GW -7- Mentega Terbang

6 Mei

Jangan terlalu dipikirkan judul di atas! Karena itu memang buatanku saja. Terjemahan langsung dari bahasa Inggris “butterfly”. Aku sebenarnya ingin tahu mengapa orang Inggris menamakan binatang cantik yang bisa terbang itu sebagai butterfly. Apa hubungannya dengan butter? Mustinya ada dong…karena kalau kata passport kan berarti pass untuk melewati port, pelabuhan. Well, biarkan saja pada ahli bahasa Inggris untuk mencari penjelasannya ya…..

Memang kali ini aku ingin bercerita tentang Kupu-kupu di keluarga deMiyashita. Gen suamiku ini meskipun bukan ahli biologi, amat suka pada serangga (insect – bahasa Jepangnya konchuu 昆虫) . Saking sukanya aku pernah berpikir mungkin semua anak laki-laki Jepang suka serangga ya? Apalagi aku tahu banyak anak laki-laki yang suka dengan kumbang kelapa sampai-sampai ada karakter Mushi King dalam permainan mereka. Tapi sebetulnya tidak juga, kata Gen, dia gemar serangga karena kebetulan saudaranya atau orang sekelilingnya banyak yang suka serangga.

Nah, kebetulan pada tanggal 3 Mei lalu (masih dalam acara libur panjang  Golden Week) diselenggarakan sebuah kelas di alam terbuka, yang namanya “Pelajaran Menangkap Kupu-kupu Pemula” yang diadakan oleh sebuah organisasi bernama “Perkumpulan Henri-Faber Jepang”  NPO日本アンリ・ファーブル会(奥本大三郎会長). Biayanya 1000 yen satu keluarga. (Aku juga heran sih kok Gen tahu saja ada kelas seperti ini hehehe) Gen tanya padaku apakah boleh dia pesan tempat dan mengajak Riku berdua saja untuk mengikuti kelas itu? Karena persyaratannya anak usia SD ke atas, jadi Kai tidak bisa ikut dan berarti aku dan Kai harus tinggal di rumah. Hmmm bagiku sih no problem, silakan pergi. Meksipun dalam hati aku berpikir, suatu waktu aku pasti juga akan terlibat kegiatan begini-begini. Kalau kupu-kupu sih OK saja, tapi kalau mau menangkap kumbang kelapa aku ogah deh hihihi (tapi aku kan bisa menjadi fotografer saja 😉 )

Jadi begitulah, tanggal 3 Mei pagi hari aku bangun pagi dan mempersiapkan bento (bekal makanan) untuk kedua lelakiku. Mereka harus berkumpul di stasiun Hikarigaoka pukul 10 pagi. Jadi aku akan menceritakan kegiatan mereka berdua dengan foto-foto ya.

Setelah berkumpul di stasiun, bersama rombongan,  gurunya 7 orang dan 6 keluarga peserta, mereka berjalan menuju Taman Hikarigaoka. Sambil berjalan, jika guru menemukan sesuatu, dia akan bercerita mengenai kepompong atau serangga yang ditemukan.

Lokasi: Taman Hikarigaoka

Misalnya mereka menemukan ulat Akaboshigomadara (Hestina assimilis) yang sebetulnya bukan habitat asli Jepang (berasal dari Taiwan).

Ulat akaboshigomadara yang berasal dari Taiwan. Kalau jadi kupu-kupu spt di bawah ini

Atau Nanafushi (Phasmatodea – Belalang Ranting) yang bersembunyi di daun. (keren ya bisa ketemu ini)

Nanafushi atau Belalang Ranting

Oleh gurunya di sana juga diajarkan jenis jaring yang dipakai, bagaimana cara menangkapnya, cara penggunaan dan penyimpanannya. Katanya Gen jadi ingin membeli macam-macam peralatan itu (oh noooo, itu akan disimpan di mana euy hihihi).

Karena cuaca mendung waktu itu tidak banyak kupu-kupu yang terbang. Riku hanya berhasil menangkap Yamato shijimi (Pseudozizeeria maha), dan dilepas. (Gambar diambil dari wikipedia)

Kupu Yamatoshijimi (gambar dari wikipedia), dan Riku bertanya pada gurunya

Selain kupu-kupu Yamato shijimi itu, Riku juga menangkap serangga yang bernama Kinkamemushi (Scutelleridae), dan seperti biasanya Riku tanpa ragu bertanya pada gurunya, apa makanannya. Yang hebat gurunya selalu membawa “kamus” serangga dan langsung mencari informasinya di tempat.

Setelah puas bermain sampai jam 1 siang, mereka makan bento yang dibawa dari rumah di taman tersebut. Sesampai di rumah dengan bangganya Riku memamerkan kupu-kupu yang diberikan oleh gurunya untuknya. Kupu-kupu yang ditangkap, jika dimaksudkan untuk dikeringkan dan dikoleksi, biasanya dimasukkan dalam kertas berbentuk segitiga, lalu dimasukkan dalam kaleng segitiga. Yang hebatnya keluarga Miyashita masih menyimpan kaleng segitiga milik bapaknya Gen yang sudah berusia 50 tahun lebih. Dan kami menemukan koleksi kupu-kupunya yang bertanggal 20 Mei 1956! Lebih dari 50 tahun yang lalu…… (Semoga masih bisa bertahan 100 tahun lagi dari sekarang hehehe)

Kupu-kupu hasil tangkapan gurunya dan kupu dari 55 tahun yang lalu

Sebagai environmentalist (cihuy), aku sempat meragukan kegiatan penangkapan kupu-kupu ini. Pikirku, kasihan dan sayang jika kupu-kupu itu ditangkap untuk dikeringkan. Tapi pemikiran ini adalah pemikiran orang Indonesia yang hidup di daerah tropis yang suhu udaranya sama terus sepanjang tahun. Di Jepang kupu-kupu hanya bisa hidup selama musim semi dan musim panas. Dari sekitar  bulan April sampai September. Selebihnya…. mati! (dengan atau tanpa meninggalkan telur). Jadi secara gampangnya, kalau toh harus mati, apa salahnya dia menjadi koleksi untuk bahan pelajaran orang-orang yang suka. Dan aku yakin orang Jepang jarang ada yang mau menangkap kupu-kupu yang sudah langka. Kalaupun ditangkap pasti diberikan pada pusat penelitian atau pengembangan hewan, seperti Pusat Kupu-kupu yang pernah kami datangi di Oomurasaki Center and Nature Park.

Dan aku juga merasa bahwa kegiatan seperti inilah yang membuat orang Jepang seperti sekarang ini. Dari kecil mereka dibiasakan untuk mengamati lingkungan dan membuat penelitian sendiri. Mulai kelas 4 SD biasanya mereka harus mengadakan penelitian selama musim panas sebagai tugas sekolah di musim panas dan wajib melaporkannya kepada gurunya. Apa saja boleh. Bebas! Mau biologi, fisika…apa saja. Dan kami sudah mendapat lungsuran mikroskop dari omnya Riku yang peneliti di Unversitas Tsukuba. Siapa tahu Riku mau menggunakannya untuk penelitian musim panas.

Aku jarang melihat atau mendengar ada kegiatan penelitian yang demikian sungguh-sungguh di kalangan anak-anak Indonesia. Atau paling sedikit tidak ada waktu jamanku sekolah dulu. Bahwa kebetulan adikku peneliti mikrobiologi itu juga biasanya timbul waktu sudah di SMA, bukan sejak masih usia SD (ya kan Nov? Masih ragu dulu mau jadi dokter atau peneliti kan?) .

Maksudku anak-anak kurang disuntik keinginan untuk meneliti atau mengembangkan potensi secara alami (belajar dari alam dan mengembangkannya), dan lebih dituntut untuk belajar dari buku saja, dengan target nilai bagus. Mungkin inilah salah satu sebab yang membedakan “output” hasil pendidikan antara Jepang dan Indonesia.

Kaleng segitiga penyimpan kupu yang ditangkap sebelum diawetkan

Karena sebenarnya jika kita membaca sejarah Jean-Henri Casimir Fabre, yang namanya dipakai sebagai nama perkumpulan organisasi penyelenggara kelas yang Riku dan Gen ikuti itu, kita bisa mengetahui bahwa Fabre itu otodidak. Dia mengadakan penelitian sendiri dari lingkungan sekitar dan bisa menghasilkan 10 seri ensiklopedi “Souvenirs Entomologiques“yang terkenal. Padahal dia tidak pernah belajar di sekolah mengenai serangga!

Rasa ingin tahu dan ingin meneliti memang harus dikembangkan supaya inovasi dan pembaruan bisa terus ditemukan. Intinya… Belajar sampai mati 😉

 

28 Replies to “GW -7- Mentega Terbang

  1. alangkah indah tamannya … tentu penuh dgn kupu2 terbang … 😉
    pics nya indah sangat … warna hijau nuansanya ‘sejuk …

  2. jadi ingat pas diminta nagkap serangga sama guru, senjatanya jaring buatan sendiri,
    lari2 ngejar kupu-kupu, kepik, kumbang di halaman
    papan pengeringnya juga harus buat sendiri berupa 2 bilah papan yang agak bejarak gitu

    betul mbak, nanti aku kasih liat fotonya ya
    EM

  3. anak-anak jepang sering sekali suka cari serangga. aku liat di anime, atau komik jepang banyak keliatan mereka nguber serangga.

    Ya pada musim panas memang kegiatan anak2 menangkap serangga
    EM

  4. Wow, hebaaat bisa nemu belalang ranting! 😀
    Harus jeli banget tuh. 🙂

    Euh, laba-laba termasuk serangga gak sih? Saya takut laba-laba…. 🙁

  5. Imel,
    Saya iri deh, jika di Indonesia ada kegiatan seperti ini, anak-anak bisa dilatih sejak kecil untuk mencintai lingkungan.
    Saya juga maklum, biaya akan jadi kendala…..

  6. Kalau melihat cara belajar di Jepang dibanding di Idonesia seperti gak bisa ngejar. Disini semua di ukur dengan nilai bagus tidak tahu bagaimana caranya untuk mendapatkan nilai itu.
    Btw, pendidikan di Jepamh memang memberi kesempatan kepada anak didiknya untuk mengembangkan diri seluas-luasnya. Tidak seperti disini 🙁

    Salam hangat serta jabat erat selalu dari Tabanan

  7. Setahuku saat ini pelajaran di Indonesia sudah mulai bervariasi dan sering praktek di luar. Jadi tak terlalu jauh dengan di Jepang.
    Hanya satu yang kelihatannya belum tergarap, yaitu kebiasaan membuat esay. Aku belum menemukan sekolah yang sering memberi PR membuat esay padahal ini sangat penting sekali.

    disini selalu ada tugas membuat esai, laporan penelitian, review buku, kesan dll sejak kelas 1 SD
    EM

    • mbak susi… cara alternatifnya ya kita sendiri aja yg membiasakan membuat essai 🙂
      mau nggak mau begitu…

      di MI istiqlal kadang juga membuat essai mbak…. (kadang…hehehe)

      Kalau di sini mah essai mulu 😀
      EM

  8. Dulu, waktu masih SD pernah dapat tugas mata pelajaran IPA, buat nangkap kupu-kupu.Ya buat dipelajari juga.
    Di Bantimurung, ada penangkaran kupu-kupu, tapi ya gitu, nggak terawat juga 🙁

    Iya aku pernah ke bantimurung sama Gen, tapi ngga ketemu kupu-kupu tuh 😀
    EM

  9. mbaaaakkk…seperti biasa, mau nanya 🙂

    (jangan bosan yaaa…)

    itu kertas minyak yg buat bungkus kue wajik kan ya? terus cara melipatnya bagaimana? ada metode khusus atau dibuat sepertiamplop aja? trs kalo dah dimasukkan, ga ditambah zat pengawet atau apa gitu?

    kaleng segitiganya ini apa kaleng biasa atau kedap udara?

    ***ngiriiii***

    Sepertinya sih tidak ada metode khusus. Kebetulan Gen mau beli kertas minyak dan membuat segitiga itu, nanti aku foto in yah
    kalengnya kaleng biasa tapi bentuk segitiga, bukan kedap udara
    EM

  10. Suka kupu-kupu itu sayapnya doang. Kalau sudah lihat badannya, jadi jijik. Mengingatkan pada wujud sebelumnya: ulat! Hiiiiii…

    Lebih suka capung. 😀

    Benar juga ya. Dari dorama atau film-film sering terlihat kebanyakan anak laki-laki di Jepang suka serangga.

    Ada tuh dragonfly society, kelompok pecinta capung 😀
    EM

  11. mentega = kupu² terbang. hahaha…
    memang sudah sering kita banyak keluhan soal penelitian di indonesia. saya yakin banyak orang faham betul tentang akar masalahnya, baik mereka yang secara lansung berada di dalam dunia itu ataupun yang terkait lainnya. sebagai bagian dari masyarakat umum, mungkin tugas saya hanya optimis dan berdoa, agar dunia penelitian di negeri ini kian maju, dan tentu saja pemerintah mau mendukung penuh.

    Terima kasih komentarnya yang benar-benar mengena.
    EM

  12. he..he..baru tahu mbak ada kelas belajar menangkap kupu2. omoshiroi naa..btw, sewaktu mbak imel hamil dengan myom itu, myomnya diambil saat melahrkan yah, mbak? waktu itu senseinya cuma bilang porip (=polip). cb nnt klo fety periksa lagi, ditanyain mbak apakah itu myom atau bukan. btw, mksh mbak imel untuk tawaran kanjinya 🙂

    Myomnya tidak diambil karena tidak mengganggu jalan kelahiran. Juga setelah melahirkan myomnya mengecil sekitar 3 cm… ya dibiarkan saja. Katanya hampir semua perempuan punya kemungkinan mempunyai myom. Itu akibat hormon
    EM

  13. waaah, suka banget lihat taman hikarigaoka, bersiiiih banget,
    akh, seandainya taman2 di jakarta bisa bersih seperti itu, pasti menyenangkan 🙂
    salam

    sayangnya Pemda lebih suka buat mall daripada taman ya…
    EM

  14. Mamanya Riku dan Kai emang jagonya dah klo bikin judul
    adaaaaaaaaa aja idenya bikin judul yang menarik
    dan bikin pembaca pengen2 cepet buka tulisannya hehehe

    semakin hari, semakin rajin baca TE, semakin besar hasrat mengunjungi Jepan

    semoga satu hari nanti kesampaian!

    AMIN
    EM

  15. Wah asyik ya kegiatan ayah dan anak, aga susah kayanya di Indonesia, selain tidak ada tempat khusus dengan acara khusus pula…hmmm *atau aku yg kurang gaul hiiihihii

    Kupunya sih suka mbak, ulet nya itu, apapun bentuk ulet hiiiiiyyy x_x

    Ulat masih no problem aku, Tapi kumbang atau yg kakinya spt kecoak aku geli
    EM

  16. Waduuuuh…
    gak abis abisnya ya tempat edukatif di Jepang…

    Itu bener banget tuh mba…
    Anak anak di Indo kayaknya kurang di dukung ama fasilitas deh untuk menjadi peneliti…
    Palingan cuman jalan jalan ke kebon binatang doang…*sigh*

  17. aaah kirain mentega terbang itu lanjutan yg farm kemarin… lanjutan es krim sama keju… ternyata kupu2… hihihi…

    Wah anak laki2 Jepang banyak yg suka serangga yah Mba Imelda… bagaimana dengan kecoaaak? huhuhuuu

  18. Riku dan Kai diajak tinggal di Indonesia saja, biar bisa bermain kupu-kupu sepuasnya sepanjang tahun. 🙂

  19. Asyik byk kgiatan sprti itu
    D sni jg byk kgiatan
    G sprti d Indo
    Kbykn cm presentasi, seminar, camps
    Acara2 ringan2 edukatif gini jarang
    Pdhl kn penting bwt meningkatkan kecintaan pd alam
    Penting bwt pengetahuan
    & bermanfaat bwt mengisi wkt luang
    Hebat Om Gen masih suka bgini & Riku jg enthusiastic

    ~LiOnA~

Tinggalkan Balasan ke itikkecil Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *