Sudah sepuluh hari aku berada di Jakarta. Begitu banyak yang aku ingin tulis, satu-per-satu. Tapi inti dari semuanya itu aku bersyukur bahwa aku beruntung, aku dianugerahi keluarga, saudara dan sahabat yang begitu baik. Pesta ulang tahun papa, vacation ke Tanjung Lesung bersama sahabat karib, berbagi bersama anak-anak SLB di Rumah Dunia- Serang, dan…kopdar bersama bloggers. Semuanya mengingatkanku bahwa aku harus terus bersyukur mempunyai mereka semua. Satu-satu pengalaman ini akan kutulis dengan urut ya. Jadi mohon sabar, mungkin aku akan lebih dulu mengupload foto-foto di FB, baru menulis ceritanya.
Mendarat di Jakarta tanggal 26 malam, melalui imigrasi yang panjang dan melelahkan, kami langsung tepar dengan suksesnya. Tanggal 27 dan 28 kami pakai untuk bersantai di rumah tercinta. Tanggal 29, ulang tahun papaku yang ke 72.
Kami awali hari itu dengan meniup kue tart yang aku beli malamnya. Karena sdm (sumber daya manusia) yang terbatas, kami tidak berani mengadakan selamatan di rumah. Masing-masing mempunyai kesibukannya masing-masing, sehingga kami memutuskan untuk mengundang saudara-saudara yang bisa dan punya waktu untuk makan malam bersama di Restoran Central yang terletak di depang GOR Bulungan. Aku cukup suka dengan restoran cina ini, karena dim-sumnya cukup enak, dan….luas tempatnya. Beberapa kali aku ke sini, selalu jarang pengunjung (tidak pernah penuh) sehingga cukup pantas dijadikan tempat untuk pesta yang tidak ketahuan berapa orang persis nya yang akan hadir.
Awalnya papa memesan tempat untuk 25 orang, tapi kemudian bertambah terus, dan diberi tambahan meja dan kursi terus sampai total akhir saudara yang datang berjumlah 35 orang. Keluarga Mutter-Coutrier memang keluarga besar, sehingga jumlah 35 orang bukan apa-apa. Biasanya kalau acara Natal kami selalu siapkan makanan untuk 100 orang lebih. Tapi, jumlah 35 orang untuk pemberitahuan yang mendadak sudah cukup bagus. Karena banyak yang masih bekerja atau bertempat tinggal jauh sehingga tidak keburu untuk memenuhi undangan jam 7 malam.
Adik-adik papa juga berkumpul, meskipun Tante Diana tidak bisa hadir karena masih sakit. Tapi Om Christian dari Makassar dan Tante Carla dari Yogya bisa datang. Dan kami juga beruntung karena Tante Lydia dan Om Kale masih bisa hadir, karena sebetulnya keesokan harinya mereka akan pergi ke Manado.
Begitulah kami, tersebar di mana-mana, tapi selalu berusaha untuk hadir dalam acara keluarga. Hal seperti ini yang sering aku rindukan di Jepang, meskipun kalau terlalu banyak acara keluarga pun tidak baik dan repot mengatur waktunya.
Satu hal yang sedikit membuat aku marah pada Riku malam itu, yaitu mereka berlari-lari dalam restoran. Well, anak Indonesia memang biasa begitu, tapi tidak anak-anakku, anak-anak Jepang. Mereka harus duduk terus di meja makan/restoran dan tidak diperbolehkan berlarian di restoran karena itu mengganggu tamu lain. Tadinya memang restoran itu kosong, hanya kami yang pakai, tapi begitu ada tamu lain, aku peringatkan Riku untuk tidak berlari dalam restoran. Tapi susah juga karena anak-anak lainnya berlarian, tentu saja anak-anakku ingin ikut bersama. Padahal mereka jika makan di restoran Cabe atau lainnya di Jepang, sama sekali tidak beranjak dari tempat duduk. Kejam ya aku? Tapi menurutku itu harus diajarkan pada anak-anak, TIDAK BOLEH BERLARIAN di restoran. Bayangkan kalau mereka menabrak pelayan yang membawa makanan panas? Apa tidak fatal?
Untunglah Riku mau mengerti dan tidak ngambek terus. Pukul 9:30 kami meninggalkan restoran untuk kembali ke rumah dan aku packing untuk bepergian selama 4 hari!
NB: malam harinya kamu makan kue kiriman bermerek “Helen”, aduh ini kue namanya choco crunch dan uenaaaak sekali (harganya juga enak). The best cake dari yang selama ini aku pernah makan. Sayang ngga ada fotonya, waktu aku makan sudah dipotong dan berantakan hihihi. Liat aja websitenya di sini: http://www.helensjakarta.com