Bermula dari air

10 Okt

Global Warning for Global Warming, istilah yang trend sekarang ini, dan sudah sepantasnya kita sebagai anggota planet bumi ini ikut memikirkan apa yang dapat kita lakukan demi masa depan anak cucu kita kelak. Waktu membaca tulisan Nepho tentang Global warming, saya juga jadi berpikir apa sih yang Jepang sudah lakukan untuk penghematan energi? Rasanya masih banyak yang “BOROS”, tapi memang ada usaha-usaha untuk lebih memikirkan lingkungan hidup kita.

Sebetulnya tidak usah terlalu ekstrim juga, sedikit demi sedikit kalau kita berusaha menghemat pemakaian sumber energi yang ada, juga sudah bagus. Dulu waktu saya ikut kursus bahasa Jepang di Japan Foundation, Matsushima sensei pernah menanyakan, ” Kalau sikat gigi, Anda buka keran terus?”… Hmmm itu saya tidak sadar bagaimana biasanya saya sikat gigi. Dan karena mendengar pertanyaan itu saya baru menyadari bahwa saya selalu membuka keran sambil sikat gigi, dan setelah selesai, pakai tangan untuk berkumur. (ketrampilan pake tangan untuk menampung air pernah dikagumi Kimiyo ya heheheh). Betapa banyak air yang terbuang selama kita gosok gigi….dan itu tidak disadari. Berkat sensei itu, saya berusaha menampung air berkumur dalam gelas sebelum sikat gigi. Penghematan air….

tuas WC besar kecil
tuas WC besar kecil

Pemakaian WC tradisionil di Indonesia, yang dengan menyiramkan air memakai gayung setelah selesai sangat ramah lingkungan” (environmental friendly) menurut saya. Saya membaca bahwa satu kali kita ‘flush’ WC dengan tuas [besar 大] berarti kita membuang 16-17 liter air….. Wah banyak sekali. Padahal memang di Jepang hampir semua WC mempunyai dua tuas, [kecil 小] dan [besar 大] jadis ebenarnya kita bisa memilih ingin memakai volume air seberapa banyak. Untuk yang ‘kecil’ bisa menarik ke belakang, sedangkan yang ‘besar’ menarik ke depan….. byuuuurrrr… Meskipun pada kenyataannya masih sedikit yang membedakan pemakaian besar/kecil ini. Memang mendengar air yang mengalir jika kita menarik ke depan ini juga rasanya “aman” karena pasti semuanya tersapu bersih…. tapi berarti kita membuang 16-17 liter sekali flush.

Pernah ada suatu acara di TV jepang yang menanyakan apa  yang paling banyak memakai air :

1. bak mandi untuk berendam (seperti foto Riku dan Kai di posting bawah)

2. WC

3. Cuci Piring

4. Mesin Cuci Pakaian

Dan ternyata jawabannya adalah WC itu. Sempat saya berpikir Bak mandi yang berkapasitas 200 liter itu, tapi memang orang Jepang hanya masuk berendam 1 kali sehari. Sedangkan WC, berkali-kali sehari dikalikan berapa orang….. wahhh memang jumlah yang banyak. Saya tidak perhatikan WC di Indonesia apakah sudah ada pembedaan besar/kecil seperti di sini, tapi seperti yang saya katakan di awal tulisan ini, WC tradisional yang jongkok dengan flush gayung itu memang yang paling hemat (selain mungkin buang air di kali ya…. tapi tidak hygienis)

Satu lagi yang saya mau tuliskan di sini, masih tentang pemakaian WC, terutama oleh wanita di Jepang. Mungkin banyak yang menganggap saya jorse tapi ini saya kaitkan dengan penghematan air. OK, begini… di tempat umum di Jepang, saya sering mendengar orang yang berada di bilik WC itu flush 2-3 kali. Langsung saya berpikir “kenapa sih? apa karena tidak bersih?”. Tapi ternyata saudara-saudara, ini hanya untuk menutupi rasa malu. Yup…. rasa malu kalau kedengaran “plung” nya itu. Jadi orang Jepang sering flush selama “proses” dan terakhir waktu selesai. Bayangkan saja 3 x 16-17 liter satu kali masuk WC umum loh….

yang oranye tombol emergency, bawah OTOHIME
yang oranye tombol emergency, bawah OTOHIME

Karena itu sebuah perusahaan sanitasi terkenal pada tahun 1985 mengembangkan suatu alat yang mengeluarkan bunyi air, dan dinamakan “Otohime 音姫”, jadi selama berada dalam bilik itu, bisa menekan tombol alat ini untuk menutupi “suara-suara” dan menghemat pemakaian air flush. Cukup sekali flush yang terakhir. Jadi jika ada di anatar teman-teman yang nanti akan ke Jepang dan melihat alat ini sudah tahu kegunaan alat ini. Suatu device …usaha untuk menghemat air yang saya rasa bagus sekali jika memikirkan kebiasaan wanita Jepang. Padahal saya pikir orang ke WC kan sudah tahu untuk apa…kenapa sih pake malu-malu. Dan saya tidak tahu apakah alat OTOHIME ini ada di WC laki-laki atau tidak, karena saya belum pernah masuk ke WC laki-laki (kalo saya masuk heboh kali ya heheheh).

Ada lagi penghematan air yang dilakukan oleh sebuah keluarga di Jepang yang mempunyai anak 5 orang. Biasanya memang jumlah anak di Jepang rata-rata 1-2 orang, tapi keluarga ini punya 5 anak…. Wah pengeluaran yang besar, bagaimana cukup gaji bapaknya untuk ber7. Dari acara TV itu saya lihat usaha-usaha yang mereka lakukan, yang mungkin sulit sekali untuk bisa saya praktekkan di keluarga saya. Usaha mereka misalnya:

– 5 anak bergiliran buang air kecil, tanpa flush…baru yang terakhir boleh flush (waaah kalau belum mau buang air kecil gimana coba?)

– Setiap anak hanya punya 2 pasang baju, satu yang dipakai, satu yang dijemur. Jadi tidak perlu lemari pakaian ( waaaahhh sulit deh)

– Kalau mau masuk ofuro (bak mandi) setiap anak bawa pet botol kosong 2 liter untuk pergi ke taman, dan mengambil air dari taman di bawa pulang. Bak mandi diisi setengah lalu 5x 2 liter pet botol dimasukkan sehingga tinggi air di bak bisa mencapai pundak…. (waaah ini sih mah memakai air umum… dianggap mencuri ngga ya?)

Akhirnya melihat acara TV tersebut membuat saya sadar….. jangan buat anak banyak-banyak di Jepang… susyah…. Cukup dua saja maximum hehehe… meskipun pemerintah memberikan tunjangan 10.000 yen untuk anak ke tiga dan selebihnya. Apa arti 10.000 yen untuk hidup di Tokyo??????

Saya sendiri berusaha menghemat air bak yang 200 liter itu dengan memakainya untuk mencuci pakaian. Karena sebetulnya air di bak itu masih bersih. Orang Jepang harus membersihkan badan dengan sabun dulu sebelum masuk berendam di bak. (baca Kei-chan dari Pemandian Fukunoyu)Sehingga air itu masih bisa dipakai untuk yang lain, misalnya mencuci pakaian, mencuci mobil, menyiram tanaman dll. (hmmm pergi ke pemandian umum (sento) juga merupakan salah satu usaha hemat air ya…. )

Banyak yang bisa kita lakukan sendiri untuk penghematan sumber air. Bagaimana dengan teman-teman, apakah secara sadar (environmental awareness)ikut mengadakan penghematan air ? Untuk listrik nanti di posting lainnya ya….

27 Replies to “Bermula dari air

  1. baru sadar bahwa air ternyata memiliki dampak yang luar biasa terhadap lingkungan, padahal di rumah seringkali anak2 tak terkontrol dalam menggunakan air, bu, bahkan kadang2 air sampai mbludag keluar bak. itu sudah berkali-kali terjadi. mudah2an artikel bagus ini selalu menjadi pengingat saya utk melakukan hemat air.

    airnya bapak pasti air sumur/tanah. Kita biasanya tidak berpikir untuk hemat kalau gratis. Tapi begitu kita harus bayar…duuuh segala cara dicari. Mungkin bapak tidak, tapi ibu putar otak terus. Di Jepang kami harus membayar air ledeng sesuai jumlah dan air buangan sesuai jumlah (biasanya input dan output sama sehingga dikalikn dua saja. Jadi kita membayar untuk air yang kita buang….
    Dan satu lagi service di sini, jika pemakaian air suatu bulan meningkat yang mencurigakan, pastu petugas air akan memberitahukan kita, memperingatkan apakah mungkin ada yang bocor atau apa. Dulu saya pernah diberitahu begitu dan waktu itu bukan bocor tapi memang penghuni rumah bertambah jadi pemakaian air juga bertambah. Hmmm ini masuk kategori posting jiwa service orang jepang.
    EM

  2. Hai mbak, senang mendapati tulisan tentang lingkungan hidup di sini apalagi penulisannya sangat komunikatif.

    Banyak gedung baru di Indonesia yang telah mengaplikasikan sistem dual flush di toiletnya, hanya sayangnya kurang tersosialisi, entah mau BAK atau BAB, orang tetap saja merasa lebih puas kalau memakai tombol flush yang mengeluarkan air lebih banyak.

    Akhirnya memang kembali pada kesadaran pemakainya ya Yoga…
    EM

  3. Budaya MENGHEMAT bukan berarti budaya PELIT. Namun menghemat lebih menempatkan sesuatu secara proporsi.
    nice posting bu Ikkyu

    bener pak..gimana nyuci bajunya irit air ngga? heheheh
    EM

  4. Kalau sikat gigi… keran dimatiin dong.
    Kalau cuci piring… saat gosok-gosokin sabunnya, keran dimatiin juga…
    Kalau cuci baju.. lebih hemat air lagi.. tapi air di rumah, karena aku ngelaundry-in di laundry kiloan! Haha…

    Oh ya
    cerita tentang keluarga dengan 7 orang itu, bikin aku keingetan sama Si Botak Hagemaru, komik Jepang dengan tokoh anak kecil yang pikirannya porno abis dan mereka bertiga (ayah, ibu, dan Hagemaru) hidupnya super hemat, mat, mat!!
    Sampai geleng2…

    kirain cuman di komik..
    taunya eh taunya….

    Soal device yang mengeluarkan bunyi-bunyian itu… aku speechless, Sis.
    Yang jelas, Jepang itu SEGITUNYA deh! Hahaha

    Ho oh…. seperti saya selalu bilang (dan Bang Hery bilang royalti Imelda….)
    “Ada ada saja” heheheh
    EM

  5. Waaaahhh, akhirnya mbak membongkar juga adanya mesin penghapus bunyi di WC, alias otohime yang sangat konyol sekaligus gila bin sinting!!!

    Memang saya harus mengakui bahwa mesin itu membantu untuk menghematkan air.
    Tapi di pihak lain, mesin itu boros listrik karena sepanjang hari, setiap hari aktif.
    Dan boros juga bahan minyak untuk dibikin.
    Saya TIDAK BISA mengerti kenapa orang Jepang tidak merasa aneh adanya mesin itu.
    Malah sebal banget meraka pada umumnya tidak pintar menemukan hakikat atas sesuatu.
    Seandainya tahu apa arti adanya WC, mereka tidak usah merasa malu terhadap bunyi tanda hidupnya manusia.
    Semua manusia di seluruh dunia, memang harus membuang koooookk air kecil dan besar serta gas!!!
    Kenapa mesti malu???!!

    Bangsa kate keparat HARUS memakai otak untuk mencari hakikat daripada untuk bikin mesin yang gila-gilaan.
    Dan JANGAN sampai menyebarkan pikiran busuk seperti itu.

    Eh, maaf lagi-lagi saya berpidato…

    hmmm sabar…sabar…ini negara kamu sendiri loh hehehe.
    soal hemat air memang dengan otohime terbukti bisa hemat banyak. Dari Gen saya tahu bahwa ada sekolah SMA yang memasang otohime di wc sekolah, dan hasilnya, biaya pemakaian air turun sampai separuh!!! Itu menunjukkan betapa wanita Jepang terlalu banyak pakai air di WC yang tidak perlu. Soal Otohime itu makan listrik… menurut logika saya tidak. Karena dia baru berbunyi jika terkena sensor, dan bunyi awal hanya selama 25 detik, kecuali diperpanjang terus oleh orang yang sedang “tugas negara” (istilah keluarga coutrier utk BAK dan BAB) Dan selama tidak dipakai idling saja. sama seperti TV yang tidak dicabut langsung dari kontaknya (masih ada lampu merah) atau seperti intercom yang menyala tapi idling. Sekali lagi ini hipotesa saya, masih perlu diteliti lagi. Kalau mau pikir soal listriknya akan banyak sekali yang perlu dipotong. wong untuk membawa air dari bawah tanah atau dari tangki penampung sampai ke WC-WC yang ada saja perlu listrik kan????? Jadi pemakaian listrik alat otohime tidaklah harus dipersoalkan. Yang perlu dipersoalkan malah bagaimana tanpa otohime wanita jepang tidak malu dengan proses alami manusia kan? Dan menyadarkan sekian juta wanita Jepang …apalagi yang masih muda dan kepala batu itu kan sulit dan mungkin biayanya lebih banyak daripada produksi otohime itu sendiri. Apalagi kalau wanita-wanita muda tersebut berasal dari surabaya seperti kamu hihihi.
    Maaf untuk yang lelaki mungkin tidak mengerti pembicaraan ini, tapi ini saya rasa “very important” hehehe.
    EM

  6. wew…. ternyata kita bnayak belajar kebudayaan org jepang lewat bu imelda yak 🙂

    wah, memang hrus hemat … bu
    apalagi, semua harga sdh melambung tinggi …

    klo saya nangkap kisah diatas bukan suatu penghematan, tapi memang “pelit” kali yak 🙂

    heheheh afwan, saya hanya sebagai “messenger” dan “translator” kok. Yup hemat apalagi lagi krisis nih.
    Keluarga di atas? iya bisa dibilang pelit dan culas heheheh. EM

  7. Kenapa bunyi-bunyian untuk kamuflase tidak suara musik aja ya? atau sekalian suara orang siul-siul gitu, kan seru … hahaha.

    Mungkin kalau suara selain air langsung ketahuan sekali pak bedanya, kan tujuannya untuk “sembunyi” hehehe.
    EM

  8. Pingback: Tips hemat air « Oemar Bakrie

  9. Yah, dimarahin bu guru deh!
    Habis gue suka ceplas-ceplos sih.
    Sori yaa, buuu!
    hihihihi…

    tidak apa-apa kok…
    aku jadi ada ide banyak untuk postingan berikutnya hehehhe
    EM

  10. Kalau jarang mandi? Gimana kalau jarang mandi? Suatu bentuk usaha juga nggak? Kan setelah mbaca tulisan ini jadi ada sesuatu yang kongkrit yang dilakukan… Hehehe.

    Danny…. ck ck ck usul yang ini khusus kamu aja deh.
    Nanti ngga ada cewek yang mau sama kamu gimana?
    Jarang mandi aja, terus jarang gosok gigi… jarang BAK dan BAB… hiiiiiii kayak flinstone nanti hihihi.
    EM

  11. hmm..
    *sok mikir..*
    jadi gt ya..??
    jujur nih..denok jg suka langsung nyiram air pas bertepatan dengan suara “pluung” hihi..biar agak lebih sopan aja gt..tapi cm 1 gayung air kok..masih hemat kan??
    tx bu imelda info jepangnya..ditunggu postingan keren selanjutnya.

    Iya gpp kok kalo cuman 1 gayung, lagian kan memudahkan pembersihannya nanti heheheh
    Terima kasih denok …datang lagi yaaaa
    EM

  12. lucu juga orang jepang ya… masa mau pipis aja harus dijadwal… hehehe… jangan2 dg cara inikah mereka bisa jadi disiplin sangat? (mikir.com)

    hemat itu mucul dari rasa syukur atas anugerah dari Sang Pemberi Air. maka, bersyukurlah dg tulus, niscara akan timbul rasa sungkan untuk menghambur2kannya… 🙂

    Ahhhh Vizon indah sekali kata-kata yang terakhir. Kalau kita mau melihat dengan hati setiap apa yang kita terima dari Allah, pasti kita akan bersyukur dan tidak menyia-nyiakannya.
    Terima kasih atas komentar yang indah ini.
    EM

  13. Terlepas dari krisis energi,dunia mengalami krisis ekonomi global pula. Wew, selain hemat air, hemat duit juga nih, hehe…
    Kebayang jaman dulu, mau minum tinggal rebus air, kalau sekarang musti beli air, karena air kran sekarang parah abis.
    Pengalaman, kemarin ngerendam baju agak lama, baju putih jadi warna kuning. Horeee…..aku punya banyak baju warna kuning!! (garing.com)

    Kuning atau warna karat Nepho? hihihi udah kuning terus bauk …gawat tuh.
    EM

  14. eh kamuflase suara air, ada alatnya yah? gaptek nih. boleh tuh dipasang dirumah.
    maklum, kalo diperumahan seperti saya, dimana dindingnya hanya dipisah satu bata, so kadang risih juga kalo suara-suara itu menggema ke tetangga sebelah (*meski sebenernya ngga juga sih, cuma perasaan aja). Jadi kadang saya kalo sedang BAB, sambil isi bak. Lumayan suara airnya bisa meredam suara yang lain. bukan “plung” nya sih, tapi itu tuh.. yang mirip knalpot pecah .. hehehe

    hahahah mascayo…. masa bodolah dengan tetangga yang penting kan puasssss hihihi
    Isi air di bak juga bisa sebagai salah satu cara kan…
    EM

  15. Wah kalo begitu saiya termasuk penghemat air dunk. Karena suka dengan alunan nada “plung” sampai gak menghiraukan kamar sebelah. 😀

    Hahaha, memang indah dan legaaaaa rasanya ya pak.
    Terima kasih kunjungannya
    EM

  16. Di luar negeri, konservasi air memang digalakkan. Kalau musim panas, di Australia dilarang membersihkan mobil pake selang…tapi pake ember,, dan air bekasnya untuk menyiram tanaman. Jika ada yang ngeyel…tetangga boleh menelpon 911…..bagaimana jika kita di Indonesia juga seperti itu ya?

    waduh sampai segitunya ya Bu… tapi di Indonesia mau nelepon ke mana bu? nomor telepon polisi berapa sih hehehhe.
    EM

  17. Bukannya global warming menghasilkan banyak air di bumi ini. Jadi ga usah lah berhemat air… (hehehe…8x induksi yang konyol).

    Memang kita harus berusaha menjadi bagian solusi dari Global Warming or at least tidak menjadi bagian dari masalah.

    BTW. Bukannya air berendam orang Jepang bisa dipake berendam lagi sama orang kedua-ketiga, emiko-san?

    BENAR sekali, satu kali isi bak mandi untuk satu keluarga… but sesudah itu? sayang kan kalau mengalir begitu saja. Kalau yang bathubnya ada alat pemanas lagi, bisa dipakai untuk esok harinya (biasanya untuk 2-3 hari). Sayang di apartemen aku tidak ada alatnya, jadi harus buang sesudah dipakai. Hmmm mang kumlod bener-bener japanis minded ya… kapan ke Jepang Mang? hihihi. Kita buat backpackers Jepang gimana? Tapi tunggu 5 tahun lagi ya. Biar bisa ninggalin anak-anak sama mertua.
    EM

  18. soal hemat air saya termasuk yg anti dg namanya mesin cuci piring, sampai temen2 di sini kadang pd heran. gak tega aja membayangkan begitu banyak air yg dihabiskan oleh mesin itu. jadi biarpun piring banyak saya teuteup dg tekun mencuci di sink…he3x

    Betul NITA, saya ANTI dengan mesin cuci piring. Sudah berapa kali papanya Riku mau belikan saya mesin itu dan selalu saya tolak. TIDAK PERLU, saya tidak tahu apakah mesin itu hemat air atau tidak (katanya lebih hemat pakai mesin…atau itu mungkin reklame mereka saja ya?) Tapi…. saya SUKAAAAAAAA cuci piring. Bayangkan…piring yang tadinya kotor, di tangan kita jadi bersih mengkilap…. wahhh itu kepuasan tersendiri untuk saya. Karena itu saya selalu membantu cuci piring di acara-acara yang diselenggarakan di Sekolah RI di sini atau di gereja…400-500 piring lumayan juga sih bisa membuat punggung sakit, tapi PUASSS. Saya suka cuci piring tapi tidak suka bebersih rumah… abisnya ngga keliatan sih bersih atau tidaknya hehehe.
    EM

  19. Di kampus ada toilet flush yang tuasnya dual flush. Kalau solid waste tekan bawah dan air yang keluar akan lebih banyak, sedangkan non-solid waste cukup naikkan tuasnya ke atas, dan air yang mengucurpun akan lebih sedikit. bahkan di canberra ada wastafel yang pake sensor, jadi air akan keluar kalau tangan kita berada dibawah keran…biar ga ngocor terosssssss 😀

    Sensor??? wahhh di Jepang smeua sensor euy…karena orang Jepang paling jijikan juga sih….
    EM

  20. Saya masih dalam taraf medium, dibilang irit ngak, boros juga ngak. Saya selalu masukkan dishes kotor ke diswaher tetapi ditunggu sampe penuh jadi dihidupkan 3 hari sekali. Nyuci baju 1 kali seminggu dan tidak pernah mandi berendam, karena lebih suka didepan laptop Kak Imelda. he he.. :)thanks

    Kalau cuman berdua mungkin bisa gitu ya yulis. Kalau punya anak, sehari bisa 2 kali dan penuhhhhh
    semoga kalo udah gedean bisa lebih irit lagi
    EM

  21. otohime, hmm… ide yang bagus tuh… di indo mesti dibikin jugak tuh… secara klo buang air di WC umum kan emang malu lagi kalo terdengar bunyi2 “plung”nya. iya kalo “plung” kalo “pluuuurrrrk”? ow, salah yak? hehehe…

    ahahhaha iya itu dia… segala bunyi-bunyian deh caroline.
    (Kamu tuh lucu juga yah….)
    But bunyi apapun itu kan proses alami… Di hutan dulu mana ada WC apalagi otohime hihihi
    Back to nature aja
    EM

  22. Kalau di rumah saya airnya sudah dihemat langsung sama PAM, maksudnya? Hehe, maksudnya air PAM hanya jalan waktu pagi dan malam, jadi dengan sendirinya–suka tak suka, mau marah tak bisa marah–harus menyesuaikan, akibatnya mmg kami memakai air dengan lebih hati2. Yah, ada bagusnya juga ‘dikondisikan’ itu ternyata.

    wah air aja jatahan ya….susah juga tuh
    EM

Tinggalkan Balasan ke -G- Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *