(posting ini ceritanya lanjutannya Who I Am)
Kotak-kotak yang sebetulnya biasa-biasa saja ternyata bisa memukau perhatian dunia. Lihat saja Burberry dengan motifnya yang sebetulnya “begitu aja” dan “jimi” .. (jimi dalam bahasa Jepang artinya warna pucat yang tidak menyala/menarik) buktinya laku terus. Namun saya suka karena kesannya cool dan klasik. Dan ternyata saya sekeluarga penggemar rok kotak-kotak, tapi dengan variasi warna merah dan hitam. Apalagi kalau panjangnya dikorting sedikit (sedikit saja karena kalau banyak dimarahi suster). Rok kotak-kotak ini adalah seragam saya sejak TK sampai SMA.
Waktu kelulusan di SMP, semua ribut untuk menentukan akan melanjutkan kemana. Tentu saja bagi murid perempuan, masuk SMA Tarakanita merupakan impian. SMA ini terkenal dengan grup Marching Bandnya. Namun saya sendiri tidak tertarik untuk ikut kegiatan ekstra kurikuler ini , sebab saya tidak bisa menari apalagi bermain musik. Rasanya otomatis saya ingin melanjutkan ke SMA ini karena keinginan orang tua dan jaminan pendidikan bermutu tinggi. Tapi memang tidak bisa semua masuk ke SMA ini. Bayangkan kalau semua anak perempuan dari SMP yang ada 5 buah ini berminat masuk…. tentu harus ada seleksinya. Dan saya beruntung bisa masuk tanpa test, dengan rekomendasi dari SMP saya.
Dari SMP ke SMA seakan dunia yang saya masuki lebih dewasa dan lebih luas. Bayangkan dari 3 kelas setiap angkatan, menjadi 5 kelas setiap angkatan. Dan yang menariknya SEMUA perempuan. HEBOH aja judulnya. Kelas satu masih malu-malu. Dan ada juga semacam “tekanan” dari kelas senior, meskipun tidak terang-terangan. Selama masih bisa “DIAM” dan tidak menyolok maka akan terbebas dari gencetan kakak kelas. Jangan coba untuk CENTIL, apalagi berdandan …huaahhhh bisa diincer deh. Karena saya KUPER maka tidak pernah mengalami hal-hal yang tidak mengenakkan selama di SMA.
Tahun pertama kami harus mengambil semua jenis mata pelajaran yang disediakan. Termasuk bahasa Perancis. Guru perancis saya waktu itu seorang wanita muda (lupa namanya) dan mengajar anak-anak bandel dengan susah payah. Saya ingat saya duduk paling depan, dan terkagum-kagum dengan kecantikan dia. Saya berusaha mengikuti pelajaran dengan serius. Satu lagu yang dia ajarkan masih terngiang di telingaku (dan masih hafal).
CHEVALIER DE LA TABLE RONDE
Chevalier de la table ronde }
Goutons voir si le vin est bon }(x2)Goutons voir oui oui oui, }
Goutons voir non non non, }(x2)
Goutons voir si le vin est bon }dst dst….
Susah jeh bahasa Perancis. Yang tertulis dengan yang terucap lain banget. Meskipun nama keluarga saya seperti berasal dari perancis, kita sama sekali tidak bisa berbahasa Perancis. Bahasa Perancis ini hanya 6 bulan saya, dan waktu penjurusan aku masuk kelas IPA, sehingga mendapat bahasa Jerman. Gurunya Ibu Willy yang begitu tomboy juga. Untungnya bahasa Jerman mirip dengan belanda, sehingga untuk arti kata saya bisa cepat hafal. Yang susah ngafalin pengelompokan der, das, die aja.
Kelas IPA yah bisa diterka deh pelajaran apa saja. Dan ternyata yang namanya KIMIA benar-benar musuh saya. Pak Ibnu ngga bisa membuat aku tertarik dengan kimia. Meskipun daftar unsur aku hafal…. Dan meskipun om saya guru kimia…. sama sekali tidak mempengaruhi deh. Biologi paling suka. Fisika dan Matematika biasa-biasa saja. Dan mungkin mata pelajaran yang paling dinanti itu cuma pelajaran menggambar. Kenapa? Karena gurunya waktu itu masih muda, dan berjenis kelamin laki-laki….sesuatu yang jarang di dalam sekolah kami. Dasar anak-anak badung sukanya godain si bapak G. Akibatnya bapak G selalu menunduk terus kalau duduk di kursi guru. Oh ya, di kelas entah kenapa tempat duduk saya selalu yang terdepan…..
Yang selalu saya nanti-nantikan juga adalah Rapat Osis. Karena berarti pengurus OSIS diberikan dispensasi tidak mengikuti palajaran untuk rapat. Kebanyakan memang waktu jam pelajaran, karena yang IPA sesudah jam sekolah usai masih musti masuk lab praktikum. Atau mengikuti ekstra-kurikuler. Dua tahun menjadi pengurus OSIS, dan tugasnya adalah?…. Seksi ROHANI…duh…. Karena itu semua murid dan guru selalu menyangka saya akan menjadi biarawati selepas SMA. Apalagi Suster Marietta, karena saya pernah tanya beliau menjadi suster sesudah selesai Sarjana atau sebelum. Jadi dipikirnya saya mau masuk biara.
Kegiatan OSIS yang masih terkenang sampai sekarang adalah kunjungan ke LP anak-anak. Cewe-cewe gini masuk ke sarang LP… agak ngeri juga. Dan memang sebelum masuk ke sana kami diwanti-wanti oleh kepala LP nya. (Padahal apa sih yang harus ditakuti…mereka masih kecil meskipun pernah melakukan kejahatan kriminal). Lalu yang juga masih teringat adalah waktu saya dan 2 orang pengurus lainnya harus mengantar surat ke SMA Pangudi Luhur. Sama seperti sekolah kami SMA PL ini sekolah satu jenis kelamin …alias sekolah laki-laki semua. Tetanggaan lagi. Saya juga heran kenapa kami harus mengantar surat itu waktu jam pelajaran (mungkin kalau sesudah jam pelajaran lebih bahaya ya hihihi). Waktu mobil kami memutari sekolah tersebut, mulai timbul kepala-kepala yang melihat ke arah mobil. Mungkin pikir mereka “Wah rok kotak-kotak!” Jadi begitu kami masuk halaman sekolah menuju ke kantor kepala sekolah, terdengar suara…”Wanita…!!!.” Wah ngeri juga…untung ada kepala sekolah yang langsung memarahi mereka.
Tapi sebetulnya kejadian berbalik juga terjadi di sekolah kami. Jangan coba-coba seorang pemuda datang sendirian meskipun ada urusan dengan kepala sekolah. Kebetulan kelas saya langsung menghadap kantor kep sek, sehingga kelas saya juga yang sering dimarahi, karena selalu menggoda cowok-cowok yang datang.
Soal disiplin memang sekolah kami terkenal disiplin (tapi mungkin masih kalah dengan Canisius College yang memberlakukan kosek wc sebagai hukuman). Setiap hari senin, Suster kepala sekolah akan berkeliling mausk kelas untuk memeriksa kuku. Kuku yang panjang dipukul dengan penggaris kayu. Selain kuku juga diperiksa panjangnya rok. Harus tidak boleh lebih dari 10 cm di atas lutut. Juga tidak boleh berbuntut rambutnya (waktu masih mode buntut, menyisakan rambut sedikit yang panjang). Dasar anak badung, ya ada saja cara untuk menghindar hukuman. Sebelum pemeriksaan menggigit kuku yang panjang, atau melepaskan lakban dari rok yang pendek sehingga memenuhi syarat (biasanya jauh lebih pendek), atau menyembunyikan buntut dengan jepit rambut halus ke dalam rambut sehingga panjangnya sama. So kebiasaan disiplin ini membuat saya terbengong-bengong melihat kelakuan mahasiswa yang tidak disiplin waktu melanjutkan ke UI.
Sebagai kegiatan ekstra kurikuler, saya mengikuti dua kegiatan. Sebetulnya cukup satu, tapi kebetulan suka dua-duanya sehingga tidak bisa melepaskan keduanya. Science Club, kumpulannya orang pinter (meskipun saya tidak pinter). Kami mencoba membuat taman kimia, tippex, atau membedah binatang dll. Memang seakan perpanjangan dari praktikum saja. Tapi ada satu kegiatan gabungan dengan PL (lagi-lagi) yaitu membuat solar system. Gara-gara ini saya membeli buku bahasa Inggris di sebuah toko di Blok M…ih lupa namanya di sebelahnya es krim rendezvous. Kerja sama dengan cowo-cowo cakep cukup membutuhkan ekstra tenaga untuk berkonsentrasi (tapi terus terang sampai sekarang saya tidak tahu nama mereka). Dan ada satu kenang-kenangan dari ikut SC ini, yaitu masuk majalah gadis…. bukan cover sih, tapi halaman pertama euy. Sayanya sedang bedah burung…. sayang ngga ada copy nya)
(Science Club —– hmmm…saya yang mana?)
Exkul yang lainnya adalah Sanggar Fotografi. Modalnya kamera Fujicanya papa. Mempelajari teknik pemotretan, hunting (kalo ngga salah ke Ancol deh), kemudian belajar cuci cetak foto hitam putih. Gurunya dari studio foto apa gitu (om om hihihi ngga nafsu deh) dan tentu saja dikasih liat juga contoh n*de pic…hualah cewe model nya jelek hehehe. Ini ada satu foto aku yang dinilai cukup bagus dan dipajang waktu itu.
(Hayo….modelnya siapa? Yang pasti bukan Riku ya… Tapi mirip Riku kan…or tepatnya Riku mirip Om nya)
Masa-masa di SMA penuh dengan kegiatan dan berakhir dengan sekejap mata. Sekolah yang cewe semua ini juga membuat saya (entah yang lain) jadi berdikari. Saya ingat untuk acara pertunjukan saya diberi tugas untuk lighting. Dan waktu itu dengan bantuan teman (cowo) dari SMP menjadi operator lighting. Pengalaman ini juga nantinya dipakai waktu di universitas.
Yang paling membingungkan mungkin adalah pilihan akan melanjutkan ke mana. Ikut ujian di Trisakti untuk elektro dan akuntasi… dua-dua diterima. Ikut ujian Sipenmaru dengan pilihan Elektro, Biologi, Ekonomi dan Sastra Jepang, semuanya di UI. Waktu menerima kabar sipenmarunya lolos ke Sastra Jepang, jadi bingung. Diambil atau ngga? Dan berdasarkan Test Bakat juga opini papa, akhirnya masuklah aku ke Sastra Jepang (dengan cibiran …. lah kok IPA masuk bahasa)
So, dari rok kotak-kotak beralih ke jaket kuning….. (bersambung)
Mudah2an ICHIBAN…
Kata guru SMA-ku, masa2 paling indah adalah masa2 SMA. Tapi waktu itu ga percaya. Dan… sekarang baru kerasa, ternyata pernyataan guru SMA saya itu benul.
Susah juga yak nebak yg mana emi-chan. Bisa minta gambar yg lebih gede? Yg ini burem *hehehe…8x alesan* Mau asal nebak juga susah. No idea. Asin deh.
Ditunggu cerita selanjutnya. Pasti lebih seru: kuliah, ke Jepang, nikah…
Mang kumlod, bagi saya masa SMP adalah masa terindah dan masa terpahit…. Tapi Universitas adalah masa pengembangan diri, dan merantau adalah masa pencarian tujuan hidup.
Soal foto? hehehhe susah kok, soalnya saya berubah banyak… dulu ceking…sekarang “gigantik”…dulu tikus sekarang gajah… gimana bisa ketebak…. Lanjutannya? Endless….but still working on it.
Hmmm rok kotak kotak …
Familier nih …hehehehe…
Pertanyaan yang selalu aku gak bisa jawab ..
Item diatas merah … Atau
merah diatas item …
aarrgghh lupa mulu …
satu lagi … Sanggar fotografi ? Keknya aku kenal dekeeeet banget ama salah satu anggotanya …hehehe… Pernah serumah lagi …
(jelas aja … Hawong adiknya trainer sekolah disana juga)
ngga ada item atas merah atau merah atas item…sama aja dengan pertanyaan Zebra itu hitam atas putih atau putih atas hitam…. Bahannya lurik tuh kayaknya.
Sayang aku ngga ada foto dengan SF…. kayaknya satu tahun trus aku keluar deh. lupa euy.
pengalamannya seru ya mbak, cantik-cantik lagi
aha…. of course dong yah…. FYI, Mbak Ira Wibowo itu sekelas saya loh. Jadi bangga deh, sih, dong.
Wah, sekelas dengan Ira Wibowo kok nggak diceritain di atas sih Ime-chan? Kan bisa menambah bobot cerita. ARghhhh….
Aku juga waktu setingkat SMA sekolah yang temannya sejenis semua. Nanti aku ceritain deh suka dukanya…
Btw, asyik juga ya belajar hampir semua bahasa utama dunia: Belanda (di rumah), Perancis, Jerman, Inggris (sudah pasti). Dan terakhir Jepang….
Saya basically suka belajar bahasa, tapi kurang disiplin karena belajar sendiri.
Hehehe, lupa. Dan aku takut bawa nama orang secara terang-terangan menyangkut privacy kan. (gara-gara tinggal di Jepang begini nih harus menghargai privacy orang). Ternyata SMA nya juga sejenis ya….seru kan…. aku tunggu cerita nya ya bang. Hmmm aku masih pengen belajar bahasa Spanyol (secara aku suka orang spanyol —suka lagunya Julio Iglesias— meskipun tau mrk playboy), trus bahasa Latin karena itu sumber segala bahasa. Arab…..ngga berani karena tulisannya rumit)
Aku paling seneng sama bagian ketemu cowok-cowok PL itu EmiChan.. haha.. pasti seru tuh…
Dan memang, kerja kelompok sama cowok2 ganteng membutuhkan konsentrasi tinggi.. nggak fokus Bow, terlalu indah untuk dilewatkan gitu ajah.. haha..
Eh, aku iri banget sama kesempatan bisa belajar bahasa yang banyak waktu SMU.. soalnya waktu jamanku dulu, di sekolah nggak ada jurusan bahasa dan satu-satunya bahasa asing yang masuk kurikulum cuman Inggris… *makanya, nafsu banget belajar bahasa lain setelah punya dana buat ikutan kursus*
AH..
nggak sabar nunggu lanjutannya nih…
Anehnya aku ngga kecantol anak PL tuh….lain sama adikku heheheh. Belajar bahasa asing berarti tahu lebih banyak tentang dunia… nihonggo gambatte ne
masuk lagi aaahhh …
Aku mau nebak …
Keknya aku tau yang mana …
yang namanya Emiko …
Yang itu kan …
Yang itu ttuuuhhh …
Waaaaah kok tepat tebakannya mas (padahal ngga tau yang ditunjuk yang mana hihihi) Rupanya kita ada telepati, telekomunikasi, televisi dan teleskop ya
Kayak terlempar ke masa lalu nih :p
Saya waktu sekolah menengah atas juga mengalami satu kelas laki semua.
Guru kimia saya waktu itu keren deh, ngajar cuma bawa buku paling satu buku + buku absensi. Beliau ngajar kayak udah ngapalin semua materi pelajaran, kereeen… Saya nyesel gak ikut les bahasa asing dari awal. Pernah ikut les bahasa Jepang di pusat bahasa IPB selama sembilan bulan, karena gak pernah lagi dipraktekin jadi sekarang udah lupa lagi.. かわいそうな私