110 – seratus sepuluh dan bahasa Jepangnya biasa disebut Hyaku-toban (110 番). Bagi yang mengerti bahasa Jepang, akan bertanya, “Loh kok bukan hyaku juu sih?) . Ya, memang bukan disebut hyaku juu, karena angka ini adalah angka keramat. cieee…
Seperti pernah saya ceritakan di “Di Jepang ada pencuri?”, bahwa 110 adalah dial, telepon khusus untuk polisi. Di mana saja Anda berada di Jepang, jika menelepon ke 110, pasti akan disambung ke kantor polisi terdekat. Jadi layaknya nomor 110, memberikan keamanan dan keselamatan bagi warga Jepang.
Pada lambang/papan yang ada di sebagian rumah di daerah-daerah pemukiman, ada yang bertuliskan “Kodomo 110(こども110番)”. Kodomo = anak-anak (bukan komodo lohhh…. tapi komodo no kodomo itu berarti anak komodo hehhehe bingung yah) . Jadi anak-anak jika mengalami ketakutan, merasa diikuti orang, dikejar penjahat atau segala sesuatu yang membahayakan dirinya, bisa lari ke rumah-rumah dengan tanda itu. Dan di daerah Nerima, daerah kami, selain tulisan “kodomo 110” ini juga memakai lambang bunga matahari, “himawari“.
Bahkan kata Gen, jika anak-anak haus dan tersesat, bisa mengebel rumah dengan tanda itu, dan minta air minum, minta bantuan. Shelter for children. Dan waktu saya jalan-jalan memang sering sekali menemukan tanda itu. Dulu belum punya anak, jadi belum “mengerti” artinya. Tapi sekarang setelah anak saya mulai sekolah, merasa aman dengan kehadiran rumah-rumah 110 itu. Dan memang karena sekarang saya adalah anggota pengurus PTA sekolahnya Riku, saya harus mengecek rumah-rumah mana saja yang 110 di sekeliling sekolah dan rumah.
Sebagai tambahan usaha untuk keamanan anak-anak bersekolah, semua anggota pengurus PTA (satu kelas 3 orang) dibagikan lencana yang dipakai di lengan atau tas, bertuliskan bohan 防犯 (pencegahan kejahatan) , dan juga sebuah kertas berlaminating dengan tulisan パトロール (Patrol) yang dipasang di sepeda. Semua dengan warna dasar hijau.
Saya tidak tahu kenapa hijau yang dipakai. Coba saja tanda emergency exit yang dipakai di gedung-gedung. semua berwarna hijau bukan? belum lagi tanda-tanda itu mengkilat/berlampu sehingga saat gelappun bisa terlihat. Kenapa bukan kuning? yang lebih alert daripada hijau? Mungkin, mungkin loh, menurut hipotesa saya saja, jika terlalu banyak warna kuning dipakai rasanya kehidupan manusia akan berisi ketegangan terus. Alert terus. Sedangkan warna hijau, lebih nyaman di hati, seakan memberikan perlindungan. Hmmm mungkin saya harus mencari lagi di google jepang, kenapa dipakai warna hijau. Saya senang sekali “melacak” di google jepang, karena sering pertanyaan aneh-aneh seperti saya ini, bisa terjawab di sana. Dan itu karena, ORANG JEPANG SUKA MENULIS. Apapun didokumentasikan (tulisan/foto) oleh orang Jepang. So, menurut saya, Jepang adalah surga bagi penelitian. ASAL BISA BAHASANYA.
Lalu apa tugas saya yang membawa kedua tanda itu? Tugasnya bukan seperti polisi yang melakukan patrol memang. Tapi bila dengan tidak sengaja menemukan sesuatu yang mencurigakan, kita bisa langsung melapor ke polisi. Jadi diharapkan saya juga waspada terhadap keamanan sekeliling, dan jika diminta bantuan oleh anak-anak yang melihat tanda saya itu, saya wajib menolong dan membawanya ke pos polisi terdekat.
Papan Kodomo 110 himawari di rumah penduduk, lencana bohan, tanda patrol di sepeda. Ini semua memperlihatkan lagi kerjasama antara pemda, polisi, masyarakat sekitar,dan orang tua murid dalam keselamatan anak-anak. Dan mungkin sedikit banyak tulisan ini bisa menjawab pertanyaan teman-teman dalam komentar yang diberikan dalam tulisan-tulisan tentang Riku pertama kali bersekolah. Dan ya…. ini adalah satu lagi oleh-oleh dari pertemuan orang tua murid PTA yang saya ikuti hari kamis lalu.
(Masih ada yang bisa saya ceritakan lagi ngga ya dari pertemuan itu? Hmmm masih banyak… misalnya bagaimana cara pemilihan pengurus, dan kegiatan-kegiatan mereka…. tunggu saja kapan bisa terungkapnya)