Senyum Om Polisi

3 Des

Sejak Riku masuk SD, dia mulai mandiri dan berani. Dan tidak ragu-ragu untuk pergi ke pos polisi dekat rumah yang hanya berjarak 300m saja jika ada apa-apa. Sebutan omawari-san (orang yang berkeliling – memeriksa kondisi daerah wilayahnya) yang berkesan “ramah” lebih dikenal anak-anak daripada keisatsu (polisi secara harafiah).  Polisi tidaklah menjadi momok bagi warga terutama anak-anak.

Supaya Riku bisa masuk rumah meskipun aku tidak ada di rumah, aku memberikan kunci duplikat rumah pada Riku. Setelah kejadian penemuan uang lalu Riku serahkan ke polisi yang aku tulis di sini, sepertinya Riku sering pergi ke pos polisi.  Begitu dia takut sendirian di rumah, dia pergi ke pos polisi sehingga dia bisa meneleponku dari sana. Memang sih waktu pertama aku menerima telepon dari polisi deg-degan juga…. ada apa nih. Dan tahun lalu cukup sering aku menerima telepon dari polisi dengan masalah Riku pulang kepagian atau dia takut di rumah sendiri padahal aku tidak ada.

Sesudah naik kelas 2 ini, dia sudah berani masuk rumah sendiri, dan langsung menelepon aku memberitahukan bahwa dia sudah pulang. Biasanya dia harus menunggu aku paling lama 1 jam, dan dia sudah tidak takut sendiri. Dia menonton TV sambil menunggu aku (tentu saja aku cepat-cepat pulang). Bahkan sering dia menyuruh aku pergi belanja sendiri, sementara dia jaga rumah dan adiknya. Kereeen!(Meskipun begitu aku pasti cepat-cepat dan maksimum 1 jam saja)

Nah, hari ini dalam perjalanan pulang kerja di kereta, ada telepon. Kupikir dari Riku, jadi aku cuekin saja biar dia meninggalkan pesan di answering machine (aku sudah kasih tau, kalau mama tidak bisa jawab, berarti memang tidak bisa angkat, jadi tinggalkan pesan saja. Begitu ada waktu pasti mama telepon balik ke rumah). Kali itu aku tidak bisa angkat, karena aku duduk dengan teman dosenku (yang mengajar bahasa spanyol itu) di silver seat, tempat khusus untuk lansia, penderita cacat/hamil. Karena kosong, sedangkan dia kan masih sakit tulang rusuknya, jadi kami duduk di silver seat itu. Dan peraturannya di daerah silver seat itu tidak boleh memakai telepon bahkan seharusnya mematikan HP.

Tapi karena aku merasa getaran telepon sampai 3 kali dalam waktu 10 menit, aku curiga…. dan benar saja. Ternyata yang menelepon aku adalah nomor polisi. Aduhhh, ada apa lagi nih anakku. Pasti dia lupa kunci atau apa. Jadi begitu aku turun di stasiun Shinjuku, aku mendengarkan pesan yang masuk. Polisi dari pos polisi dekat rumahku mengatakan, “Okasan, Riku lupa kunci rumahnya, jadi dia di sini. Tapi setelah bicara dengan Riku, dia akan langsung pergi les (bahasa Inggris).” Itu saja pesannya. Jadi kalaupun aku telepon ke nomor polisi itu, semestinya Riku sudah pergi ke les bahasa Inggris.

Aku langsung telepon guru bahasa Inggrisnya, yang kebetulan memang temanku juga. Riku belum datang, tapi dia berjanji untuk mengirim email jika Riku sudah datang. OK…. kupikir aku tidak perlu cemas, pasti beres deh.

Tapi tunggu punya tunggu, cukup lama juga baru email temanku itu muncul di HP ku. Tulisnya, “Riku sudah datang. Tapi tolong jemput nanti ya (selesai les)”. Ya, pasti lah aku akan jemput, sesudah kejadian hari ini kasian juga kalau aku “cuek” saja dong.

Cepat-cepat aku jemput Kai di penitipan, dan menerjang angin kencang aku mengayuh sepedaku ke tempat lesnya Riku. Temanku keluar bersama Riku dan berkata, “Imelda, kamu harus pergi ke polisi sekarang. Tadi polisinya sendiri antar Riku ke sini loh. Dan dia minta kasih tau kalau Riku sudah bertemu mamanya. Jadi lebih baik kamu ke pos polisi sekarang. Tapi Riku hebat ya dia langsung lapor ke polisi……”.

Waaaah segitunya pelayanannya pak polisi! Diantar sampai depan pintu les, sampai pesan begitu segala. Ya jelas dong, aku harus mendatangi pos polisi dan mengucapkan terima kasih pada pak polisi yang baik.

Sepanjang perjalanan aku tanya Riku, kok kamu lupa kunci? Padahal tadi pagi aku sudah masukkan dalam tas ranselnya. Kamu tidak periksa dalam tas? pasti ada lohh!…… Cerita punya cerita ternyata memang dia menghilangkan kunci itu, entah jatuh di mana bukannya lupa seperti yang disebut pak polisi di pesan HP.

Begitu mendekati pos polisi itu, polisi yang mengantar Riku tadi itu langsung mengenali kami, dan aku langsung membungkuk mengucapkan terima kasih. Duhhhh polisi itu menyambut kami dengan tertawa lebar! Sambil berkata, “Tidak apa-apa…. Tapi Riku hebat ya, dia hafal nomor HPnya ibu. bla bla bla…. ” Ah, polisi ini ramah sekali. Karena Riku kehilangan kunci rumah, siapa tahu ada yang menemukan dan menaruhnya ke polisi. Jadi aku melaporkan kehilangan kunci dengan menulis nama, alamat, no telepon, barang yang hilang serta ciri-cirinya.

Sebagai tanda terima surat laporan itu, aku menerima selembar kertas bertuliskan nomor registrasi. Kalau ada kunci dengan ciri-ciri yang aku tulis, maka besok-besok aku akan ditelepon. Dan saat itu juga si Pak Polisi ramah itu langsung menelepon bagian penemuan, apakah sudah ada yang menemukan kunci seperti yang aku tulis karena kejadiannya sudah lewat 4 jam. Memang belum ada, dan mungkin tidak akan ditemukan. Buatku tidak apa-apa, karena di kunci itu tidak ada alamat kami. Kemungkinan untuk pencuri masuk sedikit sekali. Dan kami bisa buat kunci duplikat baru.

Tapi terus terang senyuman dan keramahan pak polisi tadi itu benar-benar melegakan aku sebagai seorang ibu. Aku benar-benar merasakan keamanan untuk anak-anakku dan percaya jika ada apa-apa anak-anakku pasti bisa “berlari” dan minta tolong ke pos polisi ini. Terima kasih ya pak pol…. terima kasih juga untuk senyuman dan pelayanannya.

NB: Dalam perjalanan pulang ke rumah, Riku berkata, “Ma, nanti kalau aku besar, aku mau jadi polisi aja ah…”
Iya nak, apa saja deh…. sambil aku pun menekan segala kekhawatiran. Setiap pekerjaan tentu ada resikonya bukan?

40 Replies to “Senyum Om Polisi

  1. Wah, polisi Jepang dedikasinya sampai begitu ya, Kak? Sugoi (menerawang, membandingkan dengan polisi di sini, hehehe – walaupun ada juga lho yang bae, mau bantuin nyeberang, tapi bentar… kayaknya itu bukan di Jakarta deh, hwhw). Jadi inget polisi di Shinchan, gemuk lucu gitu mukanya :p N keluarga polisi di komik Gals!, polisi di pos Shibuya ceritanya…

    Btw, Riku udah berani jaga rumah sendiri? Hebattttt 🙂

  2. Kunjungan perdana Bumi di mari Ibu,
    Ibu saya td baca di about me,,,sekarang tinggal di Tokyo ya bu?

    Wah, itu pak polisi baik sekali..

    Senyumnya saya masih tak bisa membayangkan juur.

    Oh ya, tapi kunci hilag saja dibuatkan laporannya? Hebat akh…
    Kalau di sini laporan ayam hilang, harus jual domba dulu sepasang…(satire.com)

    ——

    صَلَّى اللّهُ عَلَى مُحَمَّد – صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّم

  3. Salam Sahabat Common Cyber
    ************************************

    Riku hebat euy..

    Siap-siap bu, nanti kalau Riku udah jadi polisi banyak gadis yang tertarik hehehe….

  4. hmmm… sangat terbayangkan, dengan jelas, pak pol yang ramah, dan tante Imel yang girang. oh indahnya dunia dengan orang2 seperti kalian.

    salut kepada pak polisi itu. semoga hidupnya sungguh berarti, untuk dirinya dan semua orang di sekitarnya. dia telah menjadi panutan dan inspirasi saat itu juga. small things with heart-full. incredible effects: Riku, Imelda, guru les, Liona, dan pembaca2 yang lain. ckckck. countless

    hmmm. Riku hebat sekali yah. ga panik. hafal nohap. inisiatif. wah, pokoknya super deh buat anak kelas 2 SD.
    hhhhh. kl Riku pun banyak cita2, aku juga banyak maunya. pingin jadi ini, itu, dan sebagainya.

    waaa. segitunya yah silver seat itu. ga boleh pake hp sgala.
    hmmm… surat registrasi setelah melaporkan kehilangan barang… ide yang bagus… sistematisnya Jepang bisa mulai diimplementasikan di lingkunganku kali yah. pasti sangat membantu untuk keberaturan permasyarakatan tuh.

    aiiiz. ga mau komentar tentang gimana itu bisa diterapkan di Indonesia deh. bikin makan hati >.< pungguk merindukan bulan.
    1 aja deh: kebanyakan polisi (&atasannya terutama) di Indonesia.. senyum mengembang setelah menerima sogokaaan 😀 (note: KEBANYAKAN. tidak semua kaaan. meskipun karena banyak itulah yang membuat citranya SEMUA ya seperti itu 🙁 susu secangkir tertutup nila seember)

    ~LiOnA~

  5. Salut buat Riku yang makin besar, makin mandiri dan berani, beda dengan anak2 saya 😀
    Pengen banget punya polisi seperti polisi Jepang, tapi apa bisa ya polisi Indonesia seperti itu.
    Satpam saja jarang yang ramah.

  6. Wahh Riku makin pinter dan berani…

    Saya juga mengajarkan ke anak-anakku untuk menghubungi polisi jika membutuhkan bantuan. Dan saya sering dibantu polisi, soal menyeberang jalan…(hehehe..soalnya paling takut menyeberang jalan).
    Pada dasarnya polisi itu baik, suka menolong orang…dan saya percaya polisi di Indonesia juga baik, jika ada yang nggak benar hanya oknum saja….selama ini pengalamanku dengan polisi selalu baik.

    Tapi saya mengharapkan hubungan polisi dan masyarakat di Indonesia, bisa seperti di Jepang, karena memang saling membutuhkan,

  7. Hebat deh Riku… udah mandiri dan berani ya..
    Hebat juga Pak Polisinya, mau menelepon ibunya dan nganterin Riku ke tempat les pula…salut!
    Seharusnya gitu ya, anak-anak dikenalkan sedari dini bahwa Pak Polisi itu baik, juga dokter…ada beberapa hal yang jadi kebiasaan para ibu di sini untuk nakut-nakutin anak-anaknya.
    “Nanti kalau nakal ditangkap Pak Polisi, nanti kalau nggak mau minum obat disuntik Pak Dokter..”
    wah, yg kayak begini kan menanamkan rasa takut pada orang dengan profesi polisi dan dokter.. bahkan aku pernah di RS lagi nunggu giliran periksa, lihat anak yang histeris jerit-jerit hanya karena melihat dokter dr kejauhan, belum juga bakal diperiksa.. kasian deh..

    • Setuju…saya tidak pernah menakut-nakuti anak, jadinya anakku hebat kalau pergi vaksin. Sekarang ini malah anakku yang minta ke dokter kalau sakit.
      Kalau soal polisi agak beda sih, di sini ini kalau di perumahan anak-anak akrabnya sama satpam, di pertokoan sama bagian keamanan (tapi judulnya harus “security”…jadi anakku lebih suka panggil pak polisi…padahal mereka bukan polisi). Kalau nyasar di mal pasti mereka cari petugas keamanan gedung.
      Nah, kalau polisi model di kisah ini rada susah deh nyarinya….tapi di Jepang boleh ya ninggalin anak di bawah 12 tahun tanpa orang dewasa? Mandiri ya jadinya…mamanya juga bisa beraktivitas positif…

      Di Jepang tidak ada peraturan ninggalin anak di bawah 12 tahun, tidak seperti di Amerika dan Eropa.
      Makanya ada sebutan anak kunci, anak yang diberi kunci rumah spy bisa buka pintu rumah sendiri
      EM

  8. Hebat riku kelas 2 udah berani sendiri di rumah. Tos buat riku. Bungsuku aja udah kelas 5 baru bisa ditinggal di rumah sendiri, itu juga aku nitip tetangga utk sesekali ngecek ke rumah. Kemarin aku juga kehilangan kunci, tp nggak tau mau lapor kemana.

  9. Itu dia contoh polisi yang benar-benar mengabdi untuk masyarakat 🙂
    pak polisi indonesia perlu baca ini deh,
    nilai plus terletak pada ikhlas dan ketulusan beliau

    🙂

  10. mungkin riku terkesan sama Pak Polisinya Mbak…
    jadinya dia pengen jadi polisi…hehehehehe

    Ohya, seandainya di indonesia begitu ya 🙁

  11. Hai mba Imelda 🙂
    Kunjungan perdana nih…
    Salam kenal ya 🙂

    Sedang tinggal di Jepang rupanya…
    Sungguh beruntung sekali
    *penggemar berat Dorama Jepang terutama si Taki…hihihi*

    Hebat banget polisi Jepang itu yaaa…
    Bener bener bisa bikin warganya merasa aman…

    Salam hangat untuk Riku yang pemberani ya mba 🙂

    Waaah suka sama tacky ya? Aku jugaaaa cakep yah hihihi
    salam kenal juga ya bibi…..
    EM

  12. Tapi di film anak Jepang, kadang penjahatnya menyamar jadi pak Polisi.. saya kog masih kurang bisa percaya dengan polisi, lebih percaya keluarga sendiri.. sudah terdoktrin polisi itu type yang seperti di Indonesia ini, huff.. pastinya beda di Jepang sana, tapi tetap saja susah mengubah cara pandangnya.. (-_-‘)

    yah kalau film dokter atau pendeta aja bisa jadi setan… Dan memang pada kenyataannya juga begitu kan. Ada sisi baik dan buruk. Tapi kalau kita terlalu takut, ya tidak bisa menjalankan kehidupan dengan baik
    EM

  13. Rupanya Riku terkesan dengan pak Polisi itu ya
    Dia jadi terinspirasi untuk bercita-cita jadi Polisi …

    Dan saya yakin …
    dengan berjalannya waktu … akan ada lagi inspirasi-inspirasi lain yang ikut membentuk persepsi Riku akan suatu profesi …

    Salam saya EM

    Ohhh banyak mas… dia wkt itu sudah mau jadi pelukis, nelayan, polisi dsb. Tapi ngga pernah mau jadi dokter hahaha. Mungkin krn aku bilang biaya kuliah kedokteran tidak terbayar hihihi
    EM

  14. Salah satu yang membuat polisi menjadi momok bagi anak-anak di Indonesia barangkali karena setiap kali dimarahi, si anak selalu ditakut-takuti oleh ortunya dengan kalimat begini: “awas, kalau nakal, nanti ditangkap pak polisi”… 🙂

  15. Riku jadi cs an dengan Pak Polisi. Riku-kun, klo udah gede jadi polisinya di Indonesia aja yah. Biar suatu saat Riku-kun yang mengubah Indonesia 🙂 *pesan serius dari tante fety :)*

  16. membaca tulisan mbak satu ini, langsung deh otak Denuzz membandingkan polisi itu dengan polisi di Indonesia…
    jaoooh bangett!!!… haha…

    salam buat Riku…

    Salam BURUNG HANTU… Cuit… Cuit… Cuit…

    sssst jangan dibandingkan hehehe
    EM

    • Gimana gak ngebandingin… Lah nih otak kerja sendiri buat bandingin keduanya… 😀

      Salam sayang dari BURUNG HANTU… Cuit… Cuit… Cuit…

  17. Andai pelayanan terhadap masyarakat di Indonesia sama seperti di Jepang ya…
    Punya anak secerdas Riku tentunya sebagai orangtua sangat bangga 🙂

    ya tadinya aku ngga sangka bahwa kunci itu hilang, pikirnya dia hanya ketakutan aja
    EM

  18. ..
    Tumben gak ada fotonya Mbak..
    Pengen liat wajah pak Pol yg baik.. 🙂
    ..
    Riku udah mulai berani ya, nanti bisa jadi contoh buat Kai.. 😉
    ..

    Wah ngga berani minta ijin foto (dan ngga kepikiran juga soalnya bawa anak dua + bawaan di sepeda banyak banget
    EM

  19. Riku udah gak pengen jadi Nelayan lagi mbak?? hehehehe…
    hebata deh riku, ingatannya itu lho, bisa hapal nomor mamanya dan sigap banget untuk datang ke kantor polisi.. ckckckc…

    coba di Indonesia.. 🙁
    polisinya masa bodo deh… kasian anak2 pada takut…

    Riku mah banyak maunya hihihi
    EM

  20. Ah. So nice sekali mbak baca ceritanya.
    Aku ikut deg2an kirain tadi ada apa karena bolak balik suruh telepon.

    Pelayanan yang tulus dari pak polisi… jadi ingat film Doraemon dan Nobita… ternyata memang begitu ya di Jepang :).
    Ah seandainya di Indonesia polisinya juga bisa seramah dan sesenang itu melayani masyarakat ya….

    Ya seharusnya polisi Indonesia juga ikut care pada keamanan anak-anak. Mencegah bukan turun tangan kalau sudah kejadian
    EM

  21. klo di dekat rumah ada pos keamanan, tentu saja lingkungan kita akan terasa aman sepanjang hari….

    salam kenal yach bu,
    ditunggu kunjungan baliknya,
    terima kasih 🙂

    Fir’aun NgebLoG’s last blog.. Hari Gini Ga Punya Blog, Apa Kata Dunia?!!

  22. wah, andai polisi indonesia semuanya ramah, pasti jd menyenangkan,

    asal jangan ramah yang singkatan ra(jin) ( menja) mah hehehe.

    EM

  23. Banyak polisi yang bertingkah laku ” melayani dan mengayomi”. Itu seharusnya perilaku setiap polisi, jangan malah menjadi momok bagi masyarakat ya jeng.

    Dulu aku pernah bercita-cita menjadi “orang gagah” antara lain menjadi polisi. Namun cita-cita saya tak tercapai, namun aku berhasil menjadi perwira polisi militer ha ha ha ha. Malah tambah gagah.

    Terima kasih atas artikelnya yang membuat saya bangga kepada Riku, Polisi dan tentu mama Riku.

    salam hangat dari Jombang.

  24. Riku udah gak pengen jadi Nelayan lagi mbak?? hehehehe… hebat deh riku, ingatannya itu lho, bisa hapal nomor mamanya dan sigap banget untuk datang ke kantor polisi.. ckckckc… coba di Indonesia.. 🙁 polisinya masa bodo deh… kasian anak2 pada takut…

    Riku mah banyak maunya hihihi
    EM

  25. Pingback: Twilight Express » Blog Archive » 8 Besar dari Nerima

Tinggalkan Balasan ke Retty Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *