Sudah 17 tahun dong, deh, loh!

5 Mar

Jumat kemarin aku menggantikan teman mengajarku di KOI (Kursus Orientasi Bahasa Indonesia) untuk kelas Atas, karena dia ada urusan lain. Jadi seperti setiap hari Senin aku berangkat dari rumah pukul 4:30 bersama anak-anak, menitipkan mereka di rumah keluarga Indonesia di dekat SRIT (Sekolah Republik Indonesia Tokyo), lalu ke sekolah Indonesia itu.

Memang aku sudah mendapatkan bahan mengajar dari temanku itu jadi hanya tinggal setor muka, dan menerangkan tema hari itu. Sebetulnya lebih tepat memeriksa pekerjaan mereka, karena mereka sudah diberikan soal-soal sebelumnya. Temanya tentang “lho”,” kok”, “dong”,” deh”, “sih”!

Yihaaaaa sedangkan orang Indonesia saja tidak tahu definisi persis dari pemakaian kata-kata ini. Pakai perasaan! Bagaimana mereka bisa mengerti kapan pakai kata dong atau deh untuk kalimat yang tepat? Harus mengerti perasaan orang Indonesia? Pastinya 🙂 ….

Tapi bahasa bisa ditarik kecenderungan pemakaian seperti “dong” pasti lebih kuat dari “deh” yang datar. Sedangkan “kok” mengandung pertanyaan  “kenapa?”.  Dan di antara ke 5 kata itu yang bisa bersanding bersama hanya “lho kok”.

Nah, mulailah pelajaran dengan membahas soal-soal. Karena hanya 4 orang muridnya, giliran terasa cepat berputar dan ayo coba isi latihan ini ya?

1. Jangan marah ……………….. , kan aku hanya bercanda saja.
2. Aku ………. mau-mau saja pergi asal kamu jemput ke rumahku.
3. ……………, …………. ngga jadi pergi?
4. Gimana ……… kok belum jadi? Janjinya kan jadi hari ini?
5. Kamu hebat ……….. kalau bisa mengalahkan dia main pingpong.

Bisa jawab dong ya? No 1. sudah pasti jawab “dong”. No 2. “sih” dan nomor 3. “lho, kok” (satu-satunya yang bisa dijadikan satu). Nah yang no 4 ini menjebak, karena ada koknya, maka disangka pasangan kok yang harus diisi, sehingga banyak yang menulis lho. Padahal seharusnya sih, yang menempel pada kata Gimana. Gimana sih! Siapa sih! Apa sih! Riku sering sekali berkata, “APA SIH!!!!” dengan nada marah kalau Kai mengganggunya waktu dia main game. Itu salah satu bahasa Indonesianya yang paling lancar 😀

Yang lucu juga ada contoh kalimat seperti ini, “Enak kan masakannya? Siapa dulu …….. yang memasak.” Jawabnya pasti “dong” deh. Dong sering dipakai untuk jiman (sombong) pada diri sendiri. Ingat saja kalimat ” Riku pintar ya…. Siapa dulu dong ibunya” 😀 hihihi.

Untuk kalimat “Kamu hebat …………… kalau bisa mengalahkan dia main pingpong” Bisa saja diisi “deh” atau “loh”, tergantung penekanannya bagaimana. Ada beberapa kalimat yang memang mempunyai kemungkinan lebih dari satu, tergantung latar belakang situasinya.  Harus ada keterangan ilustrasi yang mendukung.

Lalu apa hubungannya cerita tentang jalannya pelajaran Bahasa Indonesia kemarin itu dengan judul?

Waktu aku masuk ke dalam kelas 10 menit sebelum jam mulai (6:30 sore), ada 3 murid yang sudah hadir. Dua di antaranya aku kenal karena mereka ikut kelas dasar di tempatku setahun sebelumnya. Nah, murid ke empat yang masuk ke kelas persis waktu jam mulai itu yang membuatku terkejut. Namanya K. san dan merupakan mantan muridku sudah lama. “Loh K san sudah lama kan belajar bahasa Indonesia. Saya ingat sekali kamu adalah guru Sejarah di SMA kan? ”

“Tentu saja, saya sudah lama belajar bahasa Indonesia. Meskipun tidak pandai-pandai. Saya pertama belajar di KOI ini tahun 1994, dan menurut saya waktu itu Imelda san juga pertama kali mengajar di KOI. Jadi sudah…. 17 tahun!” demikian kata K san.
Whaaat…. sudah 17 tahun ya?” Dan aku terharu karena ada saksi sejarah lamanya aku mengajar di KOI yaitu K san ini. Ternyata aku sudah mengajar TUJUH BELAS TAHUN (dikurangi sekitar 4 tahun untuk melahirkan 2 anak), dan aku masih berdiri di sini untuk mengajar. Berarti KOI satu-satunya tempat mengajarku yang terlama.

“Waktu itu taihendeshita ne (Susah ya). Karena kita belajar 3 kali seminggu setiap hari Senin, Rabu dan Jumat. Senseinya taihen, muridnya lebih taihen kalau ada PR :D. Kelasnya juga di lobby bawah, karena muridnya 40 orang. hahaha.”

Meskipun awalnya 40 orang itu memang banyak yang tumbang di tengah semester dan tinggal separuhnya di akhir term pertama. Salah satu dua yang tinggal bertahan adalah K san dan Watanabe san yang kuceritakan pada “Belajar Sampai Mati” di TE. Itu menunjukkan juga betapa besar minat orang Jepang untuk belajar bahasa Indonesia kala itu. Sekarang? Kelas diisi 8 orang saja sudah berterima kasih, karena seringnya harus dimulai dengan susunan 5 orang. Banyak kursus bahasa Indonesia yang tidak bisa membuka kelas karena peminatnya sedikit. (Imelda juga jadi nganggur nih hihihi)

Well, aku memang sudah berumur, ibaratnya mangga ranum hampir busuk hahaha 😀 😀 😀 . Dan boleh (sedikit) berbangga, aku mengajar Bahasa Indonesia sudah 17 tahun DONG! (atau “17 tahun deh”, atau “17 tahun loh” pilih tergantung situasinya). 😀

 

20 Replies to “Sudah 17 tahun dong, deh, loh!

  1. Wah hebat nih… udah ngajar selama itu. Pasti muridnya banyak dong….
    hehehe… BTW kata nih belum diajarkan ya mbak..?
    Salam buat Kai dan Riku ya..?

    benar, kata nih memang tidak termasuk dalam tema hari itu. Tapi kata nih memang sedikit contohnya.
    Dari 35 soal, cuma ada 1

    EM

  2. Bener juga ya, saya baru sadar bahwa “dong” itu selalu dipake untuk pamer, haha, untuk nyombong. Hihi.. dong, deh itu sebenernya bahasa org Jakarte kan ya? Wkwkwkwk..

    Ya kalau cari di KBBI cuma ditulis percakapan dan keterangannya tidak ada tentang sombong 😀 Itu kan hanya hipotesa saya saja 😀

    EM

  3. (Maaf) izin mengamankan KETIGAX dulu. Boleh, kan?!
    Hebat, deh. saya aja yang tinggal di Indonesia, sulit untuk isa memberi penjelasan sederhana yang gamblang. Lho kok yang ini bisa?. Pasti jawabnya; siapa dulu, dong…?

    hahhaa…iya siapa dulu DONG!!
    EM

  4. selamat….selamat…mbak EM…sudah lama juga jadi pengajar bahasa indonesia…donk…pakai k atau g yah?? …hehehehe…time flies so fast yah mbak….

    menurut KBBI daring:
    dong p cak kata yg dipakai di belakang kata atau kalimat untuk pemanis atau pelembut maksud: kalau bukan kamu, siapa — yg harus membiayai adikmu?

    hehehe cuma itu saja penjelasannya.
    Kebanyakan kata dong atau slang diganti menjadi donk atau slank karena pengaruh trend saja

    slang n Ling ragam bahasa tidak resmi dan tidak baku yg sifatnya musiman, dipakai oleh kaum remaja atau kelompok sosial tertentu untuk komunikasi intern dng maksud agar yg bukan anggota kelompok tidak mengerti
    EM

  5. Soal :
    ….., sudah 17 tahun ya
    Hebat …..
    ….. malah hampir nggak ingat …..
    Tapi gpp …..

    Jawab :
    Lho, sudah 17 tahun ya
    Hebat dong
    Kok malah hampir nggak ingat sih
    Tapi gpp deh!

    waah mestinya ini dikasih buat test murid-muridnya yah
    Pasti tidak bisa jawab semua, jika tidak diberikan latas belakang cerita ini 😀

    EM

  6. Jadi ikutan ngitung lama bekerja hmm ….
    begitu cepat waktu berlalu
    apalagi kalau mengerjakan sesuatu yang memang diminati sangat 😀

    selamat deh … sweet seventeen tuh mba, ga dirayain? Hehehe

    thanks ya
    wah aku kerja di beberapa tempat, jadi kalau sedikit-sedikit dirayakan bokek deh hihihi
    EM

  7. Hahaha… Ternyata kata-kata seperti itu dipelajari juga.
    Jangan orang Jepang, Denuzz yang Indonesia tulen aja bingung dalam mendefinisikan kata-kata ini… Kalo masalah kapan mengucapkannya sih gak masalah…

    Salam sayang dari BURUNG HANTU…. Cuit… Cuit… Cuit…

    tau pakai saja kan? 😀
    EM

  8. hahahaha.menghibur deh!
    loh,kok gitu?

    ehm..
    klo dipraktekin di anak gaul indonesia jaman skrg banyak yg pake deh.
    apa deh kenapa deh siapa deh.
    -___-

    heheh udah gitu nulisnya apa dweh, kenapa dweh, siapa dweh….
    EM

  9. eh eh kok gitu sih?lho kok marah?
    hehe..lho kok jadi nyanyi, 😛

    btw saya juga pernah ngajarin materi ini ke murid2 mbak, sekarang mereka udah pandai memakainya kalo lagi chatiing atau ngobrol-ngobrol..hehe..tapi butuh waktu juga untuk memahami konteksnya. Yang jadi kata favorit murid2 tu “apa siih???” haha..sama deh kayak riku

    Ya kalau sudah sering bertemu dengan situasi itu pasti bisa ngerti deh
    EM

  10. oya kelupaan..selamat ya mbak untuk ketujuhbelas tahunnya mengajar bahasa Indonesia di negeri Sakura! Hebat banget pengabdiannya..kerenn!!semoga masih ada tujuhbelastahun yang berikutnya..amiin

  11. Temanku Mariko sangat lancar Bahasa Indosnesianya, apakah dulu dia belajar sama Mbak Imel? Mariko tinggi dan rambutnya keriting sering di cepol ke atas, dia pernah homestay di Jakarta, setelah itu dia sering bolak-balik indonesia Jepang.

    Oh ya ttg lho, dong, deh! dalam Bahasa daerahku ada juga, lah dan nah.
    rasa-rasanya dua kata itu paling sering disebutkan orang di daerahku, kalau ada yang memakai bahasa Indonesia terus diakhiri dengan kata nah dan lah dapat dipastikan orang dari daerahku, Banjar. Soalnya susah banget menghilangkan nah dan lah itu dari percakapan kita sehari-hari. Mamaku aja waktu ke tanah abang bilang, waktu mau beli baju bilang sama abangnya, “Yang itu, nah!” Bukan yang biru itu, nah!
    “Bisa lah kurang harganya?” tanya mamaku lagi, aku sama Bapakku senyum-senyum aja, “Mah, kalau bicara Bahasa Indonesia nah dan lahnya itu dibuang. bisik Bapakku sama Mamaku…he…he..

    Mariko siapa ya? Nama keluarganya. Tanya saja kenal Imelda ngga hehehe. Yang nama Mariko banyak sih…
    EM

  12. wow udah 17 th ya…
    btw lucu juga ya mbak, ngajarin juga pake deh/dong gitu juga ya padahal itu kan bukan bahasa indo baku ya… jadi bahasa gaul juga diajarin ya mbak?

    Iya diajari terutama dalam percakapan.
    EM

  13. Studi tentang dong-deh-loh, menarik juga. Karena bahkan orang Indonesia pun tidak semuanya bisa dan tepat menerjemahkannya dalam percakapan sehari-hari.

    Lebih parah lagi, dong-deh-loh sudah melebar mengikuti perkembangan percakapan pergaulan. Ada “secara gitu loh”, “Ya gitu deh”, dsb. Yang kalau diartikan: nggak ada esensinya. Tidak efektif sama sekali. Tapi itulah perkembangan percakapan pergaulan 😀

  14. Sejak kalimat2 ini: Memang aku sudah mendapatkan bahan mengajar dari temanku itu jadi hanya tinggal setor muka, dan menerangkan tema hari itu. Sebetulnya lebih tepat memeriksa pekerjaan mereka, karena mereka sudah diberikan soal-soal sebelumnya
    entah mengapa aku ada perasaan, pasti abis ini ga biasa2 aja deh

    terus baca: Temanya tentang “lho”,” kok”, “dong”,” deh”, “sih”!
    nah lo!
    dan sampe: Yihaaaaa
    aku kok malah ngebayangin tante bilang “Hiyaaaa”
    hhhhhh

    sampai: lho kok
    aku jadi nyambung2in kata2 itu..
    “dong, kok” bisa kan? (ngerti, kok)
    “dongkok” mungkin bisa jadi plesetan dungu / jongkok
    “dongdong/sok dong” kadang2 (bhs. Jawa. tp ad bbrp orang yg g ngerti)
    “lhodeh” sayur lodeh mxdnya… hehe
    itu aja deh. uda cape mikirnya
    lanjuuut

    bwahhhhh. aku jadi niruin ‘apa siiih’ dg xpresi jengkel juga (n ngebayangin Riku main DS diganggu Kai)

    nah, ini dia: ”Riku pintar ya…. Siapa dulu dong ibunya”
    bnr2 meyakinkanku bhw tante ini kocak binti sombong bangedzzz

    hhhhh bgt… mangga ranum hampir busuk. tapi tante dibandingin mangga?! dibandingin pohonnya aja gede tante Imel kok. hehehe

    hmmm… aku sih bangga sm tante yg ud ngajar 17th
    & pstinya terharu ama K. san yg ikut les lagi

    ~LiOnA~

  15. hahaha…
    lucu juga ya mbak..

    kita aja susah buat ngejelasinnya.. bener tuh kalo dibilang pake perasaan.
    nggak ada rumusnya.. ya nggak sih??? heheeh

    iya dong!
    EM

Tinggalkan Balasan ke anna Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *