CD Cerita Anak-anak

2 Sep

Dalam pekerjaan saya sebagai narator, suara saya sering dipakai untuk komersial/advertising di radio, atau dalam video atau di pesawat JAL, atau dalam CD untuk pelajaran bahasa Indonesia seperti yang sudah saya masukkan dalam page logbook. Kadang saya tidak punya arsip untuk saya sendiri terutama jika itu untuk komersial dan video (but saya masih menunggu Alex katanya dia mau minta copy DVDnya Yamaha) . Kalau mau mendengar yang JAL berarti saya harus pulkam terus hhihihi (maunya sih gitu). Tapi ada satu CD yang lain dari yang lain, yaitu CD cerita anak-anak.

Bentuknya mungkin bukan seperti yang dituliskan oleh Bang Hery tentang Talking Book. Ada buku cerita bergambar dan ada CDnya. Saya harus mengerjakan terjemahannya dan setelah itu mengerjakan narasinya. Dalam proses menerjemahkannya saya terbentur pada masalah-masalah yang cukup rumit yaitu onomatope. Dalam bahasa Jepang banyak sekali dipakai onomatope dan itu ada yang bisa dicarikan padanannya dalam bahasa Indonesia, dan banyak yang tidak bisa dicari kata-kata yang persis untuk bahasa Indonesianya. Misalnya ini :

onna no ko ameno naka wo tattaka tattaka hashitteimasu.

anak perempuan berlari-lari dalam hujan.

tattaka tattaka ini menggambarkan suara anak berlari…. nah… bahasa Indonesianya? ceplak cepluk? atau kalau gendut mungkin debam debum? hihihihi. Dan suara seperti tattaka tattaka ini berbeda tergantung subyeknya… penguin pettan pettan.… duhhhhhhhhhh pusing!!!

Jadi saya harus mengabaikan onomatope seperti itu dalam menerjemahkan.

Selain faktor onomatope yang rumit dalam bahasa Jepang, saya mau memberikan pengakuan yang sebetulnya “memalukan”. Begini, …. dalam cerita ada bagian tentang “Mandi dengan Ayah”. Di Jepang, istilah bagian badan itu sama semua… baik untuk anak-anak laki-laki maupun pria dewasa mengacu pada kata yang sama, yaitu o-chinchin (pasti ada yang sudah pernah mendengar lagu anak-anak chinchin ponpon… nah itu adalah kelamin pria, hampir semua benda dalam bahasa jepang berawal o- yang menyatakan hormat/sopan. Jadi kalau mencari di kamus harus mencari di kata chinchin…. yang dalam bahasa Indonesianya mengacu ke “ring” — makanya dalam misa perkawinan pasangan campur harus menghindari pemakaian kalimat, “Terimalah cincin (RING). ini sebagai lambang cintaku padamu”)

Nah, masalahnya pada tahun 2002 itu saya belum chatting. Coba kalau saya sudah mulai chatting mungkin saya tidak akan membuat kesalahan ini. Saya bisa mengadakan survey/angket ttg kata yang satu ini. Ya, saya hanya mengacu pada kata k**** untuk menerjemahkan kata chinchin ini. Terus terang (phillips terang terus hihihi) saya TIDAK INGAT (kalo lupa ya lupa aja deh ) sama sekali bahwa ada kata t**** …. Dan waktu saya cari di kamus… kata t**** ini berasal dari bahasa Jakarta. Jadi belum tentu dipakai di daerah lain (KBBI: Jk n kemaluan anak laki-laki ). Jadi saya bingung waktu itu dan memutuskan memakai kata k****  itu. Ini benar-benar merupakan pengalaman bagi saya dan semakin sadar betapa pluralnya masyarakat indonesia.

Setelah melalui proses penerjemahan, masuk studio sekitar bulan November 2002 waktu saya sedang hamil Riku. Tentu saja dalam narasi bagian “Mandi dengan Ayah” itu saya harus menahan jangan sampai tertawa atau malu-malu sampai pengucapan tidak jelas hihihi.

Ohanashi ehon ini diterbitkan dalam 25 bahasa oleh Lembaga Pendidikan Shichida. Bagi yang berminat, saya rasa masih dijual di toko buku terkenal di Tokyo.

6 Replies to “CD Cerita Anak-anak

  1. hihihihi….

    edukasi, sih, edukasi…
    tapi dirimu emang jorse, Sis.. 🙂
    Itu udah nggak bisa nggak! Haha…

    yah gpp deh orang mau bilang apa tentang aku…yang penting aku ngga munafick…
    memang kadang di kelas aku ngajar dengan pendekatan yg jorse, tapi maksudnya kan biar pada inget semua …..dan pasti mereka akan ingat padaku sampai mati hihihi… nasib

  2. Kan ada istilah Penis.
    Itu istilah resmi kan?
    Di pelajaran biologi, alat kelamin pria juga disebut dengan penis.

    Knapa nggak pake istilah itu aja ?

    yup memang bisa pake istilah itu. tapi biasanya disini kata itu juga dipakai untuk membicarakan ilmu pengetahuan, sedangkan ini buku bergambar untuk anak-anak pra sekolah-SD, sehingga sulit untuk memilih kata itu. harus sesuatu yang familiar dan setiap hari dipakai.

  3. Saya baru tahu suara mbak bisa didengar di dalam pesawat JAL!
    Terus, waktu mbak pulang ke Jakarta bulan yang lalu, suaranya bisa didengar juga?
    Kok saya belum pernah sadar ya padahal saya yang lebih sering ke Jakarta. Naik JAL pula.

    ya ilah Melati san….masak ngga tau ya? Maklum deh kakakmu ini kan ngga suka pamer…. Dulu aku pernah tulis juga tentang ini (nyinggung sedikit sih) Jadi suara saya itu kadang diputar kalau banyak orang Indonesia yang naik pesawat JAL nya. dan sepotong-sepotong. Kadang perginya, kadang pulangnya, Kalau dulu lengkap pulang-pergi. Sekarang pramugarinya banyak yg bisa bahasa Inggris jadi tidak dirasa perlu. (pramugarinya banyak yang bukan orang Jepang malah….ngga ngerti bahasa Jepang heheheh)

  4. Ha ha ha, aku jadi kangen sama Mama deh.
    KAMU MAU CINCIN BESAR ATAU KECIL ???
    Waktu aku baru mulai belajar bhs Indonesia, tidak banyak yang bisa aku mengerti, tapi joke ini sering Mama pakai dan kita ketawa baaaanyak kali. ^0^

    Btw, kono hon omoshirosou !!!

    HUSH jangan tulis bersar-besar. Kalau papa malah lebih deh… Ada cincin dalam mangkok…. gubrakkk. Masak sik kamu belum tahu kim? hmmm aku pernah diwawancara/dimuat di majalah tentang CD ini. hmm dimana ya itu.

  5. Wah, menarik sekali ya. Menerjemahkan bahasa memang tidak mudah ada kata yang tidak bisa diterjemhkan. Oh ya kalau gak salah anjing di Jepang menggongonya ngak huf… huf atau guk..guk tapi apa ya? kalau kucing di jepang mengeongnya nyan.. nyan… Lucu ya? intersting. thanks

    bener Yulis…anjing di jepang wan-wan. sudah pernah saya posting di sini.

  6. Kalau t***t memang hanya dikenal oleh anak2 Jakarta. Di tiap daerah beda2. Di Medan misalnya, untuk kata ini, disebut totong. Nah belum pernah dengar kan? Jadi nggak merasa jorok. Lucunya kata ini mirip dengan nama yang umum di Sunda. Sebuah restoran di sepanjang jalur puncak dengan bangganya memasang plang: “Sate Haji Totong”. Kalau orang Medan membacanya pasti sudah ngakak nggak karuan…

    bener kan bang….bahaya kalau saya pilih kata yang tidak dimengerti semua orang Indonesia hehehe. Totong ya? bukan Sotong? (sotong kan cumi-cumi ya?)

Tinggalkan Balasan ke Donny Verdian Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *