Kebun Binatang atau Tempat Piknik?

24 Jul

Hari Rabu lalu, tanggal 22 Juli, saya mengajak anak-anak ke Kebun Binatang Ragunan. Karena terus terang saja, saya belum pernah ke sana, setelah sekian lama saya berkampung halaman di Jakarta (sejak lahir sih). Dan pernah melihat foto adik saya di sana, kelihatannya kok bagus, jadi… pergilah kami ke sana. Wita ikut bersama kami untuk bantuin saya menjaga Kai tadinya, tapi akhirnya malah menjadi temannya Riku. Kai sama sekali tidak mau dengan orang lain selain mama. Manja!

Dari rumah kami naik taxi ke Ragunan pukul sepuluh lewat. Hmmm jalanan cukup macet. Belum sampai di Ragunan, saya sudah merencanakan untuk mampir ke PIM atau Citos pulangnya, untuk makan siang. Ngga mau lah makan di Ragunan, nanti menunya sama dengan singa atau monyet kan berabe hihihi.

Begitu sampai di pintu gerbang, kami disuruh masuk lewat lapangan parkir. Membeli tiket (dewasa Rp. 4000,- dan anak-anak Rp.3000,-) dan masuk deh… Kai mulai berjalan sendiri, karena tadinya minta digendong terus. Riku berjalan duluan dengan Wita. Kami langsung menuju ke kolam yang berisi burung pelikan. Kai senang sekali melihat burung-burung pelikan begitu banyak.

Dari situ kami berjalan melewati tempat rusa, burung onta dan menuju ke tempat naik kereta. Katanya kereta ini akan berkeliling di dalam areal kebun binatang, dan supaya saya bisa tahu seberapa jauh kami harus berjalan, juga letak binatang-binatang, maka kami naik kereta tersebut.

OK saya tidak boleh mengeluh dengan pelayanan di Indonesia. Biar bagaimanapun standar Jepang terlalu tinggi untuk diterapkan di Indonesia. Dengan membayar 5000 rupiah per orang, kami naik kereta itu, dan…sama sekali tidak ada keterangan, di kiri ada apa, di kanan ada apa…. hanya …yah keliling begitu saja. Saya harus mencari plang tanda penunjuk binatang-binatang apa ada di mana. Dan…. plang itu juga tidak bisa dijadikan patokan yang baik, karena ternyata banyak binatang tidak bisa kami temukan di arah yang ditunjukkan.

Saya juga heran sih, kok tidak ada denah keseluruhan kebun binatang, sehingga kita bisa tahu kita ada di mana. OK deh mahal mungkin untuk membagikan pamflet-pamflet berisi denah/peta kepada setiap pengunjung seperti di Jepang. Tapi bisa dong bikin papan denah di pintu masuk misalnya…. (Eh tapi mungkin ini menunjukkan bahwa orang Indonesia ngga bisa baca peta ya? Dan peta itu selalu kira-kira aja? Peta itu tidak penting di Indonesia mel… kamu itu mengharapkan yang tidak-tidak ajah)

Kami melihat ular (Riku dan Kai tidak suka, idem sama mamanya), gajah (nah kalau ini banyak deh, ada mungkin 5 ekor), kijang dan mencari macan putih yang ternyata begitu jauh, dekat pintu Barat. Dalam perjalanan menuju ke macan putih itu, kami melihat buaya dan unta. Sebetulnya saya sudah malas untuk mencari macan putih, tapi Riku bersikeras ingin melihat singa dan harimau. Jadi terpaksa deh “dijabanin“. Untuk itu kami juga melewati pusat primata Schmutzer, dan terpaksa tidak kami masuki karena Riku ngotot cari macan. Yah tapi sudah jauh-jauh jalan, begitu sampai di tempat macan putih itu, ternyata si macam lagi bobo…. kuciwa deh.

Karena sudah dekat dengan pintu keluar, ya kami pulang lewat pintu Barat itu. But, ternyata susah sekali nyari taxi di sini. Sempet kepikiran juga untuk naik angkot sampai jalan gede sih…. tapi sabar menunggu aja deh. Dan akhirnya dapat. Karena pikir Citos membosankan, kami ke PIM saja, makan siang di bakmi GM …. asyik ngobatin kangen. Mampir gramedia, kemudian pulang. Kai teler jadi sempat tertidur di dalam taxi…. lucu deh.

OK, saya memang sudah ditanya oleh Windy, teman saya, kok tidak ke Safari saja? Riku sendiri sudah 3 kali ke Taman Safari, dan kalau pergi ke Taman Safari kan tidak bisa naik taxi (mabok bayarnya), lagipula saya memang mau tahu gimana sih Ragunan itu. Jadi kesimpulan saya ke kebun binatang Jakarta itu adalah, tempatnya terlalu luas dengan sedikit binatang. Waktu kami ke sana memang hari biasa, sepi pengunjung, tapi even that, saya bisa melihat beberapa keluarga yang “piknik” menggelar tiker dan makan siang di rerumputan kosong. Hmmm ruangan seperti itu memang menggoda orang untuk piknik sih. Tapi, pengunjung kan maunya lihat binatang di kebun binatang, bukan orang? hehehe. Saya juga tidak boleh mengeluh soal kebersihan, karena ya… biasa kan di Indonesia? Itu saja sudah lumayan sekali kok hehehe. (Cuma terus terang saya ngga bakal coba naik sepeda air atau berdayung di danau yang kecoklatan dan penuh daun-daun jijay begitu. Kalo nyemplung hiiiii)

burung apa ya ini, hinggap di pagar kijang
burung apa ya ini? hinggap di pagar kijang

Well, setidaknya hari itu saya sudah menjadi warga DKI yang baik dengan mengunjungi tempat wisata standar sebuah kota.

34 Replies to “Kebun Binatang atau Tempat Piknik?

  1. Mendatangi tempat baru memang asik mbak, bisa nambah pengetahuan dan pengalaman baru tentunya..
    Memang banyak kebun binatang di tanah air ini yg hampir kolaps karena ramai pengunjung cuman liburan sekolah saja, padahal binatangnya butuh makan tiap hari..
    Mungkin manajemennya kurang bagus juga..
    Orangtua sekarang lebih suka ngajak anaknya ketempat bermain atau mall juga sih hehe..

  2. wah kalo dibandingin ma negara maju semisal Jepang dkk mah cape hati dan pikiran, mba, soalnya pasti banyak kurangnya, tapi kalo dibandingin ma negara berkembang lainnya pasti happy deh coz kemungkinan Indonesia banyak lebihnya…hehehe…

    so acara selanjutnya kemana? TMII?

  3. mungkin dibutuhkan dedikasi tinggi dari para karyawan di sana. jadi kebun binatang ragunan bisa lebih menarik lagi
    .-= Kris´s last blog .. =-.

  4. Terlepas banyak yang bisa diperbaiki dari Ragunan, Kebon Binatang ini cukup menarik sebagai sebuah fasilitas hiburan publik dikota (gak usah keluar kota). Dengan harga tiket masuk yang juga relatif murah (dibandingkan dengan harga tiket masuk di berbagai Kebon Binatang dinegara2 lain, bahkan yg dikelola swasta di Bali), tempat ini sich lumayan banget untuk memberikan hiburan dan pendidikan bagi warga Jakarta. Kalo kesana pagi2 dan gak pas hari libur, lumayan bisa dapat fresh air in the city… 🙂
    .-= Nug´s last blog ..Sandang Legendaris =-.

  5. Saya belum pernah ke Ragunan. Di Yogya ada kebun binatang Gembira Loka, saya juga sudah luamaaaa sekali nggak kesana. Dulu waktu krismon, binatang-binatang di bonbin sempat kekurangan makan, apalagi binatang pemakan daging. Ya iyalah, dagng kan muahaal. Jadi terpaksa binatang-binatang itu diet ketat, jadi kurus-kurus. Kasihan …

    Soal kebersihan, yah gitu deh … namanya juga Indonesia … 🙁
    .-= Tuti Nonka´s last blog ..Tukeran Rumah Yuuk … ! =-.

  6. Ragunan itu enaknya buat belajar naik sepeda kali ya, Tante? Atau buat pacaran, hehehe. Klo bareng pacar mah, mau cuma jalan2 ga jelas juga asik2 aja.

    Btw, kirain aku doang yang mengeluh keluasan (terlalu luas). Iya aku juga bingung kok di Ragunan ga ada peta ya?
    Ihhh, si Tante mah. Bukan Indonesia lagiii.. di dufan ada plang peta kok, Tante, lumayan banget buat mengatasi disorientasi 😀 sok atuh, mangga dijajal..
    .-= narpen´s last blog ..Untung gak mepet2 =-.

  7. perlu kesadaran kolektif mengenai kebersihan ini, mbak. dan setuju dengan komentar ata dan mas nug, bonbin di indonesia bisa terancam kolaps karena tiket masuknya yang murah itu hanya banyak terjual saat musim tertentu saja. orang tua sekarang mungkin lebih suka membawa anak-anaknya bermain di tempat lain. untunglah masih ada juga yang mengunjungi, walaupun sekalian buat piknik. piknik kalau nggak bikin kotor kan boleh-boleh aja. yang lebih jadi isu justru masalah higienisitasnya kali, ya?
    .-= marshmallow´s last blog ..Maluku: Sajian Pamungkas =-.

  8. Ah iya, Rangunan memang terlalu luas tante, aku pernah cuma sekali ja ke sana…

    Foto Riku yang sama adik berdua lucu deh tante, aih.., aku suka liatnya.. 🙂

  9. Minggu yang lalu saat ke Museum Fatahillah di Kota Tua adikku yang dari Semarang terpana, karena museum nya bersih..konon di Semarang terlihat kumuh. Lha bagaimana lagi, biaya masuk per orang hanya Rp.2000,- sehingga sangat tergantung pada dana dari pemerintah, yang anggarannya terbatas.

    Bayangkan kalau di luar negeri, masuk museum bayar mahal, namun orang tetap suka pergi ke museum.
    Mungkin perlu bertahap Imel…apalagi di Jakarta, areal hijau terbatas…jadi Mal, Kebun Binatang…syukurlah sekarang acara rekreasi ditambah ke museum. Banyak anak remaja yang datang, walau terlihat mereka sekedar foto2 yang mungkin maksudnya mau dipasang di FB..hahaha

  10. mau bagaimana lagi mbak, indonesia VS jepang -> adikku saja bisa tau siapa yang menang…

    lagipula, indonesia bukan hanya ragunan, ancol, taman safari, dll aja mbak, di padang juga ada pulau sikuai, keren… emang, onkos ke sana bikin puyeng…
    tapi bakal terbayar kok, sama keluarbiasaan yang ada disana(lho, kok malah promosi??)

    hehe… slam kenal…
    -aurora-
    .-= aurora´s last blog ..ketika senioritas terkorbankan =-.

  11. Sebenernya, Ragunan sekarang sudah jauh lebih baik daripada beberapa tahun yang lalu. Apalagi sekarang ada pusat primata yang cukup layak dikunjungi dalam rangka study tour.
    Terakhir saya ke sono, ya pas fieldtrip sekolah. Busyet dah! Luasnya amit-amit. Dan membawa segambreng anak-anak SD keliling betul-betul bikin guru tepar. Apalagi pas tiba di seksi reptil di kandang ular. Ooo, pada lari-larian, manjat-manjat…
    Kapok!!! Gak lagi-lagi. Lain kali, ke taman safari ajah!!
    .-= AL´s last blog ..Gravatar Widget =-.

  12. Baca komentar bu Edratna. Pas ke Museum Tekstil dan Keramik, liat biaya masuk 2500 rupiah. Lah, mahalan beli teh botol heheh. Udah gitu, karena saya waktu itu datang dalam rangka fieldtrip rombongan sekolah, jad dapet diskon. Gurunya gratis, anak-anaknya cuma bayar 500 rupiah.
    Yailah!! Sumpah, saya sedih liat ticketnya. Museum loh tekstil, loh.. Salah satu hasil budaya kebanggaan kita.
    Gimana bisa berkembang. Mana yang dateng jarang kecuali anak sekolah, bayarnya cuma 500 rupiah pula.
    .-= AL´s last blog ..Gravatar Widget =-.

  13. Iya, sudah dua puluh tahun ga pergi ke sana. Padahal waktu kuliah, pasti lewat depan jalan ke arah Ragunan. Tentang peta, sebagai warga sadar peta saya juga sering mengeluh tentang hal tersebu. Tapi kalo soal peta Jakarta kayaknya ga bakal khawatir deh, google map lumayan detil kok. 😀

  14. Aku terakhir ke Ragunan, tahun 89 mba.. hihihi
    pertama kali ke Jakarta, sama sepupuku di ajakin ke Ragunan..
    .-= Ade´s last blog ..Saya member Oriflame loo.. =-.

  15. tau gak mbak terakhir aku ke ragunana kapan?
    kelas 5 SD ^_^
    .-= Ria´s last blog ..Perjalananku (Day 1 – Day 3) =-.

  16. kalo diindonesia sih kebon binatang adalah tempat piknik..
    lah kalo liburan sekolah rame sekali anak-2 yang kesana.
    saya malah belum sempat piknik ke bonbin sby sama sekali hehehe..
    .-= kartiko´s last blog ..KEMINGGRIS =-.

  17. saya malah baru tahu ragunan dari emi chan ^^
    saya belum pernah ke ragunan coz seringnya ke KBS a.k.a Kebun Binatang Surabaya ^^
    .-= olvy´s last blog ..Nyam…Nyam =-.

  18. Klo g salah Ragunan kan memang disediakan untuk piknik keluarga Mba, selain sarana edukasi berupa pengenalan kpd binatang iTu. Daripada anak muda piknik di tempat dugem, hehe :p

Tinggalkan Balasan ke marshmallow Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *