Atas Bawah Sama Berat

3 Jun

Hari Sabtu, 1 Juni, hari yang ditunggu-tunggu Riku. Karena hari itu adalah hari undokai, sport day SD nya, dan jika hari ini berlalu berarti hari-hari penuh derita untuk latihan akan berlalu! Dan kekhawatiranku akan hujan, tidak terbukti karena hari ini cuaca cerah bahkan terik! Aku tak menyangka bahwa aku bisa terbakar matahari dan baru sadar waktu mencuci muka malam harinya, terlihat muka dan hidungku merah-merah karena terbakar 😀 Kupikir aku yang hitam ini pasti tidak terpengaruh oleh sinar matahari seperti layaknya Gen dan teman-teman Jepang lainnya…. eeehhh ternyata terbakar juga 😀

Pagi hari aku bangun jam 5 dan mulai memasak bento (bekal makanan). Sekaligus aku juga memasak ayam bumbu rujak untuk kegiatan bazaar gereja  hari Minggunya. Jam 6 pagi Riku bangun dan minta sarapan. Hari itu kupikir aku harus menyiapkan bento untuk 4 orang, tapi ternyata tidak. Gen yang tadinya mengambil cuti supaya bisa menonton pertandingan olah raga anaknya, terpaksa harus bekerja. Riku tentu kecewa. Tapi aku bisik padanya, “Papa juga sebetulnya sedih sekali tapi karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan, terpaksa harus ke kantor. Besok kan bisa pergi dengan papa. Hari Senin kan libur, nanti pergi berdua mama ya….Hibur papa juga ya….” Dan dia bisa merelekan papanya pergi ke kantor.

senam pemanasan

Berarti? Aku harus pergi cepat-cepat dengan Kai untuk mengikuti acara undokainya Riku. Tahun lalu aku tidak perlu cepat-cepat karena Gen ada, dia pergi duluan dan setelah itu aku pergi sebentar. Tidak perlu juga untuk menonton keseluruhan acara. Tapi tahun ini Riku terpilih menjadi murid yang harus memimpin kelasnya untuk senam pemanasan. Jadi dia berdiri paling depan kelasnya. Selain ini pada program ke 3, dia akan berlari 100 meter. Untuk acara olah raga ini, yang benar-benar “bertanding” hanya lari 50 m (untuk kelas 1,2), 80 m (untuk kelas 3,4) dan 100 m (untuk kelas 5,6). Yang lainnya bersifat permainan dan exhibition. Meskipun bertanding dan permainan pun tidak dihitung siapa yang “paling” berdasarkan invidual tapi berdasarkan kelompok. Ya, kelompok Merah dan Putih. Riku termasuk kelompok Merah, dan sejak kelas satu SD dia memang selalu kelompok Merah. Tahun lalu yang menang adalah kelompok Putih, sehingga kelompok Merah bertekad untuk memenangkan undokai tahun ini.

kibasen

Setelah menonton lari 100 m, aku dan Riku pergi ke taman dekat sekolah dan aku menunggui Kai bermain di situ, sampai tiba giliran Riku tampil lagi dalam acara “Kibasen 騎馬戦 ” dari kelas 5 dan 6. Pertandingan ini dilakukan dengan 4 orang dalam satu kelompok. Seperti prajurit berkuda, dengan 3 orang di bawah dan 1 orang di atas. Yang dibawah menahan yang diatas, tapi yang diatas harus berusaha mengambil topi lawan dan berusaha supaya topinya tidak diambil lawan…sama-sama berat tanggung jawabnya. Kulihat kelompok Riku berhasil mengambil topi satu kali, tapi juga diambil topinya satu kali. Tapi secara keseluruhan kelompok Merah menang dalam pertandingan Kibasen ini. Waktu selesai jam sudah menunjukkan pukul 11:30 lewat jadi aku dan Kai pulang ke rumah untuk makan siang. Sedangkan Riku makan siang bento yang kusiapkan dengan teman-temannya.

Aku kemudian kembali lagi ke sekolahnya sekitar pukul 12:40 karena ada exhibition, tarian Soranbushi dari kelas 5, sebuah tarian tradisional yang sangat dinamis. Riku sampai sakit kakinya karena setiap hari harus latihan. Memang otot paha sangat dipakai dalam tarian ini, serta kecepatan bergerak mengikuti irama. Senang sekali melihat Riku bisa mengikuti semua gerakan tanpa salah ataupun terlambat. Kalau aku yang di situ… pasti tidak bisa 😀 Untung sekali juga aku mengambil video dari depan, sehingga bisa melihat gerakan dan pada posisi terakhir Riku berada paling depan, menghadap ke kursi kepala sekolah dan tamu-tamu.

soranbushi

Sebetulnya setelah acara Soranbushi ini aku bisa pulang, karena Riku tidak tampil lagi sampai upacara penutupan. Tapi aku ingin sekali melihat senam oleh kelas 6. Karena aku tahu mereka biasanya membuat ningen piramid (piramida manusia) . Dan aku bersyukur sekali bisa melihat senam itu, karena… aku begitu terharu melihat kekompakan mereka.

Formasi pertama, berdua-dua membuat berbagai bentuk dan yang membuatku terharu pertama adalah pasangan yang satu muridnya berbadan besar sedangkan temannya kecil. Waktu formasi yang kecil harus menahan badan si besar yang berdiri dengan tangan, guru yang bertugas ikut membantu si kecil. Ya, dalam senam ini ada sekitar 8 orang guru yang mengawasi dari jauh di setiap sudut. Jadi anak-anak memang diberi tugas untuk membentuk formasi, berusaha, tapi jika tidak bisa salah seorang guru akan membantu. Tidak dilepas begitu saja, dan guru-guru juga menjaga supaya jangan terjadi kecelakaan. Bukan hanya memerintah tapi juga mendukung. Tanpa sadar air mata menggenangi sudut mataku 🙁

senam kelas 6

Formasi berikutnya bertiga, berempat, dan entah berberapa, ada beberapa formasi yang membuat aku menahan nafas. Ada anak yang didukung bersama sehingga bisa membetuk formasi terbang. Atau didorong sehingga berdiri di atas  pundak beberapa anak dan… menjatuhkan diri. Wah, perlu kepercayaan yang besar bahwa dirinya tidak akan terjatuh. Kerjasama yang di atas dan di bawah, membuat penampilan mereka perfect, sempurna. Ah, mereka BARU kelas 6 SD. Aku dengan susah payah menahan haru, menahan tangis melihat penampilan mereka. Dan sambil berpikir dalam hati: “Tahun depan anakku kelas 6 SD, terakhir di SD dan pasti akan mengikuti senam seperti ini. Sedangkan sekarang saja aku susah payah menahan tangis…apalagi tahun depan ya? Undokai terakhir untuk Riku dan pertama untuk Kai yang akan masuk kelas 1 SD”…

Dan sebagai performance terakhir mereka membuat piramida manusia. Bagi yang mau melihatnya silakan videonya sudah saya upload di Youtube.

Sebagai acara terakhir yang menentukan kemenangan kelompok merah dan putih adalah menggelindingkan Bola Raksasa bersama. Ini juga merupakan acara kesukaanku. Melihat mereka berusaha mendorong, menggelindingkan dan mengangkat bola raksasa itu seakan-akan aku ikut dalam barisan mereka. Daaan, hasilnya kelompok Merah mendapat nilai 523 dan kelompok putih 417, jadi kelompok merah yang menang! Horreeeee

Aku pulang bersama Riku dan Kai sekitar pukul 3:30 sore. Capek, tapi senang. Dan sebagai hadiah untuk Riku, kami membeli es krim di Circle K dan yang paling menyenangkan bagi Riku adalah melihat papanya sudah sampai di rumah waktu memasuki apartemen kami. Malam itu Riku juga menantang papanya bermain catur Jepang “Shogi” dan bisa memenangkan satu kali pertandingan. Hari yang indah untuk kami sekeluarga, meskipun bagi Gen tidak begitu indah karena harus bekerja dan “kalah” shogi dari Riku. Tapi satu yang selalu kuingat dari undokai Riku adalah “kerjasama”, mau di atas, mau di bawah, atau kalah menang, semuanya sama berat tugasnya, tapi semua “beban” akan menjadi ringan jika dijalankan bersama, dan tentu saja dengan berusah payah berlatih.