Gigi

31 Mei

Seberapa sering Anda ke dokter gigi untuk memeriksakan gigi Anda? Semestinya setiap 6 bulan sekali disarankan untuk memeriksakan gigi sekaligus membersihkan gigi dari plaq yang ada. Aku? wah sedapat mungkin tidak mau ke dokter gigi deh. Meskipun akhirnya 3 minggu lalu aku terpaksa mulai berobat lagi, karena tambalan gigi geraham paling belakang terlepas. Dan oleh dokter disarankan untuk mencabut gigi itu di Rumah Sakit Gigi yang menyatu dengan Universitas. Karena termasuk operasi, mungkin mereka maunya semua terjamin (termasuk anastesinya).

Aku perhatikan di Jepang memang orang lebih senang pergi ke RS Universitas daigaku byouin 大学病院 , mungkin karena lebih afdol dan dipercaya  bahwa teknologi baru terus dikembangkan justru di universitas. Padahal kalau di Indonesia kita punya persepsi bahwa tidak mau dijadikan kelinci percobaan oleh mahasiswa kedokteran. Hmmm persepsi soal kepercayaan ini, sepertinya harus diubah deh.

Dan untuk pergi ke RS universitas ini aku diberi surat pengantar. Cuma aku belum bisa menentukan kapan sebaiknya aku ke sana. Butuh waktu sehari penuh untuk memeriksakan diri selain dari hari operasi. Selain tempatnya lumayan jauh dari rumah aku, antrinya itu lohhhh… Kapan ya? (Sekarang aku sendiri sedang sakit flu, jadi harus menyembuhkan flunya dulu)

Meskipun aku malas memeriksakan gigi untuk diriku, untuk anak-anak aku selalu perhatikan dan antar mereka ke dokter. Riku lumayan bagus giginya, tapi sayangnya untuk Kai aku terlambat. Kai termasuk cepat tumbuh giginya. Belum satu setengah tahun giginya sudah lengkap semua. Tapi karena kebiasaan dia minum susu sambil tidur, ditambah lagi kelihatan mutu giginya buruk (mungkin karena dia prematur ya…) jadi belum apa-apa sudah rusak gigi depannya.  Dengan susah payah aku ajak dia ke dokter gigi sejak umur 2 tahun tapi dokter juga tidak mau memaksakan pengobatan. Katanya takut menimbulkan image yang jelek terhadap dokter gigi. Ya sutra lah… terpaksa tunggu sampai gigi susunya tanggal satu-per-satu deh.

Nah, tadi pagi kebetulan ada berita menarik tentang dokter gigi di Jepang. Ternyata sekarang jumlah dokter gigi di Jepang sudah lebih dari 100 ribu orang, melebihi jumlah toko konbini (convinience store semacam Circle K). Dengan kenyataan ini persaingan dokter gigi juga semakin ketat. Banyak dokter gigi yang pasiennya berkurang, dan terpaksa menganggur semu. Dikatakan bahwa sekitar 20 tahun yang lalu memang diperlukan banyak dokter gigi untuk mengobati anak-anak yang sering sakit gigi akibat konsumsi gula dan boom ekonomi. Sekarang kesadaran akan kesehatan sudah meningkat dan sistem pencegahan kerusakan gigi semakin canggih.

Untuk itu klinik gigi shika-iin 歯科医院 harus membuat terobosan baru yang bisa menjamin datangnya pasien ke tempat mereka. Salah satu yang dibuat sebuah klinik gigi di Sendai adalah dengan membuat kamar bermain bagi anak balita. Sehingga ibu-ibu dapat memeriksakan gigi dengan tenang karena tau anak-anaknya dijaga oleh perawat yang ada, tanpa perlu mengeluarkan uang tambahan untuk penitipan. Selain itu keadaan anak-anak bisa dimonitor lewat TV yang terpasang di kursi “pesakitan” hihihi. Canggih deh pokoknya kursi dokter gigi sekarang. Di klinik yang aku biasa pergi, air kumur-kumurnya akan otomatis mengisi sendiri jika level air berkurang dari seharusnya. Satu setnya bisa berapa juta yen tuh harganya.

Selain servis terhadap ibu-ibu dengan balita, juga melakukan kunjungan ke rumah orang tua yang tidak bisa ke klinik. Dinas luar ceritanya. Nah, kalau yang begini sih tidak bisa bawa kursinya ke mana-mana, jadi back to manual lagi deh.Satu lagi servis yang disediakan adalah pencegahan (bukan pengobatan) jadi untuk waktu tertentu orang bisa datang untuk memeriksakan giginya, yang akan ditangani oleh perawat saja. Termasuk membersihkan plaq. Seperti ke salon deh gitu hihihi…..

kursi pesakitannya nyaman loh...bisa ganti nama bukan kursi pesakitan tapi kursi kenikmatan ...cieeee

Bagi yang tinggal di Jepang, biasanya kita ke klinik gigi akan ditanya rekomendasi siapa. Lalu disuruh mengisi riwayat kesehatan untuk dibuatkan karte. Untuk pemeriksaan pertama biasanya gigi akan dirongent dulu. Dan hasil rontgen akan ditampilkan secara digital di monitor (ini yang punya kursi canggih itu ya, kalau tidak maka bentuk hasil rontgen seperti film negatif saja. Nah jika gigi berlubang, kita harus siap untuk berkunjung ke dokter paling sedikit satu setengah bulan. 2-3 kali untuk mencabut syaraf, 1 kali pembuatan cetakan gigi, 1 kali pemasangan tambalan yang sudah dicetak dan 1-2 kali untuk memeriksa bentuk dan dudukan dari tambalan. Kadang aku sebel kok untuk tambal gigi aja seakan-akan disuruh bolak-balik terus. Tapi ya begitulah sistem kerja di sini. Ngga bisa sistem “ketok magic” 2 minggu jadi gitu hahaha! Tapi karena dokter giginya cakep-cakep, lumayanlah buat cuci mata 😀 (Eh tapi waktu “dikerjain” kan merem…jadi ngga bisa deh liat-liatan hihihi)

Waktu aku mengantar Riku ke dokter bedah juga begitu. Jadi waktu Riku berumur 4 tahun, dia pernah terantuk di kamar dan dahinya terkena ujung tempat tidur. Keluar darah kental yang untungnya tidak “menyembur”. Cepat-cepat kami bawa ke klinik bedah dan emergency dekat rumah. Kemudian pelipisnya dijahit dua jahitan. Takjub deh sama Riku, dia tidak menangis sama sekali. Dari dulu Riku tidak pernah menangis kalau disuntik atau diperiksa dokter. Nah, selesai dijahit, aku harus mengantar Riku SETIAP HARI untuk diganti perban dan diobati! Menyebalkan sekali, tapi memang katanya begitu kalau ke dokter bedah. Mereka biasanya menyuruh kita kembali minimum satu minggu. Mungkin ini juga ada kaitannya dengan asuransi. Biasanya asuransi swasta baru membayarkan asuransi jika seminggu bolak-balik ke klinik.

Jadi …kapan ya aku ke Rumah Sakit itu? hmmmm liat jadwal dulu deh! Yang penting sembuhin flunya dulu deh…

21 Replies to “Gigi

  1. waduh byl yg flu nih sekarang.. cepet sembuh ya mba..^,*

    by the way,, aku kalah dan malu ama riku nih, ampe aku ” nenek” skrg ndak berani ke dokter gigi..!! padahal berlobang nih mba..huhuhuhu
    takut jarum suntik..! Kalo ngga terpaksa ndak jalan kayaknya.. hahahhaha

  2. saya terakhir ke dokter gigi buat di bersihin kapan yah??? *mikirrr*
    tapi emg bener bun,dulu saya juga yg nanganin para mahasiswi yg sdg praktek di RS, tp krn saya fikir cuma buat bersihin no what²lah…

    salam, ^_^
    .-= Didien®´s last blog ..Hati-hati Pembajakan account YM & Email =-.

  3. Waa…warna kamar prakteknya sama dg praktekku.. Senang bisa dapat cerita kehidupan drg di Jepang. Emang sih tantangan utk membuat org ke drg sebelum sakit gigi. Holistic care, perlu pake strategi. Dan biasanya semakin canggih alatnya, pasien makin percaya. Hehehe. Thanks mba Imel, wawasan nih buat aku

  4. Wah, menjadi dokter gigi butuh modal gede… belum apa-apa udah mesti beli set kursi pesakitan yang sekian juta saja harganya…

    Duh, jangan sampai sakit gigi lagi aah… takuuut dengan dokter gigi, secakep apapun! hehehehe…

  5. waduh … tambalan geraham lepas… giginya harus dicabut..???
    jangan mau mbak….. . nanti ompong….

    lha saya kalo geraham bolong harus dicabut… wah bolong semua geraham atas bawah kiri kanan…

    minta untuk dipertahankan saja….

    ngomong omong soal kursinya dokter gigi… di RS kantor sayah sekarang sudah pake yang kayak diphoto ituh…
    katanya harganya sih sama dengan 1 mobil Jazz hihihi..
    jadi skg haraganya agak naik karena kalo ditambal … serasa naik mobil…
    .-= kartiko´s last blog ..Persahabatan Bagai Kepompong… =-.

  6. tambal gigi memang bukan solusi.. mendingan dicabut.. aku harus merelakan gerham belakangku juga daripada tengah malam menderita..pdhl aku insomnia betapa tersiksanya.
    cabut aja bu 🙂

  7. wah bener banget tuh klo di rs universitas serasa jd kelinci percobaan,
    klo di sini yg mriksa mahasiswa co-ass gitu jadi mereka sekalian latihan ngadepin pasien,,
    klo di sana mungkin dokter muda (yg ganteng) jadi ampe antri gitu di rs-nya

    oia, dokter giginya cakep2 ya mba, diimpor ke sini dong, hihihihi
    .-= fatma´s last blog ..don’t show me the love (please!!) =-.

  8. Bener banget Mbak.. Di Indonesia orang jelas-jelas menghindari rumah sakit pendidikan. Padahal seperti yang Mbak bilang, ga cuma di Jepang tapi di banyak negara lain, orang justru lebih suka berobat ke rumah sakit pendidikan karena prosedur dilakukan bener-bener step by step, dan semua inovasi terbaru kan datangnya pasti dari sana.
    Tapi kalau di Indonesia mungkin memang rumah sakit pendidikan terkesan ga profesional, makanya orang males ya..
    .-= herfina´s last blog ..High tea atau Afternoon tea? =-.

  9. Semakin sehat masyarakatnya, semakin nganggur pula para dokter nggak dapet pemasukkan… huhu… tapi ya begitu deh jadinya, sekali sakit langsung di charge semahal-mahalnya, karena para dokter sudah frustrasi.. ;(

    Ngomong masalah gigi, aku jadi inget, 4 wisdom teeth ku harus dicabut semua, tapi kok aku takut ya, karena semua cerita bersangkutan dengan pencabutan gigi geraham ini gak ada yang enak didengar… =_=
    .-= Dewa Bantal´s last blog ..Ada Pisang, Susu, Dan Rok Mini Nempel Di Tembok =-.

  10. saya sih rutin tiap 6 bulan sekali. biasa, scaling. tapi sekarang agak telat, udah 7 bulan, baru mau periksa 😀

    *efek kelamaan ditambang*

  11. Gara-gara punya pengalaman buruk dengan dokter gigi, aku jadi rada-rada malas ke situ lagi jika hanya sekedar untuk periksa-periksa, kecuali jika terpaksa harus ada penanganan khusus. Ini memang tabiat yang buruk, tapi yaaa gitu deh… hehehe.. 🙂

  12. Sebenarnya memang ke dokter gigi 6 bulan sekali..saya jadi ingat ternyata saya mestinya ke dokter gigi 1 tahun yang lalu….waduhh payah ya..padahal seteah dari dokter gigi rasanya enak karena mulut terasa segar..tapi ya itu tadi, males aja yang namanya ke dokter gigi lihat alatnya yang menyeramkan itu.

    Dulu punya dokter gigi langganan, jadi anak-anakku mau tak mau rajin karena tante Titi (alm) ini suka menelepon anak-anak, dan di ruangan anak-anak diajak main, menyikat gigi boneka dulu….dokternya ramah dan memeriksa anak sambil cerita, jadi anak suka ke dokter ini. Gigi anakku juga kacau Imel, untungnya si bungsu dirawat sejak masih TK, gigi yang mbrudul dicabut dan diberi kawat, si kecil disuruh memilih kawat warna apa, jadi dia sukarela memakai kawat ini.
    .-= edratna´s last blog ..Serba serbi perjalanan dari Jakarta ke Bali =-.

Tinggalkan Balasan ke whita k Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *