Saya memang sangat memperhatikan angka-angka. Meskipun angka keberuntungan atau angka yang saya suka adalah 8, hari ini saya mau membahas si angka 6 dan 9 dan ebi, bahasa Jepangnya untuk udang. Kalau saya mengajarkan si Riku menulis angka 6 dan 9, saya tinggal berkata, 6 itu si perut gendut, sedangkan 9 itu kepala besar.
Sejak saya menulis posting 6666 dan lain-lain, saya memang agak waku-waku, deg-degan setiap melihat angka komentar di dashboard saya. Bisakah saya melihat lagi angka-angka cantik terpampang manis di dashboard saya?
Dan ternyata, saya bisa membuat capture angka-angka cantik ini: komentar ke 6969 oleh Uda Vizon, 6996 oleh Mas Trainer, 6999 oleh Chandra (sayang Chandra tidak punya blog), dan gongnya komentar ke 7000 oleh Eka. Saya tahu 4 orang ini adalah salah empat pembaca TE yang setia, dan saya merasa sangat berterima kasih untuk perhatiannya. Nanti lewat email kasih tahu ya, mau dikirim apa dari Jepang 😉 (jangan mahal-mahal tapi ya hihihi)
Angka cantik berikutnya kapan ya? 7777 mungkin yang terdekat ya? Jadi semoga Anda-lah yang mendapatkan angka jackpot ini hehehe.
Nah, kenapa di judul ada tulisan ebi juga? Ada hubungan apa 69 dengan ebi? Hmmm kalau dilihat sekilas bukannya bentuk badannya si ebi ini mirip angka 6 atau 9? Si Ebi yang banyak diimpor dari Indonesia dan memenuhi pasar Jepang ini memang jarang “nangkring” di meja makan saya. Selain udang berkolesterol tinggi, harganya juga mahal, dan saya kurang suka rasa udang yang sudah dibekukan. Kurang fresh dan gurih, you know.
Dan pagi dini hari ini ada 69 ekor lebih udang yang memenuhi meja makan saya. Sayangnya udang ini tidak bisa dimakan, karena ini adalah origami, seni lipat kertas Jepang. Sampai dengan hari Kamis besok, saya harus melipat 100 ekor udang besar kecil untuk dijadikan bahan pancingan dalam acara semacam bazaar di sekolah Riku. Ini merupakan kegiatan Seksi Kegiatan Anak-anak dari PTA di SD nya Riku.
Saya itu paling benci origami karena tidak teliti sehingga biasanya saya paling malas ikut kegiatan origami dan selalu give-up. Padahal sebetulnya seni melipat kertas ini bagus sekali untuk menstimulasi kerja otak. Karena menerima rangsangan dari ujung jari. Maka seni lipat kertas origami ini juga sering dipakai sebagai cara untuk mencegah pikun dan penuaan. Segala kegiatan yang memakai jari tangan digalakkan di kalangan lansia di Jepang. Selain origami, lansia disarankan untuk belajar piano dan …. mengetik komputer.
Saya tidak tahu seberapa seringnya anak SD di Indonesia melipat kertas, tapi yang pasti di sini dalam setiap kegiatan anak-anak dituntut untuk membuat karya origami. (dan memang kertas origami di sini murah kalau kertas warna biasa). Dengan melipat 69 ebi-chan ini akhirnya saya bisa membuktikan bahwa ternyata saya juga bisa kok melipat kertas ala orang Jepang.