Duh, Tokyo sudah mulai panas… meskipun suhu maximumnya BARU 31 derajat (soalnya bisa saja mencapai 40 loh). Sekarang masih dianggap musim hujan, sampai ada pernyataan “Musim hujan selesai” dari Badan Meteorologi dan Geofisikanya Jepang. Nah, di hari yang panas begini memang paling enak kalau jalan-jalan ke mall atau dalam bangunan yang berAC. Tapi tentu saja itu tidak menyehatkan, kan? Kalau di Tokyo, kita juga bisa ke taman-taman kota sebagai usaha meng”ademkan” diri.
Hari Minggu tanggal 27 Juni lalu, setelah melepas Narpen jam 8 pagi (soalnya dia ada janjian sama teman-temannya tuh), kami pergi ke Taman Asukayama. Tujuannya sebetulnya ke Museum Kertas yang berada di dalam taman tersebut. Tapi posting kali ini aku akan menulis tentang tamannya dulu ya.
Taman Asukayama ini terletak di kelurahan Kita-ku, dekat stasiun Ouji 王子, sehingga kerap disebut sebagai Taman Ouji juga. Jika mendengar kata Ouji atau Juujou 十条, saya otomatis teringat bahwa dulu ada fasilitas imigrasi Jepang di sini yang boleh dikatakan sebagai “penjara” nya warga asing ilegal di Jepang. Ntah apakah dengan adanya kantor imigrasi baru di Shinagawa, tempat ini juga pindah ke sana.
Taman ini termasuk taman yang mudah dikunjungi karena merupakan taman kota yang menyediakan sarana parkir mobil, meskipun terbatas. Kebetulan hari itu parkirnya kosong, sehingga kami bisa memarkirkan mobil dengan mudah. Coba jika kami datang pas musim Sakura berbunga…wah bakal sulit kami memarkirkan mobil kami. Karena taman ini merupakan tempat yang terkenal sebagai taman Sakura.
Karena kami datang ke sana sudah pukul 1 siang, dan onaka peko-peko alias laper berat, jadi kami mencari tempat makan yang terdekat. Dan yang terdekat dengan tempat parkir hanya sebuah restoran Katsu (goreng-gorengan) yang menyediakan Asukayama Bento. Karena tidak ada pilihan lain, kami akhirnya makan siang di sana.
Memasuki pintu gerbang taman jam setengah tiga, kami disambut dengan rimbunnya pepohonan di sana. Dan… bunga Ajisai (hydrangea) yang bermekaran. Kebanyakan ajisai di sini berwarna biru dan putih.
Di sebelah kanan terhampar tempat bermain anak-anak dan di sebelah kiri ada 3 bangunan museum yaitu Museum Daerah Asukayama Kita-ku, Museum Kertas dan Museum Shibuzawa. Museum Kertas inilah yang menjadi tujuan utama kami sebetulnya.
Taman Asukayama Asukayama Kouen 飛鳥山公園 ini ditetapkan menjadi Taman kota yang pertama di Jepang pada tahun 1873, bersanding dengan 4 taman lainnya yaitu Taman Ueno 上野公園, Taman Shiba 芝公園, Taman Asakusa 浅草公園 dan Taman Fukagawa 深川公園, yang dikenal sebagai 5 taman Kota Tokyo. Meskipun sebetulnya sejarah Taman Asukayama ini sudah dimulai sejak 1720 kala Tokugawa Yohimune memerintahkan menanam pohon sakura di lahan ini. Taman Sakura ini kemudian dibuka untuk umum tahun 1737.
Sebetulnya dari namanya Asukayama, diketahui bahwa yama= gunung, gunung Asuka. Dan memang tempat ini lebih tinggi dari sekelilingnya, meskipun nama Gunung Asuka ini tidak tercantum dalam Daftar Nama Gunung Jepang. Dikatakan bahwa gunung Asuka adalah gunung yang terendah yaitu hanya 25,7 meter (hihihi lebih bagus diberi nama bukit kali ya).
Selain tempat bermain untuk anak-anak dengan gunungan dan berbagai alat permainan, di dalam taman juga terdapat lokomotif D51 dan gerbong kereta trem Toden 6080. Sambil memperhatikan Riku dan Kai yang bermain aku sempat melihat bermacam tingkah pengunjung taman. Kebanyakan memang keluarga yang membawa anak-anak. Kelihatan sekali ada anak yang memang “behaved” dan ada anak-anak yang tidak terbiasa bermain bersama, yang mau menangnya sendiri, bahkan ada anak yang melempar pasir ke arah muka Kai (orang tuanya sih langsung minta maaf….).
Sambil menunggu anak-anaknya bermain, orang tua duduk-duduk di bangku sekitar taman. Dan ada satu pemandangan yang sebetulnya amat menggelitik “jiwa fotografi”ku, yaitu seorang bapak yang menggendong bayi di punggungnya sambil duduk. Dan bapak dan bayi itu sama-sama tertidur! Duh aku bisa bayangkan si bapak yang kecapekan bekerja seminggu, disuruh momong bayi, yang ibunya ntah pergi ke mana (karena lumayan lama…hihihi ketahuan lama juga memperhatikannya). Mungkin si ibu bermain dengan anaknya yang lebih besar, who knows. Memang akhirnya aku bisa berhasil mencuri foto si bapak dan bayi, tapi kurang bagus, dan kurang etis kalau aku tampilkan di sini, karena ada muka orang-orang lain di sekitarnya.
Riku dan Kai cukup lama bermain di taman ini sampai puas, dan kami terpaksa mengajak mereka pulang lebih karena khawatir ongkos parkir yang harus kami bayar daripada soal waktu yang memang sudah larut senja. Dan dalam perjalanan pulang kami sempat melewati Universitas Tokyo yang terkenal dengan gerbang merahnya. (Dan ternyata si Narpen juga ke sini meskipun jamnya berbeda).
Dalam perjalanan pulang kami juga bertemu dengan mobil kampanye pemilihan legeslatif Jepang. Mobilnya ada dua berwarna pink + putih dengan papan pink! Rupanya calon legeslatif yang katanya berasal dari profesi artis. Wah tidak di Indonesia, tidak di Jepang, sama aja, artis juga merambah ke kancah politik. Sayang aku tidak sempat memotret si artis itu hihihi. (sambil naik mobil sih, jadi susah timingnya dan aku duduk di sebelah kiri, dianya di sebelah kanan). Pemilihan legeslatifnya Jepang akan dilaksanakan tanggal 11 Juli ini, tapi kok sepertinya kurang semangat dibanding waktu yang sudah-sudah. Kurang ribut kampanyenya, karena biasanya mobil-mobil ini juga “berkoar-koar” di daerah pemukiman, namun kali ini aku jarang mendengar.