Jiwa Service Orang Jepang

26 Mei

Tentu banyak yang sudah tahu bahwa orang Jepang menganggap tamu adalah raja, dan itu bukan slogan belaka. Jiwa “service- melayani” memang mendarah-daging pada orang Jepang. Yang sebetulnya intinya juga untuk menjaga keselarasan, keharmonisan dalam bermasyarakat.

Tadi siang tiba-tiba ada yang mengebel di rumah saya. Lewat aiphone saya tanya siapa…. “bla bla….” dia bicara sesuatu tapi tidak terdengar karena angin yang kencang. Tapi tertangkap di telinga saya, mau perbaikan… lalu saya bilang “tunggu sebentar saya keluar, karena angin kencang tidak terdengar!”

Begitu buka pintu, berdiri di hadapan saya seorang laki-laki setengah baya berpakaian khas kantor konstruksi yang membawa kertas foto-copy. Dia jelaskan bahwa dia minta maaf karena mulai tanggal 29 nanti di depan apartemen kita akan ada perbaikan rumah. Jadi suara atau debunya akan mengganggu tetangga sekitar. “Terutama tolong perhatikan cucian, mungkin akan kotor kena debu”.

“OOohhh, ok iya ya cucian memang bisa kotor lagi ya…Baik saya akan perhatikan….”

dan waktu saya mau tutup pintu dia berkata “Ini sekedarnya saja…”

Dia memberikan sebuah tas plastik (bukan kresek) yang berisi kotak. Pasti itu makanan. Saya malah jadi salah tingkah, dan berkata “terima kasih”. Untung juga Riku datang ke dekat pintu dan berkata “bye…bye…” hehehe Riku memang selalu begitu, semua orang dia kasih bye bye. (juga pengantar paket dan mereka kelihatan senang!”

Memang di Jepang ada kebiasaan untuk memberitahukan jika akan pindah rumah atau akan memperbaiki rumah, karena pasti akan mengeluarkan suara yang mungkin mengganggu tetangga. Kalau ada orang yang baru pindah, mereka akan memperkenalkan diri dan memberikan sedikit hadiah, biasanya berupa kue, handuk atau sabun. Barang-barang yang pasti dipakai dan diperlukan semua rumah tangga. Demikian pula kalau ada perbaikan rumah seperti tadi, bukan yang punya rumah yang datang berkeliling tapi justru perusahaan yang menangani perbaikan itu akan mewakili yang punya rumah berkeliling di sekitar rumah yang akan diperbaiki. Dan memang biasanya memberikan kue/makanan kecil sebagai tanda “maaf”.

Saya juga ingat, jika masyarakat Indonesia akan mengadakan acara besar di Sekolah RI di Meguro, biasanya akan memberikan tanda “maaf” itu ke sekeliling tetangga sekolah. Waktu acara Natal yang dulu-dulu, panitia memberikan kue kering, atau wine. Jumlahnya? kira-kira 12 kepala keluarga.

Berapa harganya? Kalau pindahan rumah sekitar 500-1000 yen (40.000-80.000 rupiah). Kalau perbaikan rumah seperti tadi mungkin sekitar 1500-3000 yen (ini biasanya sudah masuk dalam anggaran perusahaan konstruksi). Kebiasaan ini tetap berlangsung terus, dan saya rasa memang perlu dilaksanakan untuk menjaga keharmonisan bertetangga.

7 Replies to “Jiwa Service Orang Jepang

  1. Ternyata orang Jepang lebih “sosial” dibanding sebagian orang di Indonesia. Kalau di sini, boro ngasih bingkisan, kalau bisa jalan dipenuhi oleh bahan bangunan miliknya. Eh, nggak semua kok. Sebagian baik2, dan setelah pindah biasanya ada selamatan.

    Iya, orang Jepang tidak mau merepotkan orang lain. Karena dia juga tidak mau direpotkan. timbal balik lah. Lantai atas mansionku ada 2 anaknya…ribut banget…kedengaran tuh suara lari-larinya. Si ibu kalo ketemu aku selalu minta maaf. Dan aku pernah baca malah ada pegawai kantor yang menuntut tetangga atasnya karena rame dan menang sehingga si tetangga atas harus bayar 320.000 yen 🙁 Semoga aku ngga mengganggu lantai di bawahku.

  2. Nihon-jin memang gitu ya Mbak.. apa-apa minta maaf. Tapi mungkin karena itu juga, ya, mereka jadi saling menjaga supaya tidak mengganggu?
    Hm… pantas ditiru nih…

    Betul…pantas ditiru…apalagi orang Indonesia lebih suka bilang “bukan saya…” daripada “Maaf….”

  3. Haduh…jadi makin minder nih jadi orang Indo…ga’ ga’…yg bagus harus dicontoh, biar jadi better. Semangat…

    good. Memang harus begitu. Contoh yang bagus, hilangkan yang jelek.

  4. well, negara boleh maju, tapi rupanya sistem jasa semacam itu masih mengedepankan kesantunan. Dahsyat juga.

    Tapi ada yang lebih dahsyat: rupanya kalo aku main ke rumah orangtuanya Riku, aku bakal dianggap raja. Cihuuuyyy…!!
    (tinggal cari permaisurinya nih! :p )

    Silakan datang Raja dan Permaisuri tapi aku bukan dayang-dayangmu…. hehehe
    Yang pasti aku ajak ke disneyland deh (kalo ajak ke toko buku kan percuma ngga bisa baca hihihi)
    EM

  5. はじめまして
    salam kenal mba, sekarang sy sedang tinggal dijepang bekerja sebagai perawat lansia selama 3 tahun mendatang.
    Saya tinggal di gifu shi, sekarang lg musim dingin disini. Salam kenal ya mbak.

    Waaaaah Asri, salam kenal juga. Senang saya bertemu dengan pramurukti dari Indonesia. Ya, saya juga ada teman di Gifu. Sama dingin juga di Tokyo. Shigoto gambattekudasai ne. 何か手伝うことがあったら教えてください。
    EM

Tinggalkan Balasan ke Joko Setiawan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *