Last day in HK

5 Agu

Tanggal 26 Juli pukul 4 sore aku harus naik Cathay Pasific kembali, untuk memulai acara mudikku di Jakarta tahun ini. Tiga hari transit di Hongkongpun harus kuakhiri.

Nah sambil packing koper, Riku dan Ao bermain di taman apartemen. Setelah selesai, aku dan Kai menelepon Kimiyo, dan kami bersama-sama naik “Angkot”nya Hongkong yang berhenti persis di depan gerbang apartemen. Hmmm aku cukup heran dengan kondisi seperti ini. Karena aku tahu pasti tidak akan ada orang yang tinggal di apartemen mewah Dharmawangsa misalnya, yang akan berjalan kaki ke luar kompleks dan naik angkot! Setiap orang yang tinggal di apartemen mewah pasti mempunyai mobil, dan kalaupun akan pergi dengan angkutan umum, mereka akan naik taxi SB atau BB yang dipanggil dan sudah menunggu calon penumpang di depan gerbang apartemen. MANJA! dan …. snobbish!

Mental seperti itulah yang membuat kemacetan Jakarta tidak bisa dikurangi. Semua mau naik mobil pribadi. Dengan alasan kurang aman. Memang, itu juga fakta. Jadilah lingkaran setan yang tidak akan bisa diuraikan. Akupun kalau ada mobil pribadi, pasti lebih pilih naik mobil pribadi (kalau ada supirnya ya, soalnya aku tidak punya SIM Indonesia, jadi pasti kemana-mana naik taxi). Tapi jika angkutan umum lainnya aman seperti di Jepang atau Hongkong, pasti aku akan naik angkutan umum.

Keramaian di pasar sayur

Dengan angkot itu kami menuju pasar tradisional Hongkong. Meskipun dibarengi perasaan waswas karena waktu bergulir terus a.k.a takut terlambat ke bandara, kami terus berjalan sepanjang kios-kios pasar. Yah…. sebetulnya bukan pemandangan yang asing sih. Mirip kita pergi ke pasar baru aja. CUMA…bersih! Tidak ada tuh yang namanya bau menyengat ongokan sampah dan genangan lumpur. Padahal panasnya sama! Lebih panas malahan (karena lembab). Jadi ok-ok aja tuh berjalan di sepanjang pasar itu. Seandainya wkatu masih banyak dan Kai tidak rewel minta digendong terus…. (Aku bisa gendong dia tapi resikonya aku sulit angkat koper nanti di bandara kalau punggungku kaku)

Kai udah mau ambil parianya dan langsung dimakan, dipikirnya ketimun kali ya?

Akhirnya kami mampir ke Mac Donald terdekat. Memang Gen menyarankan Riku untuk pergi ke suatu tempat tertentu jika pergi ke Luar Negeri. Misalnya Mac Donald seluruh dunia. Mulai sekarang sampai nanti dia besar bisa membandingkan semua Mac Donald di seluruh dunia. Dulu keluargaku juga begitu, pasti membeli Hard Rock Cafe Shirt di setiap kota yang dikunjungi. Kalau bisa sendiri, kalau tidak bisa jika papa yang pergi pasti akan diusahakan membelinya. Hard Rock Cafe dan Planet Hollywood. Tapi sekarang jamannya sudah berubah, at least untuk keluargaku. Sudah malas memakai T-Shirt juga sih. Tapi Riku mungkin kelak bisa pamer karena masih ada setumpuk T Shirt HRC berbagai kota di dalam lemari kami.

Rasanya Mac Donald sebetulnya di mana-mana standar saja. Tapi aku rasa burger ayamnya lebih gurih daripada di Jepang. Huh ayam Jepang memang tidak ada rasa, terlalu banyak bekerja atau…obat mungkin yah hihihi.

Yang juga mengherankan aku adalah sebuah kejadian di meja sebelah kami. Ada satu keluarga kecil, bapak, ibu, anak dan omanya yang duduk, tapi tidak membeli satupun produk McD. Mereka mengeluarkan kotak styrofoam dari toko lain, sepertinya isinya bakmi, dan mereka makan. Dan benar saja, pelayan Mc D mendatangi mereka dan mungkin menegur mereka (pakai bahasa sono sih), sehingga si Bapak akhirnya membeli minuman di counter. Hmmmm cueks banget ya? Perlu aku tekankan di sini: Jangan berbuat seperti itu di Jepang! Memang jarang sekali ada kejadian seperti itu. Yang jelas orang Jepang PASTI tidak akan melakukan hal itu. Etiket perdagangan lah…. Pelanggaran memang biasanya dilakukan oleh orang asing yang tidak mengetahui tata cara/etiket atau…pura-pura tidak tahu atau cuek. (Bahkan di beberapa restoran di Indonesia sekarang mencharge kue tart yang kamu bawa dari toko lain misalnya)

Setelah selesai makan, anak-anak minta naik double decker lagi, padahal untuk balik ke apartemen tidak ada double decker. Aku sudha mulai jengkel karena seharusnya kita sudah pulang dan ambil koper. Untuk memenuhi permintaan anak-anak akhirnya kamu naik tram bertingkat, sebelum akhirnya naik angkot lagi. Dengan demikian semua jenis transportasi sudah dicoba.

Nah ada dua kejadian di dalam angkot pulang itu. Satu sebuah kecelakaan kecil yaitu jatuhnya calon penumpang karena si supir tidak lihat. Si cewe ini juga salah sih,maksa naik angkot yang setengah berjalan. Sepertinya dia ragu-ragu mau naik atau tidak. Rame-rame sedikit, aku semakin manyun…the time is tickling! Tapi hebatnya ngga ada acara gontok-gontokan atau sampai panggil polisi segala. Si supir sih kelihatannya suruh si cewe naik tidak usah bayar, tapi si cewe tetap bayar. Aku dan Kimiyo cuma pandang-pandangan, kalau kejadian seperti ini di Indonesia, supir angkotnya udah mati kali ya dipukulin. Negara yang katanya beragama tapi seringnya main hakim sendiri…. miris

Kejadian kedua adalah aku memberikan tempat duduk Kai untuk seorang ibu yang naik tapi tidak ada tempat duduk. Si ibu tiba-tiba mengeluarkan mainan satu kotak setip yang masih ada harganya. Aku sempat baca harganya 12$ dan dia berikan pada Kai. Duuuh segitunya bu… ngga usah. Aku sampai bungkuk-bungkuk say thank you pada ibu itu. 12$ cukup untuk naik angkot ke mana tuh…. Baru mengalami dua kejadian di satu hari, apalagi kalau aku tinggal lamaan ya?

Begitu sampai apartemen, kami ambil koper dan langsung naik taxi ke Bandara. Lebih lambat 30 menit dari jadwal. Sambil berdoa kenceng aku menutup mata saja, daripada senewen. Akhirnya sampailah di bandara, aku cepat-cepat ambil 2 koper lain yang dititipkan kemudian cek in. Nah waktu cek in inilah terjadi masalah besar. Kai menangis meraung-raung. Dia lapar mungkin, tapi dia berteriak-teriak tidak mau naik pesawat. Saking ngamuknya dia angkat koper kecil dari ban pengukur di tempat cek in supaya tidak diikutkan ke pesawat. Aku yang sudah senewen jadi biarkan saja dia menangis. Satu airport Hongkong melihat aku mungkin sebagai ibu yang kejam…but I have no time.

Akhirnya tangisnya bisa reda setelah dibujuk pakai coklat. Cepat-cepat berpisah dengan Kimiyo dan Ao, kami memasuki imigrasi, yang cukup makan wkatu karena namaku di paspor terlalu panjang. Dia cek satu-satu hurufnya! HUH. Jadi lari-lari deh ke boarding gate, dan kami sampai tepat boarding gate dibuka. Duduk di tempat duduk, kai langsung tidur kecapekan, dan Riku… menangis terus. Dia sedih meninggalkan Ao. Hmmm perasaan Riku memang peka sekali (mirip mamanya) sampai dia bilang, kita harus ke Hongkong lagi bulan Desember nanti, dan panggil Ao untuk ke Tokyo dan menginap di rumah kami. OK sayang, as you wish!

Kedua krucils yang kecapekan

Sesampai di bandara cengkareng, kami membutuhkan waktu hampir 2 jam untuk menyelesaikan visa on arrival bagi Riku dan Kai (duuuh antriannya), tapi antrian di VoA ini masih mending. Antrian di Imigrasinya amit-amit deh! (pengen deh motret tapi ngga pernah boleh memotret di Imigrasi negara manapun) Itu bule-bule udah pada  sengak mukanya. Sampai Riku dan Kai menunggu di tangga sambil bermain, sementara aku ngantri di bagian orang asing. Bagian orang Indonesia sih kosong banget. Aku tidak tahu apa yang membutuhkan waktu begitu lama. Apakah pengambilan sidik jadi dan foto mata? Tapi Riku dan Kai akhirnya dipanggil petugas untuk masuk ke bagian orang Indonesia. Waktu aku ucapkan terima kasih ke petugasnya, dia bilang, “Iya ibu kan bawa anak, kasihan disuruh tunggu begitu lama”. Memang bersama aku juga satu keluarga dari Hongkong disuruh lewat imigrasi bagian orang Indonesia. Tentu saja kami ditatapi pandangan sebal orang-orang lain yang masih mengantri saat itu.

aku selalu pikir kenapa kids meal di penerbangan lebih yummy drpd yang untuk dewasa ya?

Well, imigrasi di Hongkong apalagi di Jepang tidak pernah selama ini sih. Bayangin aku baru bisa keluar gate setelah 2 jam landing! Gila bener. Musti ada perbaikan dong, supaya wisatawan mau datang ke Indonesia.

Untung kami langsung bertemu Chris, iparku yang datang menjemput, sehingga bisa langsung pulang ke rumah tercinta, dan memulai acara mudik kami. Dear home, I am back!

13 Replies to “Last day in HK

  1. Membandingkan Mc D di negara-negara lain? Unik juga, sayang ga setiap negara punya paket nasi, sementara perut saya perut ndeso.. saya pernah sekali makan KFC di tempat lain, dan ga cocok dengan bumbunya, hiks hiks.. rasanya kurang mantep gimanaaa gituu.. (sementara Indonesia gudangnya rempah-rempah)

    Nasib punya perut Indonesia begini..

  2. Wah sayang Senin lalu tgl 3 Agustus lalu, sa’at kopdar bareng mbak Tutinonka, kita nggak bisa ketemuan yach mbak Imel, padahal pengen banget bisa jumpa langsung dgn mbak Imel, Kai & Riku yang mengemaskan itu. Saya nggak bisa ambil cuti masalahnya mbak…maklum hari kerja soalnya, hehehe…

    Sabtu, Minggu, Senin (7,8,9 Agustus) nanti saya juga meluncur ke Surabaya & Jember utk menyaksikan Jember Fashion Carnaval. Yuk ikutan ke Jember mbak, lihat atraksi carnaval mereka yang pasti heboh & seru 🙂

    Mbak di Jakarta sampai kapan ?. Kalau di Jkt sampai tgl 14-15 mungkin kita bisa janjian ketemuan, hehehe…

    Ok, mbak Imleda see you 🙂 🙂 🙂

    Best regard,
    Bintang

  3. di jogja, ada pasar tradisional yang mendapat prediket sebagai pasar terbersih tingkat nasional, yaitu pasar lempuyangan, letaknya dekat dengan stasiun lempuyangan. awalnya aku gak percaya kalau pasar itu disebut terbersih, tapi begitu masuk ke dalamnya, hatiku membenarkannya. bentuknya biasa saja, seperti pasar tradisional kebanyakan. tapi, suasananya benar-benar nyaman dan bersih. gak ada tuh sampah numpuk di mana-mana, apalagi bau yang menyengat. jadi, ini mungkin bisa disebut mirip dengan pasar tradisional hongkong itu nechan… 🙂

  4. Kebayang deh repotnya bawa dua anak dalam perjalanan jauh. Apalagi Kai kadang-kadang masih belum bisa dibujuk … Syukurlah akhirnya nggak telat masuk pesawat 🙂

    Duduk di sebuah restoran dan makan makanan bawaan sendiri? Wew, kok bisa ya? Jelas itu melanggar etika. Di mana-mana juga pasti pemilik restoran akan marah. Bahkan di banyak restoran, kalau kita punya acara dan bawa sebagian (sebagian aja loh! misalnya snack) makanan dari rumah, dikenai biaya …

  5. Aduhh…saya membayangkan betapa repot dan capeknya….dan Imel begitu tegar.
    Itu foto Kai dan Riku yang tertidur kelelahan.
    Btw tapi semuanya menjadi hilang setelah ketemu keluarga kan Imel?
    Semoga kunjungan selama di Indonesia menyenangkan……

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *