Atopi

11 Des

Saya tidak tahu seberapa populernya kata ini di Indonesia. Tapi di Jepang setiap orang pasti tahu dan pernah dengar kata ini. Saya sendiri berkenalan dengan kata atopi waktu awal-awal saya datang ke Jepang dan dengar dari mahasiswa satu “seminar” dengan saya.

Dia seorang wanita Jepang berkulit putih yang agak pucat. Bibirnya sering kering. Saya pikir pengaruh musim saja, tapi ternyata seluruh kulitnya kering. Dan yang mengerikan setiap lipatan kulit menjadi luka! Saya tahu memang kalau musim dingin, terutama tangan dan kaki akan menjadi kering dan luka-luka. Saya juga pernah menulis di salah satu posting, bahwa mencuci piring di musim dingin bisa menyebabkan tangan luka-luka. Serba salah, cuci pakai air panas, tangan yang kering menjadi sensitif dan sering luka, tapi kalau mencuci pakai air dingin, tangan bisa membeku….

Ketika saya tanya dia, kenapa tidak pakai krim tangan? Lalau dia berkata, “Saya mengidap atopi, jadi tidak bisa sembuh dengan krim saja. Setiap cuci rambut, saya menderita. Tangan yang luka-luka harus memegang shampo, lalu masih harus tergores-gores rambut…..” hiiiiii membayangkannya saja saya sudah merinding ngilu. Dan di sekeliling saya banyak orang yang menderita atopi ini. Ada yang ringan, ada yang berat seperti teman wanita tadi. Apa karena makanan? Tidak jelas, karena tiba-tiba saja kulitnya pecah-pecah begitu.

Mungkin kata yang paling bisa dimengerti orang Indonesia adalah alergi kulit. Tapi kebanyakan di Indonesia orang alergi kulit disebabkan oleh makanan (telur,udang, makanan laut lain) atau udara (house dust). Jadi asalkan tidak makan makanan yang menyebabkan alergi maka hidupnya akan aman-aman saja.  Untuk telur dan udang, memang orang akan langsung tahu makanan apa saja yang mengandung telur atau udang, tapi jika alergi unsur makanan yang lain tentu saja harus membuat daftar makanan apa saja yang mengandung unsur tersebut. Misalnya keponakanku dulu alergi susu sapi, jadi hanya bisa susu kedelai. Jadi setiap ibunya akan memberikan makanan yang diperkirakan mengandung susu, misalnya biskuit, diberikan sedikit dulu sebagai percobaan, jika timbul gejala alergi dihentikan, tai jika tidak bisa masuk daftar makanan aman.

Jumlah penderita atopi di Jepang meningkat terus. Selama 17 tahun saya di Jepang, saya ikut melihat pertumbuhan penderita atopi, yaitu dengan meningkatnya tema pembicaraan mengenai atopi dan alergi.  Dan bisa dilihat juga dari banyaknya tulisan/label kandungan makanan yang kira-kira bisa menjadi pemicu alergi, seperti di foto ini:

 

simbol unsur pemicu alergi
simbol unsur pemicu alergi, dari kiri- ke kanan (atas) gandum - kacang - kedelai, (bawah) cumi-cumi- udang.

 

 

Simbol-simbol seperti ini mudah dimengerti, dan bisa langsung dibaca waktu akan membeli snack yang dimakan. Cara penulisan memang bermacam-macam tergantung produsennya. Ada yang saya temukan cara penulisan dengan memberikan warna pada unsur-unsur pemicu alergi (yang cukup banyak) , sehingga akhirnya saya juga bisa mengetahui… oooohhh ternyata ada juga orang yang alergi dengan unsur ini ya…. misalnya jeruk dan kiwi/pisang.

 

wah banyak juga ya daftarnya
wah banyak juga ya daftarnya: telur, susu, kedelai, udang, kepiting, soba, kacang tanah, kerang awabi, cumi-cumi, telur ikan salmon, jeruk (orange), kiwi, daging sapi, walnut, salmon, ikan saba, kedelai, daging ayam, pisang, daging babi, jamur matsutake, peach, ubi yamaimo, apel, gelatin.

 

Usaha penulisan ini memang merupakan “kepedulian” produsen terhadap konsumennya. Meskipun kadang-kadang saya anggap beberapa tindakan produsen yang overprotektif. Tapi informasi seperti ini tentu amat penting bagi penderita alergi/atopi. Menurut hasil penelitian alergi oleh Departemen Kesehatan Jepang tahun 1992-1996, diketahui bahwa 28,3% balita, 32,6 % murid SD, 30,6% dewasa menunjukkan kenyataan bahwa satu dari 3 orang Jepang menderita alergi atau rentang terhadap alergi. Dan kelihatannya jumlah penderita akan bertambah terus….

Saya juga menderita alergi, lebih ke house dust yang menyebabkan saya sering bersin-bersin. Tapi tidak alergi makanan yang menyebabkan kulit gatal atau luka. Hanya buah-buahan seperti rambutan, durian dan manggis membuat leher gatal sekali, sehingga saya tidak bisa menikmati enaknya buah-buahan ini. Padahal dulu saya bisa makan…dan suka.  Saya masih bersyukur tidak menderita atopi, dan mudah-mudahan anak-anak saya juga tidak menderita atopi, karena cukup repot merawat penderita atopi.

Tapi ada satu lagi yang pernah dan masih saya tuliskan di profil saya di blogspot, yaitu saya alergi terhadap orang yang sombong hehehe…. Ini mungkin tidak bisa digolongkan dalam penyakit ya? Bagaimana dengan Anda? Anda alergi apa? (Mungkinkah ada blogger yang alergi kamera? pasti ngga ada yaaaaa hihihi…alergi kamera ngganggur mungkin saja…)