji dan katakana. Ceritanya juga cukup menarik, disesuaikan dengan musimnya. Jika musim semi maka bercerita tentang wakaba daun muda, bunga-bunga sedangkan waktu musim panas bercerita tentang tanpopo, sejenis bunga yang menyebar serbuknya di musim panas.

Setiap anak mempunyai satu helai kartu Ondoku, yang berisi hari itu membaca judul apa, bagaimana  kecepatannya dan ketegasan, serta perasaan waktu membaca itu. Siapa yang menilai? Nah itu dia, yang menilai adalah orang tuanya, dalam hal ini tentu ibunya.

Wah, aku paling tidak suka mengejar-ngejar anak (murid) untuk membuat PR. Karena dulu waktu aku kecil, bahkan sejak SD, aku tidak pernah disuruh membuat PR. Sepulang sekolah (SD) aku langsung membuat PR tanpa disuruh, dan pasti pukul 8 malam sudah tidur. Untuk keesokan harinya bangun pukul 5 pagi. Jadi menurutku PR adalah suatu rutinitas yang wajar dilaksanakan, dan aku berharap anak-anakku juga begitu…..

Untunglah Riku tidak sulit untuk membuat PR, tapi untuk Ondoku ini dia agak malas. Karena biasanya jika disuruh ondoku (dan itu hampir setiap hari) sewajarnya mencoba membaca berkali-kali. Tapi itu juga berarti mamanya juga harus mendengarkan berkali-kali…. hmmm…. payah ya 😀 Biasanya Riku hanya membaca satu kali saja. (Terus terang awal-awal kelas 1 aku tidak perhatikan apa yang dia baca. Dan kadang aku berpikir, untung sekali aku bisa bahasa Jepang ya 😀 )

Kartu "Membaca" dengan judul, kecepatan, ketegasan dan perasaan, kemudian tanda-tangan ortu dan sensei

Dan aku harus bisa menentukan akan menilai bagaimana, segitiga = kurang, bulat= bagus dan kembang = bagus sekali. Penilaian yang sulit :D. Tapi jika Riku bisa membaca dengan bagus, otomatis dia juga bisa menghafal isinya. Dan itu menguntungkan dia, jika ada “ulangan” dia bisa mendapat nilai bagus. (Lucunya di sini tidak diberitahu kapan ada ulangan, kecuali di akhir-akhir semester…. jadi diharapkan belajar harian deh)

Dan karena PR Ondoku ini hampir ada setiap hari, berarti mamanya juga harus menilainya setiap hari. Anak dan ibu sama-sama mengerjakan PR. Ondoku hari ini? Tentu sudah dong.

Pembaca TE sudah menyelesaikan PR hari ini belum? (aduuh aku ada PR dengan deadline  s/d tgl 15 Mei nih…. hihihi)

Peringatan : perhatikan cara membaca, dengan sikap yang baik, mulut dibuka, kapan penekanan keras-lemahnya dll. Selain itu warna kartu akan berubah sesuai dnegan banyaknya lembar yang terkumpul. Wah... Riku jangan malu-maluin mamanya yang pernah kerja di Radio dong 😀

24 Replies to “Ondoku

  1. Wah mbak, aku terkagum2 deh dengan begitu concernnya Jepang terhadap pendidikan & ilmu pengetahuan. Aku waktu SD punya jadwal bikin peer setiap malam, dan aku tak pernah suka hahaha… Mudah2an Vay nanti tidak begitu.

  2. Menarik sekali.
    Betapa pendidikan di Jepang sangat menerapkan contextual teaching and learning (CTL):
    “Ceritanya juga cukup menarik, disesuaikan dengan musimnya. Jika musim semi maka bercerita tentang wakaba daun muda, bunga-bunga sedangkan waktu musim panas bercerita tentang tanpopo, sejenis bunga yang menyebar serbuknya di musim panas.”

    Betapa peran serta orang tua sangat dijunjung tinggi:
    “Dan karena PR Ondoku ini hampir ada setiap hari, berarti mamanya juga harus menilainya setiap hari. Anak dan ibu sama-sama mengerjakan PR. Ondoku hari ini? Tentu sudah dong.”

    Artikel yang benar-benar menarik.

  3. Wah hebat… jadi peran orangtua dlm mendidik anak dituntut sekali yah di Jepang… boleh dicontoh nih kedisiplinannya…

    hmmm…Riku nggak ada segitiga nya… pinter dooong! hihihi…

  4. *gleg*
    *lagi lagi udah posting???*

    Nah Lhoooo…
    Jadi berasa kita yang punya PR ya mba..hihihi…
    Kayla masih di TK tapi tiap pagi udah belajar baca…
    tapi sama bu gurunya siiiih…
    soalnya SD disini gosipnya mah, baru masuk udah ada dikte tuh mba,,,
    *stres*

    Whuaaaa…
    Riku banyak kembangnyaaaa 🙂

  5. waaaaah sugoooooi… gitu caranya supaya cepet bisa !!!! *ini lagi ngomong ama diri sendiri bu, soalnya kayaknya level aku sama dg Riku!!! :p

    oya, hebat sekali ya cara pendidikannya, ini berarti ibunya musti kontrol terus perkembangan anaknya… ondokunya biasanya dikerjain jam brapa bu?
    lha gimana kalo ibunya kerja kantoran ya? kyknya gak mungkin ya, pulangnya kan pasti malem tu wanita karir jepang… makanya jarang ya bu ada ibu2 yg kerja kantoran? (bener ngga ini saya ni bu melda? hehehehe… berdasarkan org2 yg saya temui kl pulang >jam 8 di kereta, kbnykn bapak2 atau mas2 atau mbak2 atau ibu2 yg udah senior)

  6. wah… mirip dengan waktu SD dulu….dalam pelajaran bahasa Indonesia juga kita di suruh membaca dengan keras… sesuai dengan intonasi cerita….
    tapi memang gak sampai dijadiin pe-er…. he… he..

    Seru sekali ondoku ini, ya, mbak EM…

    Jadi inget, waktu masih sekolah dulu.. putri selalu membaca habis semua cerita-cerita yang di dalam buku pelajaran…baru kemudian mempelajari materi-materi nya.. he.. he…

  7. yang saya tertarik itu, belajar membaca di jepang itu mulai dari kelas 1 sd?
    sementara di sini, di daerah yang saya tau, ada sekolah yg menerapkan syarat untuk masuk sd anak² sudah harus bisa baca, minimal kenal huruf.
    tapi… bukannya saya bangga dengan kondisi di sini, justru malah sebaliknya, saya merasa prihatin dengan anak² kecil usia play-group dan tk yg jadinya justru banyak dibebani dgn hrs bisa baca sebelum masuk sd 🙁

  8. Ondoku ini bagus sekali mbak EM, para ibu jadi bisa lebih memberikan perhatian kepada anak-anaknya dan melihat perkembangan anaknya ya.. 😀 tapi klo bahasa jepang sih….ngngngngng….

  9. Wuih, keren sekali. Bahkan orang tua pun memberikan nilai. Hoho. 😀

    Orang-orang Jepang katanya sekarang banyak yang malas punya anak atau menikah, apakah karena tidak mau kerepotan seperti itu juga, yak?

  10. Lho…nechan punya PR ya..? Dari siapa..? hahahaha….

    Dua bulan jelang UN-nya Afif, pihak sekolah menerapkan hal yang hampir mirip dengan ini. Setiap anak diberi setumpuk kertas soal dengan kunci jawaban dipegang ortu plus kertas laporan yang berisikan jawaban dari masing-masing soal disertai perasaannya terhadap soal tersebut.

    Jadi, jika dia langsung bisa jawab soal tersebut tanpa ragu, di beri tanda “bintang”, kemudian jika dia ragu diberi tanda “segitiga”, jika berpikir cukup lama diberi tanda “segiempat”, dan seterusnya..

    Nah, mengisi tanda-tanda itu harus bersama ortu.
    Awalnya ribet memang, tanpa kurasakan cukup efektif. Setidaknya memberi impresi kepada anak bahwa dia tidak sendirian dalam menghadapi ujian tersebut, ada ortunya di sisinya 🙂

  11. Mungkin ini cara terbaik guru-guru di Jepang untuk ‘berbagi’ tugas mengajar dengan orang tua. Karena bagaimanapun waktu terbanyak dihabiskan di rumah, bukan di sekolah. Selamat belajar Riku!

  12. Wah keren ada ada pelajaran membaca seperti itu.
    Kayla baru lancar membaca pas kelas 1 ini, paling telat diantara teman-temannya yang TK sudah bisa membaca 😀

  13. Jangan-jangan saat Riku latihan ondoku di rumah, mamanya mendengarkan sayup-sayup sembari chatting dan nulis blog TE. Hihihi.

    Kok tahu sih? Kamu ada di sampingku ya? 😛
    EM

  14. Eh, rupanya mamanya Riku nggak sambil chatting atau nulis blog aja kok. Selain menerjemahkan, ia pun fb-an dan twitteran (lho kok sama aja?) Huihihi…

    awas ya Danny… kalo ketemu aku jitak beneran 😛

    mau buru-buru pergi, gara2 komentar kamu ini terpaksa jawab dulu deh 😛
    Udah ngobrolnya di chatting aja atau telepon deh. OK?
    EM

  15. waah, kalau begitu , ortu benar2 dilibatkan dalam rangka belajar Ondoku ini ya Mbak EM.
    jadi, memang anak didampingi dlm membuat PR , seakan kita yg punya PR juga ya 🙂
    Riku, kembangnya banyaaak, hebat 🙂
    salam

  16. Ondoku pasti mudah untukku 😀 & aku pasti semangat
    Aku suka latihan praktek
    Mmm… PR?! No way
    Maleeezzz
    Gila, takjub lihat rajinnya tante Imel

    ~LiOnA~

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *