Mainan dan Pramodel

13 Des

Dulu waktu saya kecil, sama sekali tidak mempunyai mainan (dan memang tidak suka). Jika ditanya mau apa, saya pasti minta dibelikan buku. Atau setelah memulai koleksi perangko, saya selalu minta dibelikan perangko. Pernah juga hobi mengumpulkan gambar tempel (sticker) dan menulis pada list pesanan oleh-oleh waktu papa ke luar negeri dengan : “gambar temple“. Boneka Barbie-babie-an? no way … alat masak-masakan? ngga punya. Lalu apakah saya sebetulnya hobi yang mainan cowo seperti mobil-mobilan, tembak-tembakan dll? ya ngga juga. Benar-benar saya tidak ada kenangan punya mainan masa kecil.

Adik saya, Novi suka dengan boneka. Setelah besarpun kadang dia minta dibelikan boneka. (Dan dia memang telaten merawat bonekanya). Dan biasanya jika masa kecil memendam keinginan pada sesuatu, jika besar akan berusaha memenuhi keinginan itu (Masa kecil kurang bahagia gitchuuu). Setelah saya besar dan bisa membeli sendiri, mainan apa yang saya beli? Entah itu mainan atau bukan, jaman saya masih “kaya” (sekarang udah jatuh miskin gitu hihih) saya selalu membeli peralatan electronik. Mulai dari komputer, compo/stereo deck, (TV dan video deck ngga masuk itungan —abis ngga suka sih) , CD walkman, MD player, scanner, hand – copy machine, handheld PC, camera, digital recording, hand held TV(yang aku kasih ke papa) etc etc…. Pokoknya sudah bisa bikin kantor sendiri deh hehhehe. Tapi semua ada batasnya, karena produksi elektronik sekarang sudah tidak “invent” sesuatu yang baru lagi. Semua hanya perbaikan dari versi yang sudah ada.

Jadi semua barang elektroniks itu menurut saya adalah “mainan” saya. Sedangkan satu-satunya boneka yang saya beli dan saya anggap saya punya adalah “Ben”. Belinya sih untuk Riku, waktu itu Natal waktu dia berusia 2 tahun. Kami melewati Natal di jakarta, dan saya beli BEN ini untuk Riku. Yang ada, waktu dia terima boneka sebesar dia ini, dia menangis ketakutan hihihi. Ya sudah, untuk mamanya saja (Padahal emang pertamanya beli dengan tujuan mamanya bisa minjem hihihi). Sesudah BEN, tahun-tahun berikutnya saya pernah membeli TIGER nya Winnie the Pooh, juga sebesar Riku, dan karena tidak bisa masuk koper terpaksa saya tinggal di Jakarta. Waktu bulan Agustus kemarin, saya hampir membeli boneka Cheetah sebesar Riku juga yang dijual murah di PIM. Tapi karena waktu itu lagi ketemuan ENDAYORI, jadi malu juga kalau saya bawa-bawa boneka besar gitu. Dan kalah dengan Riku yang minta dibelikan mainan pokemon. So…. bagi saya sekarang, kalau ada uang dan keisengan, akan membeli dan mengumpulkan boneka fluffy binatang yang besar-besar, sambil bermimpi tidur dikelilingi those animals… bisa dijadiin guling deh hehehhe.

Lalu kenapa dulu waktu kecil tidak minta boneka fluffy begitu? Sejak kecil saya alergi debu/bulu… bersin-bersin terus. Dari SD saya harus disuntik alergi 3 hari sekali dan berlanjut terus sampai SMA. Jadi sedapat mungkin mainan yang menyerap debu tidak ada di rumah saya (selain alasan mahal tentunya hehehe). Sejak kekebalan hasil suntikan itu sedikit bermanfaat, masih ada hari-hari tanpa bersin. Tapi sejak saya datang ke Jepang, saya semakin jarang bersin-bersin. Mungkin udara juga mempengaruhi ya.

Untung Ben masih sempat masuk koper sehingga dia tidak kedinginan sendirian di Jakarta hehhehe

:::::::::::::::::

Sayang sekali Riku tidak suka boneka fluffy seperti itu. Dia memang lebih suka boneka plastik hero-heroan seperti Ultraman, atau pokemon, dan tidak memilih mobil-mobilan (udah puas kali yah hihihi). Sekarang dia suka mengumpulkan kartu Pokemon yang bisa dipakai untuk battle. Saya sebetulnya heran sekali dnegan sistem kartu-kartuan ini dan tidak melihat kesenangan apa yang didapat. Sama seperti kalau menonton film-film Amerika yang menunjukkan mereka mengumpulkan kartu-kartu pahlawan baseballnya. Dan Melati san selalu memanjakan Riku dengan membelikan kartu-kartu Pokemon, dan dengan sabar menemani dia bermain (terima kasih banyak loh Melati).

Setiap dia pergi ke toko konbini, selalu minta dibelikan mainan. Dan saya selalu bilang, boleh tapi yang harganya depannya angka satu (seratus gitu maksudnya) …. dan dia selalu merengek minta yang lebih besar dengan angka 3. Jadi saya bilang,  boleh tapi untuk 3 hari tidak boleh beli mainan lagi. OK…. Dan yang dia beli selalu tentu saja perlengkapan Hero-hero dia, entah itu katana, atau mobilnya atau bentuk robotnya atau apa saja. Dan sebetulnya dalam satu kotak itu hanya ada lembar plastik yang masih harus di rakit dengan satu buah permen. Di Jepang disebut Pramodel yaitu singkatan dari Plastic Model Kit ( Plastic Model).  Karena Riku belum bisa merakit sendiri, dia selalu menyuruh saya merakitkannya. Dan …. ternyata saya itu enjoy sekali hihihi.

Bagian dalam kotaknya merupakan petunjuk perakitan
Bagian dalam kotaknya merupakan petunjuk perakitan

:::::::::::::::::

Ternyata juga saya memang “boy” at heart. Merakit parts mainan itu satu demi satu sehingga terbentuk sebuah robot atau mobil atau apa saja. Kalau Tamiya (yang tentu lebih mahal) memang bagus tapi terlalu banyak parts sehingga perlu waktu yang lama, sedangkan mainan dalam box seharga 315 yen ini cukup beberapa menit saja. Dan hasilnya tidak mengecewakan. Saya selalu takjub dengan ketelitian produsen Jepang, karena sampai sticker yang harus ditempelkan di bagian-bagian bodynya begitu pas dan warna-warni.

hasil akhir
hasil akhir

:::::::::::::::::

Namun namanya anak-anak, dia tidak menghargai 315 yen + usaha ibunya merakit karena sebentar saja mainan itu sudah menjadi parts lagi yang akan masuk tempat sampah. (Saya jarang sekali membuang mainan Riku,lain dengan papanya… karena saya tidak suka jika mainan/milik saya dibuang, maka saya juga tidak akan membuang mainan Riku tanpa ijinnya. Jadilah rumah saya gudang mainan hehhehe)

Rakit merakit ini sudah saya tekuni sejak Riku berusia 2-3 tahun… dan saya tahu ada saatnya dimana Riku akan bisa merakit sendiri, dan saat itu mamanya hanya bisa gigit jari sambil lihat riku merakit hihihi. Ok deh, mamanya merakit rumah dari tahu saja ahhhh….. (secara saya suka rumah putih bergaya neo-classic)

11 Replies to “Mainan dan Pramodel

  1. kalo saya, dari kecil emang selalu dibelikan mainan oleh orang tua, yang paling saya suka adalah building blocks… seru… kita bisa bikin apa saja… kadang menemukan suatu geometri yang aneh (setidaknya menurut saya waktu kecil)…
    sekarang, anak saya pun sudah mulai suka menumpuk-numpuk, mencocokkan, memasukkan. etc… kayaknya sifat ayahnya nurun deh…
    [kepedean.net] 🙂

    ekoph´s last blog post..Maryamah Karpov, sebuah Review

    Iya mainan seperti lego itu bagus untuk merangsang kreatifitas anak. Dulu kalau suka main begitu dibilang anaknya kalau gede akan jadi arsitek… hehehe

  2. Sis,
    Kalau aku malah bercita-cita dikasih mas kawin seperangkat Barbie lengkap! hihihi… Kira-kira calon suamiku nanti mau nggak yah.. 😀

    Ah, Ben lucu banget!!!
    Dulu aku punya beberapa boneka, tapi dasar orangnya jorok, ya udah, jadinya sarang debu dan akhirnya musti direlakan untuk berpindah tangan.. huhuhu..

    Soal mainan rakitan itu… ah…. bener2 asyik ya, Sis!
    Sayang banget kalo musti dibuang.. (eh, Sis, waktu Gen buang ke bak sampah, dirimu nggak yang diem-diem ambil mainan itu lalu disimpen lagi, kan? hehe)

    Lala´s last blog post..In Every Weekend

    OMG kok kamu tahu La? aku sering “memulung” kembali mainan yang sudah dibuang Gen…abis kalau yang dibuang aku tahu itu kesukaannya Riku, gimana dong hihihihi. Kan kasian.

    Pernah satu kali Riku umur 3 tahun. kita marah karena dia tidak jaga mainannya, semua kita masukin ke dalam kantong besar dan buang (padahal aku suruh gen masukin ke bagasi mobil)…. Riku meraung-raung nangis. Lalu aku bilang, kalau kamu meraung-raung berarti kamu sayang mainan itu kan? kalo sayang kamu musti jaga dan dibereskan setiap habis main. Daijini suru. Setelah beberapa jam aku bilang sama Riku, kalau kamu minta papa, mungkin papa bisa cari mainan itu di tempat sampah atau telepon ke petugas sampah spy jangan dibuang. Minta maaf sama papa!…..
    Kembali lagi deh semua mainannya…. Pfff what a memory for him ya?

  3. Aduhh Ben lucu sekali….si bungsu sampai sekarang kalau tidur masih dikelilingi boneka. Saya sendiri suka boneka, dulu bonekanya sampai lecek di gendong-gendong. Kalau punya anak cowok memang mainan rakitan lebih menarik, tapi si sulung dulu suka merakit, terus diperhatikan kok bisa gitu ya…dipreteli lagi…

    Dan gara2 dekat sama kakaknya si bungsu juga hobi ngoprek.. bonekanya baru rapih setelah dia mahasiswi ITB dan berpisah dengan kakaknya (saat masih di jakarta, boneka si adik suka buat mainan perang2an sama si sulung).

    Aku suka apa ya? Suka baca novel (hehehe…Yoga pasti geli, aku kalau baca novel mesti dari depan…lari ke belakang untuk ngecek happy end apa tidak…terus balik lagi ke depan…), bacanya sambil meluk guling, sambil dengerin musik di radio. Dulu suami suka ngeledekin ….ntar kalau anak buahmu tahu bagaimna…ahh biarin, anak buah kan di kantor…lama-lama dia capek…dan nikmatlah saya dengan gulingku.

    edratna´s last blog post..Kondisi “tertentu” yang memaksa untuk berani

    heheh ibu…iya aku masih inget ibu suka Barbara Cartland kan….aku juga suka bu. Aku suka semua Mills and Boon, kalau sekarang sulit jadi beli Harlequin. Bisa santai bacanya apalagi romantis kan bu.
    Seneng saya menemukan satu kesamaan dengan ibu.

    EM

  4. Wah, dulu saya suka sekali sama tamiya, dan mainan rakit2an itu tuh mba. hehehe…. seru soalnya mainnya…

    kalo boneka beli cuma buat seseorang aja, hehehe… tapi ngeliat Ben, kayanya emang enak buat guling hehehe… ato main berantem2an sama soadara. sebagai senjata buat mementung… halah… hehehe….

    salam -japs-

    japs´s last blog post..Selamat Hari Raya Idul Adha, Sahabat

    Aihhhh buat seseorang? si Langit kah?
    hush pentung-pentungan ngga boleh dipake di sini. Hanya boleh di plurk hahahha
    EM

  5. YATTO !!! Bisa baca deh !
    Ya taihen kalau ada kombini di dekat rumah, kalau Ao kan nggak pernah lihat kombini atau omochaya..^^ Jadi aku sekarang masih RAKUCHIN, tapi kalau udah kembali ke dunia nyata, takut keinginan beli ini itu MELETUUUUS !!! ^^

    Waaah iya kalau di dekat rumah ada konbini dan sudah mengerti barang duh duh duh
    makanya kadang aku bawa dia ke toko 100, suruh pilih sendiri yang dia mau.
    bisa beli 3-4 biji udah seneng sekali, seperti hadiah ulang tahun kan…
    tapi….
    kalau dia ngerti berapa nilai 100 nanti dia pasti protes. hahhahaha
    EM

  6. Waktu kecil saya pernah diajak ibu ke pasar, dan nangis minta dibelikan boneka plastik yang (menurut saya waktu itu) sangat bagus. Ibu saya tidak mau membelikan, karena tidak ada uang. Saya nangis terus, nggak mau pulang kalau nggak dibelikan (kasihan ya ibu saya, pasti waktu itu bingung dan jengkel dengan kelakuan saya … ihiks). Akhirnya ibu memang membelikan boneka itu, meskipun dengan menguras isi dompet …. (saya sedih kalau ingat ini …)

    Sesudah itu saya tidak pernah minta boneka lagi.

    Nah, sekarang, sesudah nggak pantes lagi main boneka, saya justru senang sekali beli boneka kain yang empuk dan lucu … hehehe … Betul, Mbak Imel, karena masa kecil kurang bahagia (karena gak mampu beli), sekarang balas dendam dengan beli semua boneka yang saya suka. Kalau ada keponakan-keponakan datang dan suka boneka saya, saya suruh ambil saja, nanti saya beli lagi …

    Peralatan elektronik? Haduuh! Saya paling enggak ngerti. TV, pokoknya ada gambarnya. CD player, pokoknya suaranya bagus. Ponsel, pokoknya bisa telepon dan sms … hihihi …. katro’ bangeeets …

    tuti nonka´s last blog post..Hammurabi, Sang Pencipta Hukum

  7. Soal mainan dibuang.
    Waktu masih anak TK, di tempat pembuangan sampah dekat rumah, saya menemukan sesuatu yang saya kenal benar.
    Ternyata itu boneka beruang kesayangan saya!
    Saya langsung bongkar gunungan sampah untuk menyelamatkan si beruang itu lalu membawanya pulang bersama-sama.
    Setiba rumah, saya marah-marah pada ibu.
    Tanpa tanya lebih dahulu, ibu saya membuangnya mentang-mentang sudah kotor.
    Padahal, si beruang itu enak dipeluk karena emput.
    Sebal deh!

  8. Jadi teringat Randy tentang mimpi2 masa kecilnya yang banyak terkabul seperti merasakan zero gravity dan menjadi pencipta tempat bermaina seperti Disney. Aku kayaknya dulu nggak punya mimpi deh waktu kecil…Hanya saja, memang sering membayangkan betapa enaknya masuk tipi, terutama kalo jadi peserta acara Cepat Tepat di TVRI. Ikut cepat tepatnya memang gagal, tetapi masuk tipinya berhasil. Coba kalo aku dulu mimpi jadi presiden ya…

    Hery Azwan´s last blog post..Sup dan Tulang

  9. Mainan Rakitan ???
    Hah … ni dia nih …
    hehehe …

    Tetapi memang bener sekali … itu tidak bertahan lama …
    Lihat saja rumah saya … di ujung tempat tidur ada Sayap … di Kamar mandi ada telapak Kaki sebelah kiri …
    Di kamar atas … ada Topeng … di kamar bawah ketemu helm …
    Di meja makan ada pedangnya …
    huahahaha …
    Capek mberesin … akhirnya ya … di kumpulin aja di satu wadah gede … isinya pretelan mainan rakitan semua …

    Salam Saya EM

    nh18´s last blog post..TERMEHEK-MEHEK

    Nah pretelan mainan itu akan ada di dalam wadah sampai berapa lama mas? Mau dibuang juga sayang kan? Aku juga masukkin semua mainan Riku dalam satu keranjang besar. Tapi ya gitu setiap kali diberesin,dikeluarin lagi…sampe sebel ngeliatnya heheheh
    EM

Tinggalkan Balasan ke basir Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *