Apa yang aneh dengan piagam penghargaan? Piagam Penghargaan biasanya dicetak dalam sebuah kertas yang lebih tebal, bertuliskan kata-kata terima kasih dari seorang atau sebuah organisasi atas jasa yang diberikan kepada mereka. Tintanya bisa tinta biasa atau tinta emas. Dan yang menerimanya biasanya akan menaruhnya dalam bingkai dan dipamerkan pada setiap orang yang duduk di ruang tamunya. Menunjukkan pada semua orang bahwa ia pernah melakukan hal yang baik yang dihargai orang sehingga mendapatkan piagam penghargaan.
Tapi saya rasa kali bukan piagam penghargaan yang biasa kita lihat ini, yang diberikan oleh Kaisar Jepang kepada Permaisuri Michiko dalam peringatan ke 50 th pernikahan mereka hari ini tanggal 10 April 2009. Memang beliau mengatakan “yang bisa kuberikan hanyalah Piagam Penghargaan” tapi itu lebih dalam bentuk rasa terima kasih dari lubuk hati atas kesetiaan dalam ikatan perkawinan. “Pasti banyak hal yang membuat susah dan sedih, tapi tetap bertahan. 50 tahun penuh usaha.” Memang Permaisuri Michiko adalah orang pertama yang berasal dari kalangan biasa memasuki kekaisaran Jepang.
Ada sebatang pohon yang ditanam pada waktu mereka menikah, dan terlihat sekarang setelah lewat 50 tahun, pohon itu bertumbuh tinggi dan menua. Sebuah lambang kesetiaan dan ketegaran dalam menghadapi berbagai musim.
Melihat pohon itu, melihat kedua pasangan kekaisaran yang juga sama seperti manusia biasa lainnya yang saling memerlukan satu sama lain, dan membayangkan 50 tahun kebersamaan mereka… sungguh sebuah usaha yang patut dikagumi. Dan perkataan mereka bahwa yang hanya bisa dikatakan adalah rasa “terima kasih”.
Entah apa yang harus kukatakan hari ini mewakili perasaanku malam ini. Sedih karena aku harus bekerja di hari yang suci ini padahal di Indonesia semua libur. Menyesal tak bisa ke gereja dan mengikuti jalan salib. Tapi yang pasti “Rasa terima kasih” saja tidak cukup bagi pengorbanan Yesus di kayu salib untuk keselamatan manusia. Selamat menyambut Paskah!