Ujian Kemampuan menjadi PAPA yang baik

17 Mar

Di Jepang semakin banyaknya wanita berkarir setelah melahirkan, sehingga partisipasi seorang ayah dalam membesarkan anak sangatlah diharapkan. Selama ini partisipasi itu dapat dikatakan tidak ada. Apalagi sekarang Jepang dihantui kekahawatiran menurunnya sumber daya manusia untuk beberapa tahun ke depan karena masyarakat semakin cenderung mempunyai anak sedikit少子化. Peta demografi jepang akan menjadi kerucut terbalik, dan ini akan memicu kenaikan pajak yang tidak terhindari.

Sekarang ada beberapa perusahaan yang memberlakukan “cuti membesarkan anak” 育児休暇 untuk wanita (ini sudah wajar, meskipun kadang kala harus rela melepaskan pekerjaannya) dan untuk pria (ini baru 0,5% padahal pemerintah bermaksud menjadikan 10% dalam 10 tahun). Saya sendiri sampai saat ini belum pernah bertemu dengan teman pria yang mengambil cuti membesarkan anak ini. Kalau teman wanita ada yang mengambil cuti 3 tahun  (profesinya guru). Ada teman pria yang tidak bekerja di kantor (wiraswasta) sehingga dia fleksible mengatur waktu dan membantu istrinya membesarkan anak.

Anyway, bagi ibu-ibu sendiri mungkin agak ragu (ngga enak juga tulis meragukan) akan kemampuan si suami untuk merawat anak. Apakah tidak lebih baik memasukkan anaknya ke penitipan anak saja, daripada menyerahkan bayinya pada seorang lelaki (wahhh gender deh). Tapi sekarang ibu-ibu bisa sedikit 安心 (merasa lega, aman) karena tahun ini tepatnya hari Minggu kemarin tanggal 16 Maret, telah diadakan suatu Ujian Kemampuan menjadi PAPA yang baik. Namanya 子育てパパ力検定 . (kalau sekilas kok terbaca パパバカ (papa bodoh) ya….hihihi).

Ujian ini biayanya 3900 yen, atau 7000 yen jika diikuti sepasang suami-istri. Diselenggarakan di Tokyo, Osaka dan 5 tempat yang lain, dan diikuti kurang-lebih 1000 orang. Wow….
Pertanyaannya ada 50 pilihan a,b,c,d dan karangan. Dan dari hasilnya akan diranking menjadi 4 tingkatan yang tertinggi 一級 (ikkyu) dinamakan SUPER PAPA, dan yang terendah DOKIDOKI PAPA (Papanya gemetaran hihihi).

Dasar orang Jepang suka banget yang namanya Ujian Kemampuan. Seperti yang pernah saya tulis di blog saya yang lain, Ujian Kemampuan di Jepang benar-benar beragam jenisnya, dan merupakan suatu kebanggaan jika bisa menuliskan banyak LICENSE/ sertifikat 検定 di curriculum vitae 履歴書. Sampai saya bingung waktu menuliskan CV saya, dan oleh suami saya diberitahu untuk menulis SIM A sebagai License/sertifikat saya, selain dari Ujian Kemampuan Bahasa Jepang 日本語能力試験. Waktu itu saya heran kenapa SIM  aja ditulis. Tapi memang untuk mencari pekerjaan di Jepang, terutama untuk bagian marketing punya SIM  akan lebih disukai. (Laaah aku ngga mau jadi supir  yeeee…)

5 Replies to “Ujian Kemampuan menjadi PAPA yang baik

  1. Dasar orang Jepang ya. Menjadi PAPA aja pake ujian kompetensi. Emang sertifikasi ini bisa digunakan untuk mencari kerja apa?

    siapa tahu mau melamar jadi papanya keluarga lain hahaha. Atau bisa kali pindah kerja jadi pramuwisma 🙂

  2. Ibu Imelda,

    Cerita yang sangat menarik. Saya sangat senang membacanya. Terlepas dari perdebatan yang ada tentang test ini. Bahwa perkembangan dan pendidikan anak tidak bisa hanya di serahkan pada mama saja atau bahkan lebih parah lagi ke baby sitter. Tetapi juga tanggaung jawab papa, sehingga sebagai papa sangat perlu untuk memahami tentang pendidikan dan perkembangan anak. Bahkan sejak mama atau calon mama mengandung.

    O….iya… salam kenal dari saya Anto yang sedang berproses dan belajar untuk menjadi papa. Minta ijin untuk posting tulisan ini ke blog saya.

    Tks

    Silakan Anto…selamat belajar untuk menjadi papa yang baik. Berbahagialah istri Anda. Karena tidka banyak laki-laki yang punya kesadaran itu. Nanti saya akan cerita juga adik ipar saya yang mengambil cuti untuk membesarkan anak ya. (selama 3 bl)

  3. Ujian menjadi Papa?
    Papa Baka?
    Wakakakakakak..
    Lucu, lucu..

    Kenapa ya, Sis, merawat dan menjaga anak tapi dilakukan oleh laki2 menjadi terkesan gender.. Bukankah mereka itu anak-anaknya juga… huh… sebel.. (idih, gender lagi gua.. wekekek)

    Oh ya, related dengan ujian mendapatkan SIM itu… aku ingat dengan komik yang pernah aku baca, judulnya Popcorn, aku lupa siapa komikusnya. Pastinya, di situ ada cerita tentang betapa susahnya mendapatkan SIM dan setelah dapat… beuugghh… langsung deh pake perayaan segala…

    Sampai segitunyaa… ck-ck-ck..
    (ditulis sama Lala yang masih belum bisa nyetir mobil! hihihi)

    Lala´s last blog post..five o’clock phone calls

  4. Haha, lucu masa jadi papa yang baik aja butuh ujian 🙂 tapi kalo di indonesia kayaknya boleh juga tuh diikutin, dan yakin pasti papa ku dapet yang ‘seiper papa’ abis papa ku the best lah, gak selalu ada tapi selalu perhatian

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *