dan sembab lagi mataku…

28 Nov

Seperti biasa hari Jumat merupakan hari tersibukku. Di kala umat Islam di Indonesia merayakan Idul Adha, di negara ini waktu berputar terus tanpa ada libur hari besar keagamaan. Karena aku sekarang selalu membuka FB ku, bisa mengetahui perkembangan di tanah air, dan jadi mengetahui bahwa hari ini adalah hari Idul Kurban. Kalau dulu kadang aku terlewatkan hari-hari libur Indonesia karena memakai kalender Jepang. Posting kali ini benar-benar catatan harian dan curhat tentang kemarin.

Pagi-pagi sudah disibukkan oleh Kai yang tidak mau dilepas dari gendongan, padahal aku masih harus mempersiapkan macam-macam. Akhirnya begitu dia mau turun, aku langsung buka baju dan celananya untuk ganti baju. Tapi… dia tidak mau dipakaikan baju, dan bermain dengan Riku. Kalau terlalu lama telanjang pasti masuk angin, karena ini musim dingin. Jadi aku tanya Riku, mau ngga memakaika baju adiknya. Well…. anak sulungku ini lalu membujuk adiknya pakai baju, dan Kai mau. Senangnya diriku, dan cepat-cepat ambil kamera :D. (Jangan heran ya kalau banyak foto, soalnya kamera selalu berada di dekat meja makan hihihi). Terharu sekali aku melihatnya.

Kai memang sedang sulit diatur. Sedang masanya. Pasti dia akan berkata,”Yada…(tidak mau)” , jika disuruh sesuatu. Semua pasti melawan. Dan biasanya aku membiarkan sementara, biasanya setelah beberapa saat dia akan mengerjakan sendiri. Apalagi soal makanan, jika dia lihat kakaknya sudah makan dan enak, baru dia mau makan. Jadi pagi kemarin dia juga mulai “betingkah”. Sudah hampir jam 9 belum mau berangkat ke penitipan, padahal biasanya semangat sekali. Biarpun aku bujuk bahwa kita akan naik bus, tidak mempan juga. Aku memang bingung antara pergi naik bus atau sepeda. Karena ternyata sakit kakiku semakin menjadi, yang tadinya sebelah kiri saja, sekarang mulai menyerang sebelah kanan. Dan aku perhatikan karena aku naik sepeda dengan beban berat yaitu Kai+ belanjaan. Ketahuan deh sudah semakin tua…. hiks…

Akhirnya kami naik sepeda, karena mengejar waktu. Setelah menyerahkan Kai pada gurunya, aku titipkan sepeda ke parkiran sepeda di lantai 3. Ini juga berat karena harus mendorong sepedaku yang memang berat sampai ke lantai 3. But…apa boleh buat lah. Aku masih bisa mengejar kereta jam 10:01 dari Shinjuku! Itu targetku.

Tapi ternyata rencana tinggal rencana saja…. Seperti aku tulis di status FBku, pagi itu memang lucu, kalau kita melihat dari sudut yang lucu. Tapi kalau aku mau gerutu karena terlambat tentu tidak akan lucu jadinya. Lucu yang pertama, persis ada ibu yang duduk di depanku (aku berdiri) yang tidur sambil ngorok keras sekali. Keadaan sunyi di dalam kereta, dan perlu diketahui, bunyi kereta di Jepang tidak terlalu ribut.  Sehingga kalau ada orang kent*t keras dikit pastilah kedengaran hehehe. Yah, semua maklum sih kalau pagi hari memang sering mendengar suara dengkur seperti itu (cuman yang ini ibu-ibu sih, jadi rada aneh aja hihihi). Dan yang memang perlu diacungi jempol atas kehebatan orang Jepang adalah mereka tahu kapan mereka harus bangun! gila ngga? Si ibu ini bangun persis waktu pintu kereta membuka di stasiun terminal akhir! Saya dan pak Nanang di FB malah jadi bernostalgia kalau ketiduran di kereta pasti kelewatan 2-3 stasiun hihihi. Dasar orang Indonesia!

Nah kejadian kedua terjadi di stasiun Shinjuku. Kalau aku berlari, aku pasti bisa naik kereta jam 10:01, tapi aku tertahan…hiks. Tertahannya kenapa? Pas aku turun dari eskalator, tiba-tiba aku merasa ada sesuatu di lengan jasku yang ngegandul-gandul :). Waktu aku lihat, ternyata ada HP yang nyantel di lengan jasku yang terbuat dari wool. Rupanya HP itu pakai hiasan cantelan-cantelan yang mempunyai sudut tajam. jadi nyantel deh ke jas aku. Ntah dia taruh HP itu di mana, apa di tas atau di kantongnya. Nah masalahnya aku harus bagaimana? Huh…mana buru-buru lagi. Selintas terpikir mau jatuhin aja di mana gitu, biar ada yang ketemu dan kasih ke petugas, atau taruh di kiosk mana biar ditemui petugas. Tapi…. masak sih aku gitu (iih itu setan di kepala bisa ketawa kalo aku laksanakan tuh hihihi). Jadi deh terpaksa aku pergi ke loket petugas JR (karena di kawasan JR lebih baik lapor ke situ). Mana sebelum aku yang antri untuk urusan karcis banyak lagi, terpaksa nunggu deh…. sabarr…sabarrrr…. Begitu tiba giliran aku, aku menjelaskan bla bla bla, dan hanya dijawab petugas, “Jadi barang ketinggalan ya?”
“Iya”
“OK kami simpan di sni”
thats all….. aku pikir dia akan tanya nama, alamat dan no telp segala (doooh kayak seleb aja mel hihihi) sehingga akan makan waktu (makanya aku pikir macem-macem tadi hihihi)…. ternyata tidak sama sekali.

Well, selesai urusan menyerahkan HP, aku cepat-cepat ke peron tempat aku harus berangkat dan baru ada kereta pukul 10:17 …yaaah telat deh. Apa boleh buat. Sambil mengharap murid-muridku masih menungguku. (Ada perjanjian di universitas bahwa murid harus menunggu 30 menit, setelah 30 menit guru belum datang tanpa pemberitahuan maka dianggap kelas libur). Hasilnya? Mereka masih menungguku …syukurlah. (telat 15 menit saja sih)

Pulangnya, aku belanja dulu baru jemput Kai dan naik sepeda pulag ke rumah, taruh barang-barang dan pergi jemput Riku dari les bahasa Inggris dengan mendorong Kai yang duduk di baby carnya. Sepulang dari situ, sudah capek… pek… pek…., dan seperti biasa aku taruh beberapa krupuk dan snack di meja untuk Kai dan Riku. Aku bilang pada Riku, “Mama tiduran sebentar ya, nanti kalau kamu lapar bangunin mama aja”.

Belum lama aku tiduran, Kai masuk dan menyuruh aku keluar. Dia mau memperlihatkan sesuatu. Aku bilang nanti deh Kai….Tapi Kai terus maksa, menyuruh aku berdiri. Coba bayangin, pas baru akan terlelap tidur, dibangunkan hanya untuk mempelihatkan hal yang tidak penting, yang masih bisa ditunda. Jika itu Riku, bisa diberitahu dan dia memaklumi. Tapi ini Kai, yang belum bisa mengerti bahwa mamanya lagi tidak mau diganggu, mau tidur! Jadi aku memang harus bisa menerima.

Setelah ngomel, ngedumel aku kembali lagi masuk ke dalam selimut. Sambil meredakan kemarahan dan  rasa capek yang tidak tertahankan, aku berpikir. Kapan aku bisa benar-benar istirahat dari dua anak ini? Mungkin memang perlu aku menitipkan anak-anak untuk 1-2 hari dan …getaway sendiri. Aku lalu berpikir …aduh enaknya mereka yang di Indonesia, ada pembantu, ada baby sitter, ada orang tua yang bisa dimintain tolong…sedih deh di sini sendiri. Semua harus kerjakan sendiri, merawat anak, beberes, masak juga… kalau kayak begini terus, aku bisa sakit deh. Hmmm tapi kalau dirawat di RS mungkin bisa jadi getaway juga kali ya. Cuma kasihan yang merawat anak-anak yang kasihan. Duuuh kok aku sampai berpikir “getaway” di rumah sakit sih?

DAN aku teringat pada mama. Mama juga pernah dirawat lama di RS. Hampir 2 minggu, karena terkena virus herpes yang menyerang mata. Sampai mata kiri mama hampir buta. Dan kami anak-anak tidak boleh menjenguk mama di RS, karena berbahaya jika terkena virus itu juga. Waktu itu kami dirawat oleh Oma dan Opa dari pihak papa yang tinggal di Makassar, yang datang ke Jakarta sebelum melanjutkan perjalanan ke Belanda. Hmmm aku sadar bahwa waktu mama dirawat itu pasti juga karena terlalu capek merawat kami. Waktu itu kami juga tidak ada pembantu. Sering sekali kami tanpa pembantu. Dan mungkin karena mertuanya akan datang menginap untuk waktu yang lama, mama terlalu memforsir diri sampai akhirnya jatuh sakit. Tiba-tiba aku bisa merasakan kondisi mama waktu itu. Membesarkan 4 anak sendirian. Papa lebih sering bertugas di luar negeri/luar daerah. Aku “hanya” 2 anak… duhh mama… kasian sekali mama waktu itu…. dan aku menangis terisak-isak dalam selimut. Kangen Mama!

Biasanya setelah menangis, maka perasaan bisa lebih lega. Tapi waktu aku masih menangis sesegukan begitu, Riku datang dan berkata,
“Mama, aku bisa mengerti perasaan mama…. Mama capek padahal Kai mau kasih bangun terus kan. Riku ngerti. Tapi mama jangan nangis dong. Riku sedih kalau lihat mama nangis. Mama benci Riku juga?”
Aduuuuh sulungku ini mau menghibur aku…. tambah deh mewek nya…

“Riku, mama nangis bukan karena mama capek. Ya mama capek juga. Tapi lebih karena mama ingat oma yang dulu juga pasti capek membesarkan anak-anak sendirian. Mama sayang Riku. Riku permata mama… Riku waktu kecil jarang nakal dan melawan mama.” Aku peluk Riku. Tapi si unyil satu tidak suka melihat aku memeluk Riku, lalu bilang…”Kai ..kai” dia minta dipeluk juga. OK aku peluk. Kata Kai “Kai.. Mama…Riku… san (tiga)” Benar seperti segitiga deh. Dan tentu saja si Kai tidak mengerti apa-apa selain, dia juga mau “keberadaan”nya diketahui dan iri pada Riku.  Akhirnya aku bermain dengan Kai dan Riku, dan tidak jadi tidur meskipun masih di tempat tidur.

Setelah Kai dan Riku keluar kamar (tentu saja untuk menonton TV lagi), aku masih leyeh-leyeh sambil mikir mau masak apa. Tiba-tiba Riku datang dan bilang padaku;
“Mama, mama selalu bantu Riku. Nanti di kemudian hari, tidak tahu akan seperti apa dan bagaimana, tapi Riku akan bantu mama terus. Cerita sama Riku ya. Jadi mama jangan sedih. Kalau mama sedih Riku ikut sedih… (dan dia mulai menangis) ” Duuuh anakku kamu itu baru umur 6 tahun (3 bulan lagi 7 th). Sambil peluk dia aku berkata,
“Iya Riku, Mama ngga sedih lagi. Nanti kalau ada apa-apa Mama akan bicara sama Riku. Curhat dan diskusi sama Riku. Riku mau dengerin mama ya? ”
“Iya dong. Mama pasti cerita sama Riku ya…”
“Iya sayang. Mama sayang Riku (dalam bahasa Indonesia)”
“Aku juga sayang mama” (dalam bahasa Indonesia… ahhh kata sayang memang paling enak pakai bahasa Indonesia. Kai pun lebih tahu kata “sayang” daripada “suki (suka)” bahasa Jepang. Khusus untuk perasaan seperti cinta dan sayang, bahasa Jepang kalah dari bahasa Indonesia.)

Dengan mata bengkak, aku mempersiapkan makan malam untuk Kai dan Riku, sambil berpikir aku harus tulis peristiwa malam ini. Sebagai kenang-kenangan untuk Riku di masa depan, jika dia baca kelak, bahwa aku menghargai dia yang sangat memperhatikan dan menyayangi mamanya. Bukan untuk pamer tentang hubunganku dan sulungku, tapi hanya sebagai kenangan saja. Sebagai reminder. Supaya jangan aku lupa bahwa aku punya dua anak yang membutuhkan aku. My precious Jewels.

Dan waktu Gen pulang pukul 11 malam, aku tidak bisa bercerita ttg hal ini karena Kai masih bangun dan menyita perhatian papanya terus. Udah gitu Gen ternyata sudah makan di kantor… tahu gitu kan aku makan sama anak-anak 🙁  Dan malam itu kami terpaksa bangun dua kali, pertama karena Kai muntah akibat terlalu banyak gerak, dan sekitar jam 3 karena dia hanya mau minum susu di botol yang bergambar Mickey. Duuuh kai..kai… Cinta banget dia sama Mickey.