Oden

15 Okt

Memasuki musim gugur, temperatur udara mulai menurun sehingga cukup membuat badan menggigil jika berpakaian tipis. Saat kutulis posting ini pukul 3 pagi temperatur sekitar 15 derajat celsius. Sambil kemulan selimut duduk di depan komputer, dan browsing menemukan suatu artikel berjudul “Isi oden apa saja yang disukai orang”.

Oden adalah semacam rebusan dengan memakai kaldu ikan dan ayam, berisi daikon (lobak), chikuwa dan sumire, (semacam bakso ikan dengan cara pembuatan yang berbeda), satsuma age (bakso ikan goreng berbentuk pipih), tahu goreng, tulang muda sapi, sosis, telur rebus, shirataki (semacam soun) , kulit tahu berisi mochi dan lain-lain. Semua bahan direbus dalam kaldu untuk waktu yang lama, dan tentu saja disajikan dalam keadaan panas. Oden ini selalu dijual di toko-toko konbini (convinience store) begitu musim mulai menjadi dingin.

menurut angket isi oden yang paling laku adalah Daikon (lobak), telur, chikuwa dan kulit tahu isi mochi... yummy
menurut angket, isi oden yang paling laku adalah Daikon (lobak), telur rebus, kulit tahu isi mochi dan konyaku (devil tounge) ... yummy

Kecuali sosis (jika ada), semua bahan oden yang dijual sebenarnya adalah halal. Tentu paling aman kalau masak sendiri, sehingga bisa memilih bahan apa saja yang dimaui. Bumbu oden instant juga banyak dijual di toko-toko. Tinggal rebus saja deh. Dulu aku pernah masak oden di acara bazaar kebudayaan Jepang di kampus UI, dan saat itu saya masukkan potongan ayam…. jadi deh seperti sup ayam hehehe.

Dulu waktu masih single,  kalau saya kangen bakso, saya akan membeli oden terutama sumire (bakso ikan) di konbini, dan makan panas-panas pakai sambal ABC (kalau orang Jepang biasanya memakai karashi, mustardnya orang Jepang berwarna kuning). Memang lain sih dengan bakso daging, tapi bisa sedikit mengobati kerinduan akan makanan tanah air. Sekarang? Kangen bakso sih tinggal buat sendiri hihihi (Jadi ingat Sigi yang tinggal di Mie, minta resep bakso. Sudah coba belum ya dia?)

Huh ngomongin makanan dini hari begini jadi lapar deh. Mendingan tidur dulu deh. Oyasuminasai! (Selamat tidur).

Kid’s Menu

3 Sep

Sudah lama aku kagum dengan adanya kids menu di semua restoran di Jepang, mulai dari yang cepat saji, sampai pada restoran biasa. Pasti ada yang namanya Okosama Ranchi (Kids Lunch). Harganya terjangkau, ukurannya pas untuk anak-anak (biasanya setengah dari size orang dewasa), penyajian yang menarik dan biasanya disertai dengan satu jenis mainan yang bisa dipilih. Memang mainan murah tapi cukup untuk membuat anak-anak “duduk diam” di meja dan makan!

ciluuuuuuuuuk

Aku pikir kenapa di restoran Indonesia (kalau restoran Jepang di Indonesia ada) tidak ada kids menu begini ya? Lalu aku membayangkan sebuah keluarga memasuki restoran di Indonesia. Bapak Ibu, anak-anak termasuk yang masihh balita, tapi…. ditambah lagi satu orang. Dialah sang baby sitter yang bertugas mengurus anak-anak termasuk menyuapi mereka (mungkin dengan makanan dari rumah) dan membuat mereka tidak mengganggu kedua orang tuanya makan (Meskipun mungkin mengganggu tamu yang lain dengan keributan mereka. Tak jarang terjadi “kecelakaan” karena sang anak berlari-lari dalam restoran tersebut). Jadi memang kids menu tidak perlu untuk keluarga itu.

baaaa
baaaa

Nah, di Jepang ngga ada yang namanya baby sitter. Jadi kalau mau ajak anak-anak sekeluarga, sang ibu juga harus mengurus permintaan sang anak. Mau pesan satu piring untuk si anak kebanyakan. Atau sang ibu harus merelakan tidak memilih makanan kesukaannya, dan memilih makanan yang bisa dimakan bersama anak-anaknya (yang tidak pedas, yang disukai anak-anak). Tapi setelah ada Kids Menu, dan anak-anak juga bisa makan sendiri, adanya Kids Menu ini sangat menolong. (Meskipun terkadang tidak dimakan)

kids menu di Rumah Makan Volks, tanpa hadiah mainan
kids menu di Rumah Makan Volks, tanpa hadiah mainan

Aku juga selalu memesan kids meal di penerbangan Jakarta- Tokyo p.p. baik dengan JAL atau SQ. Dan…. kids meal ini jauuuuh lebih enak dan menarik daripada meal untuk orang dewasa. Jadi aku selalu makan sisa dari Riku atau Kai, dan tidak menyentuh meal dewasa. Well, makanan dalam pesawat biasanya memang “kurang” enak (untuk kelas ekonomi loh, kalau kelas bisnis sih lain deh).

Jadi siapa tahu ada yang mau membuat restoran di Indonesia. Coba deh membuat Kids Menu sebagai salah satu pelayanan di restoran Anda! Kalau MacD bisa sukses dengan Happy Set nya, pasti kids menu juga akan dilirik keluarga yang makan di restoran biasa.

(kiri: kids lunch standar ada mainannya berupa kacamata, tengah: kids menu yang lebih mahal di restoran sushi, kanan: kids meal di dalam pesawat JAL)

NB: Aku selalu merasa kasihan dengan si baby sitter yang diajak ke restoran. Dia harus melihat majikannya makan sedangkan dia harus kerja mengurus anak. Masih mending kalau sesudah majikannya makan, dia pun diajak makan sebelum pulang. Mungkin malahan ngga pernah ditanya “Sudah makan belum mbak?”. Duh kapan ya perlakuan “feodal” ini bisa dihilangkan?

Rasa itu pernah ada

31 Jul

Bermacam-macam komentar teman-teman waktu saya tulis kalimat itu di status FB saya. Ya CLBK, atau rasa lapar, rasa nano-nano, rasa strawbery/durian bahkan ada yang bilang sambil bercanda, “terima kasih kalau memang masih dijaga” hahaha.

Well, sebetulnya saya menulis kalimat itu ingin menunjukkan rasa prihatin akan hilangnya “Rasa” tradisional kuliner Indonesia.

Begitu banyak kue dan masakan tradisional yang terancam punah. Bukan saja pemasaknya tidak ada, tapi juga anak-anak mudanya tidak ada yang pernah tahu keberadaan kue dan masakan-masakan ini. Karena tidak tahu, jadi tidak membeli atau memesan. Dan sebagian orang Indonesia malas untuk mencoba jenis masakan baru, takut tidak sesuai dengan lidah… lain dengan saya, kalau bisa saya mau coba semua jenis masakan. Soal nantinya masuk ke repertoire saya atau tidak, itu urusan belakang.

Bapak saya lahir dan besar di Makassar. Jadi kami biasa untuk makan kuliner dari Makassar. Dan saya beruntung pernah mencoba makan beberapa kue makassar yang jarang dijual di toko alias harus dipesan sebelumnya.

Nah waktu saya membaca blognya Ria yang menceritakan ibunya terima pesanan masakan makassar, saya langsung menghubungi Ria, menanyakan kesanggupan ibunya membuatkan kue-kue itu. Karena kebetulan saya akan pulang kampung, dan alangkah senangnya jika pas ulang tahun papa saya bisa bernostalgia dengan kue-kue langka dari Makassar.

Secara keseluruhan kue-kue Makassar ini memang MANIS, dan kolesterolnya tinggi. Abis bahannya cuma telur dan gula saja sih…. dan banyak jumlahnya, sehingga bisa dipastikan juga mahal harganya.

1. Cucuru Bayao
Kata papa saya Bayao adalah telur, karena itu bentuknya bundar seperti telur, dan memang yang paling mahal dibanding kue-kue lain. Waktu saya pesan ini, mamanya Ria bertanya,”Mbak sudah pernah makan? Karena banyak bilang itu bau amis telur”. Well, saya sudah pernah makan, dan tidak setiap tahun bisa makan, so saya  mau coba biar sedikit.

cucur bayao
cucur bayao

2. Putri Hijau atau Putih Hijau
Entah yang benar namanya apa, tapi kue ini kesukaan mama saya. Dan memang benar, rasanya segar meskipun manis, dan langsung menjadi Favorit di antara 4 kue yang saya pesan.

3. Biji nangka
Katanya bahannya terbuat dari kentang, kemudian diluluri gula cair. Manis dan berat. Saya tidak tahu kenapa namanya Biji Nangka, mungkin karena bentuk saja ya.

Biji Nangka
Biji Nangka

4. Sarikaya
Berwarna coklat, dan katanya merupakan pelengkap kue-kue manis ini.

Empat jenis kue ini berhasil membangkitkan kenangan lama kami sekeluarga. Dan untuk makanan utamanya saya pesan Cotto Makassar dengan burasa (ketupat/lontong khas Makassar). Dan rasanya… top markotop deh. Salut untuk mamanya Ria.

Sejak saya datang ke Jakarta memang saya langsung nostalgia dengan masakan makassar karena kebetulan mama dan papa baru kembali dari makassar. Ada Nyuknyang (Bakso) Makassar yang membuat teman saya Lia yang sebetulnya tidak nge-fans bakso jadi suka. Lalu ada Otak-otak khas Makassar dengan saus sambalnya yang seru. Kemudian tante saya membuatkan Pisang Ijo (varian lain dari Es Pallubutung). Pokoknya yummy deh.

Dan nostalgia masakan Makassar ini bisa memeriahkan acara temu keluarga dalam rangka ulang tahun papa tersayang, PL Coutrier yang ke 71, tanggal 29 Juli lalu. Happy Birthday ya Papa…. Enam bersaudara (kurang satu yang di Belanda) bisa reuni dan membuat foto bersama “de Coutriers”. Saya juga senang sekali bisa bertemu dengan Om Lody, kakak mama yang tertua melengkapi foto “de Mutters”.

“Tradisi” dan “Silaturahmi” memang perlu dan harus dijaga … dan harus dibudayakan kepada generasi yang lebih muda.

Terik dan pedas

27 Jun

Terik! panas! sambil mengusap keringat di dahi, aku mengumpat dalam hati. Ya karena saya memang harus keluar rumah, tidak bisa mendekam di dalam kamar ber-AC hari Jumat kemarin. Dan hari itu aku harus merasakan awal musim panas di Jepang tahun 2009. Maximum temperatur 32 derajat. beuh… dan suhu  akan naik terus sampai maximum 40 derajat di beberapa tempat di Jepang. Masalahnya terik dan panas saja tidak mengapa, yang lebih membuat sebal adalah “Sumuk” kelembaban yang benar-benar tak ada jalan keluarnya, meskipun sudah berlindung di balik UV-cut50, parasol,  sunglass, bahkan di bawah pohon.

Pagi pukul 4 matahari sudah menyembul nakal di balik tirai. Ya saya sudah bangun jam 4 pagi karena … Riku terbangun jam segitu. Akhir-akhir ini dia tidur cepat sekali, bahkan kadang jam 5 sore sudah tidur. Sambil mempersiapkan tas/PR nya Riku, tasnya Kai untuk ke penitipan, tas ku, sarapan pagi, cucian 2 kali dan menjemurnya…huh rasanya bangun jam 4 juga belum cukup untuk menyelesaikan morning chorus. Tentu saja dibarengi online di blog, YM dan FB (akhir-akhir ini saya jadi suka online di FB juga deh karena ternyata banyak saudara yang justru onlinenya di FB) dan saat itu mengetahui berita kematian legendaris Michael Jackson. Well aku menganggap aku bukan fans MJ, but terasa sedih dan sempat menitikkan airmata waktu mendengar lagu-lagunya kembali. hiks. May he rest in peace.

Setelah mengajar, jam 12-an aku langsung pulang ke rumah dan selama dalam perjalanan pulang di kereta bisa membaca buku hebat yang tertunda-tunda. Tinggal sedikit lagi! Waktu seperti ini yang aku dambakan. Aku selalu membaca di dalam kereta, tapi karena sekarang naik keretanya cuma seminggu sekali, buku yang tebal-tebal jadi sulit diselesaikan (dan kadang lebih enak tidur di kereta daripada baca buku).

Sesampai di Kichijoji, mulai berasa lapar dan ada dua pilihan makanan yaitu ramen (mie rebus) yang pedas di Kagetsu atau hot chickennya Colonel Sanders alias Kentucky. Hmmm memang kalau musim panas maunya makan pedas, tapi untuk ramen kayaknya terlalu panas deh hari ini. Akhirnya aku masu kentucky, makan sambil baca. Untung sempat melihat jam karena tidak terasa aku berada di situ  1 jam lebih. Pas buku yang kubaca mencapai puncaknya, tanggung dihentikan. Panas juga situasinya hehehe

Ngomong-ngomong soal musim panas di Jepang, sudah banyak aku ulas di postingan tahun lalu, tapi ada satu yang akan kubahas di sini yaitu soal pedas. Seperti kentucky, banyak restoran-restoran yang menyajikan menu khusus untuk musim panas, yaitu entah makanan itu pedas atau makanan itu dingin. Katanya justru kalau musim panas makan yang pedas-pedas bisa membangkitkan selera makan, sehingga daya tahun tubuh bisa terjaga.

Dari sebuah angket yang dilakukan 2 tahun yang lalu, diketahui beberapa jenis masakan yang populer untuk disantap orang Jepang di musim panas. Nomor satu memang tidak pedas, tetapi dingin yaitu

(1) Reimen ( Mie Dingin),
(2) Kimchi (acar sawi dari Korea),
(3)Tantan-men (mie panas dengan daging giling masak pedas),
(4)Mabo Tofu (Mun Tahu , tahu sutra dengan daging giling masak pedas),
(5)Chige nabe (Masakan korea, rebusan daging dan kimchi yang pedas),
(6)Curry India,
(7)Karashi Mentaiko (telur ikan pedas),
(8)Gekikara Curry (Kare super pedas),
(9) Thai Curry,
(10)Spaghetti Peperoncino (spagheti dengan bumbu bawang putih, olive oil dan cabe) ,
(11)Tandori Chicken (ayam panggang ala India),
(12)Chinjaorose (tumis daging dan paprika ala chinese),
(13) Curry Sup,
(14)Tom Yan Kung (masakan Thailand, sup dengan udang yang pedas kecut),
(15)Choriso (susis pedas),
(16)Hoiko-ro (masakan cina),
(17)Wasabi zuke (apasaja yang dicampur dengan wasabi),
(18)Tacos (Masakan mexico),
(19)Mie Taiwan.

(reimen, chinjaorosu, hoikoro, wasabizuke)

Nah yang saya ingin jelaskan di sini memang rasa pedas itu asalnya bisa dari pepper (lada) yang dipakai orang India, atau cabe seperti yang dipakai orang Korea, Thailand dan juga Indonesia, tapi orang Jepang juga sebetulnya mempunyai satu sumber rasa pedas yaitu wasabi. Jika Anda pernah makan sashimi, maka biasanya disediakan semacam paste hijau, yang jika Anda jilat sedikit terasa pedas, tapi bukan di mulut, rasa pedas itu baru terasa di hidung. dan… nyelekit! Mungkin perlu membiasakan sensasi seperti itu baru bisa menikmati wasabi. Jika Anda tidak suka rasa itu, katakan “wasabi nuki” pada itamae, pembuat sushi Anda.

Wasabi ini berasal dari akar tumbuhan berwarna hijau. Mungkin kalau mau membayangkan seperti  jahe tapi hijau, dan jika mau dipakai dalam keadaan fresh biasanya diparut baru dicampur dengan makanan atau kecap asin. Salah satu variasinya yang terdapat di dalam daftar di atas yaitu Wasabi zuke, yang saya sukai. Kalau dimakan mentah sebagai bumbu di sushi, saya bisa makan meskipun tidak bisa banyak-banyak. Varian wasabi yang mungkin saya belum pernah coba adalah Es Krim Wasabi. Dingin-dingin pedas…. hmmm gimana ya?

Oh_ya_K.O_dong

25 Jun

Hmmm mungkin merasa aneh dengan judul itu. Tapi mungkin Anda memang benar bisa KO (karena kenyang) jika menikmati OYAKODON, nama sebuah masakan di Jepang.

Oyako berarti orangtua dan anak, sedangkan don adalah semua makanan yang  ber-base nasi. Nasi ditaruh di dalam mangkuk dan ditutupi oleh lauk, disebut DON(buri), padahal don itu sebenarnya merujuk ke mangkuknya. Nah kenapa saya mengambil topik “Nasi orangtua-anak”? Sebetulnya karena saya merasa lucu saja akan penamaan oyako (orangtua anak) untuk makanan. Yang umum disebut dengan oyako don adalah nasi dengan lauk ayam (biasanya direbus dalam kaldu) lalu diatasnya diberi kocokan telur. Perpaduan harmonis orangtua dan anak, AYAM dan TELUR, panas-panas menyebabkan air liur menetes jika kita dalam keadaan lapar. Makanan yang sederhana sekali dan mudah membuatnya.

Resep:

Nasi 800 gram(untuk 4 orang dimasukkan dalam mangkuk)

ayam 200 gram

bawang bombay 1 butir

Kaldu 300 ml

Mirin 4 sdm

Sake utk masak 1 sdm

Kecap asin 3 sdm

Gula 1 sdm

Telur 4 butir dikocok seperti untuk telur dadar

cara membuat:

Rebus kaldu dan masukkan mirin, sake, kecap asin,gula sampai mendidih, kemudian masukan ayam yang sudah dipotong kecil-kecil. Beri irisan bawang bombay dan rebus sampai ayam matang. Masukkan kocokan telur tunggu kira-kira satu menit, lalu matikan api dan pindahkan ke dalam mangkuk nasi. Jika tidak suka telur yang masih mentah, maka biarkan di api lebih lama lagi. Tapi orang Jepang justru lebih suka jika telur masih setengah matang/mentah. Di atas nya bisa dihias dengan daun ketumbar atau atau kemangi untuk menambah wangi. Kalau di Jepang dipakai daun mitsuba, yang mungkin tidak ada di Indonesia.

perpaduan nasi + ayam + telur
perpaduan nasi + ayam + telur

Sebetulnya selain Oyakodon yang ayam dan telur, ada juga beberapa orang yang menyebutkan nasi dengan ikan salmon dan telur ikan salmon (ikura) juga sebagai oyako don (Salmon Ikura Don). Tapi yang pasti musti hati-hati makan “Nasi Orangtua Anak” ini karena…. kalau banyak-banyak bisa menggemukkan hihihi.

ikan salmon dan telurnya, perpaduan orangtua-anak yang lain
ikan salmon dan telurnya, perpaduan orangtua-anak yang lain

Jangan paksakan diri demi aku

22 Jun

terjemahan dari bahasa Jepang, “Boku no tameni muri shinaide ne”

Sabtu malam, papa Gen pulang ke rumah sekitar jam 8 malam. Kebetulan anak-anak belum makan, dan pas baru akan makan. Waktu aku  mempersiapkan makanan, Gen bilang padaku, “Sorry sayang, besok (minggu) aku harus kerja”. What?
Aku juga agak kecewa, karena kebayang capeknya melewati hari minggu bertiga lagi. Tapi apa boleh buat, kalau memang kerjaannya belum selesai abis bagaimana. Jadi aku bilang pada Riku, “Riku besok papa kerja, jadi kasih itunya sekarang saja”.

Riku sudah membuat gambar dan “convinience tools” untuk papanya, kado di Hari Ayah. Karena aku bilang kasih sekarang saja (semestinya besok), kemudian dia berikan pada papanya. Terima kasih bla bla bla….. ok… dinner time.

Salah satu gambarnya Riku ; “Riku with Papa”

Tapi waktu kami akan mulai makan, Riku bertanya sekali lagi,
“Besok papa kerja?”
“Iya, maaf ya Riku….”
“Ya sudah, besok Riku, Kai dan mama pergi jalan-jalan yuuuk”, aku berusaha menghibur.
Tapi aku lihat warna mukanya berubah. Gen tidak perhatikan, karena dia duduknya menyamping. Aku tahu, Riku akan menangis, jadi aku langsung menghampiri dia, memeluk dia dan berkata,
“Riku, papa juga ngga mau pergi kerja, tapi kalau pekerjaannya belum selesai gimana”
Meledaklah tangis Riku, dan Gen terkejut. Tidak menyangka. Langsung Gen bilang,
“OK Riku, besok papa libur!!! Yosh… kimeta (saya putuskan) tidak ke kantor”
Gantian Gen memeluk Riku, dan terucaplah kalimat di atas,
“Papa jangan paksakan diri libur hanya untuk Riku!”
sebuah ungkapan yang sering dipakai orang Jepang yang sebetulnya berusaha untuk menyatakan bahwa dirinya tidak apa-apa. ….. Tapi biasanya dipakai oleh orang dewasa tentunya. Aku juga heran sampai Riku yang baru 6 tahun bisa berkata begitu. Kasihan, dia terlalu cepat menjadi dewasa pemikiran….

Sambil menahan haru, Gen bilang,
“Kamu bilang apa? Bagi papa, Riku lebih penting dari kerja. Besok kita pergi sama-sama ya”
Kami bertiga menghapus airmata dan berdoa makan…. cuma kai saja yang tertawa melihat kami…..

Hari Minggu Hari Ayah! Masak seorang Ayah harus bekerja di hari itu? Sama saja seorang buruh bekerja di Hari Buruh… dan itu sering terjadi di keluarga Jepang pada umumnya, dan keluarga Miyashita pada khususnya. Bukan karena suka kerja, workholic, tapi karena terpaksa. Sambil merenungi kejadian Sabtu malam itu, aku berpikir. Dulu papaku juga tidak pernah ambil cuti. Tapi anak-anaknya tidak ada yang protes atau berkata seperti Riku, jadi ya begitu saja terus. Kami jarang sekali bepergian/piknik bersama. Jadi teringat sebuah iklan mobil di TV Jepang, “Mono yori omoide” (Daripada barang lebih baik kenangan).

Berkat Riku, hari Minggu kami lewati dengan penuh kegembiraan, meskipun hari hujan dari pagi hari. Aku terbangun jam 6 pagi, padahal baru tidur jam 3 pagi. Tapi Riku juga bangun jam 6, dan tak lama Kai bangun juga. Jam 8 semua sudah berkumpul di kamar tamu. Jadi, hari ini mau ke mana?

Dan sekali lagi Riku berperan, “Aku mau ke yokohama, ke tempat A-chan (ibunya Gen) dan Ta-chan (bapaknya Gen)”. Ya, sekaligus deh merayakan Hari Ayah bersama Ketua Clan Miyashita.

Jam 9 pagi kami sudah di jalan raya di bawah rintik hujan, dan… lapar. Lalu aku bilang pada Gen, bahwa mulai kemarin di Mac D hadiahnya karakter Pokemon. Dan ini pasti cepat habis. Jadi akhirnya kami mampir ke Mac D, dan saya juga pesan Happy Set + untuk anak-anak, supaya bisa dapat mainan pokemonnya 3 buah. Dan Kai, langsung berseri-seri melihat mainan pokemon, “Pipa…pipa…” rupanya dia mau bilang Pika (pikachu).
Ternyata tidak perlu makanan mewah dan mainan mahal untuk menggembirakan satu keluarga (Yang pasti Gen dan aku ikut gembira karena rasa lapar terobati. Paling tidak enak menyetir dalam keadaan lapar).

bermain bersama Ta-chan

Setelah selesai sarapan, kami bergerak menuju Yokohama dalam hujan yang menderas, dan jalanan yang mulai padat dan macet. Hampir satu bulan lebih kami tidak saling bertemu, dan ternyata banyak berita keluarga yang tidak sempat kami ketahui. Yang sakit, yang cuti, yang menderita…. Nampaknya tahun ini akan menjadi tahun yang sulit juga bagi keluarga kami. Menghitung hari-hari tersisa dalam kehidupan.

Biasanya kami pulang larut malam, tapi karena sudah lama juga tidak bertemu adikku Tina, jadi kami mampir dulu ke apartemennya. Ternyata dia sendiri, Kiyoko temannya sedang pergi ke rumah orangtuanya. Jadilah kami ajak dia makan malam bersama di restoran Taiwan. Yang saya merasa menyesal saat itu, kenapa tidak minta Tina untuk memotret kami berempat! Baru ingatnya setelah jalan pulang.

Well, week end is over, and back to reality.

Last Supper @ Sunset Cafe

23 Apr

Beberapa hari terakhir ini saya memang memasang status di YM dan GTalk saya dengan “Last Supper” dan “Sunset Cafe”.  Sampai Mbak Noengki menyapa saya dan berkata, “Duh enaknya yang online di Cafe“. Padahal itu tidak benar, karena sebetulnya Sunset Cafe tidak ada di kenyataan (Baru-baru ini saya googling ternyata ada yang baru buka di cafe di pulau Bali, padahal sebelumnya — well 10 tahun yang lalu belum ada. Sampai pernah saya dan teman Suto san bilang kita buat di Jakarta yuuuk ). Dan bagi pendengar setia “Gita Indonesia” di InterFM 76,1 masih ingat tentunya lagu ini. “Sunset Cafe” oleh Rita Effendy, karena lagu ini salah satu lagu kesayangan yang sering saya putar.

Bias jingga senja menjelang
senandung ombak berkumandang
matahari turut terbenam
mengiringi angan kita

Secangkir cappucino panas
berbagi mimpi menembus batas
sekumpul nyiur tersenyum
mendengar janji kita

Reff.
Di Sunset Cafe kita bersama
di Sunset Cafe kita berdua
di Sunset Cafe kita bercinta
memandang lautan lepas
khayalan kita seakan jadi nyata…
di Sunset Cafe

Kecupan hangat pipi kiri
terasa menggetarkan hati
redup lilin-lilin menyala
melihat gairah kita

Cinta bersemi di Sunset Cafe
angan melambung di Sunset Cafe
hasrat membara di Sunset Cafe
cinta yang indah ini
terukir di Sunset Cafe

Irama yang enak didengar dan sambil membayangnya Tasogare, Twilight, Senja ….. saya hirup cappucino panas. Hmmmm…..

Lalu apa hubungannya dengan “Last Supper”. Kalau saya tulis 2 minggu yang lalu tentu semua tahu yang saya bicarakan adalah perjamuan terakhir Yesus bersama 11 orang muridnya. Dan topik “Last Supper” ini muncul kembali hari Senin yang lalu, tanggal 20 April.

Hari itu, saya sempat pergi “date” untuk lunch, dan menikmati makanan Perancis-Jepang di sebuah restoran di Kichijoji. Kaisen Shokudo, sebuah restoran yang kadang kami datangi untuk menjamu tamu atau merayakan pesta dengan jumlah orang yang sedikit. Hanya 14 tamu yang biasanya bisa masuk, sehingga harus menelepon dulu sebelumnya untuk memesan tempat. Makanan juga dipesan sebelumnya, pilih course dengan menu main dish saja yang berbeda, dan harganya tergantung mau half course atau full course. Kalau siang ada lunch course.


Mungkin untuk laki-laki, makan “seuprit” begini tidak akan kenyang, tapi bagi wanita lumayan, karena dishesnya disajikan satu per satu, dan harus sediakan waktu minimum 1 jam untuk menikmati obrolan, makanan dan …. wine kalau mau. Oh ya satu lagi…di sini bisa menikmati indahnya piring-piring keramik yang mereka pakai. Keramik Jepang memang lain dengan keramik eropa, white porcelain. Keramik Jepang lebih menonjolkan tanah liat, bentuk asimetris, dan warna-warna “bumi”. Saya suka keramik Jepang, ingin coba membuat, tapi belum ada waktu. Ibu mertua saya kadang membuatkan saya piring keramik sesuai pesanan bentuk dan warna yang saya sukai.

Nah, waktu makan appetizer yang di foto kanan atas, dalam gelas itu, ada mouse sayuran dan di atasnya adalah roti bakar dengan “UNI” di atasnya. Uni ini artinya bukan kakak perempuan untuk bahasa Minang,  tapi bahasa Jepangnya untuk Sea Urchin (Bulu Babi). Orang Indonesia tidak makan bulu babi, padahal itu merupakan makanan mewah bagi orang Jepang. Saya ingat salah satu murid saya pernah naik perahu di Laut Makassar, membawa pisau dan shoyu, kecap asin Jepang (kikkoman) . Ambil bulu babi, dan buka kulitnya yang seperti rambutan berduri hitam itu, dan …. nyammmm… makan isinya dengan kecap asin yang dibawanya. Mungkin bentuknya tidak menarik, tapi rasanya? …… Heaven…. katanya (dan kata saya, kata Riku dan kata Ayu-san).


Ya, Teman date saya adalah Ayu san, yang pernah saya tulis di posting ” Perbedaan Usia“. Hari itu saya mau merayakan “She becoming a salarywoman”. Dia sudah berstatus pegawai sekarang , sudah shakaijin (harafiahnya : manusia masyarakat… yang bergaji dan bisa mengabdi masyarakat). Shakaijin adalah suatu status bahwa kamu bukan mahasiswa, dan bukan pengangguran. Dan di Jepang, Bulan April adalah titik awal untuk menjadi shakaijin, dengan upacara-upacara penerimaan pegawai baru di setiap kantor. (Untuk menceritakan shakaijin dan upacara penerimaan pegawai baru ini perlu posting tersendiri).

Tema pembicaraan kami saat itulah, tentang “Last Supper”, Perjamuan Terakhir, Saigo no Bansan 最後の晩餐. Yang juga menjadi judul prgram TV di Jepang, yang isinya “Makanan apa yang kamu ingin makan di hari terakhir kamu hidup?”. Bagi Ayu, dia paling suka UNI, jadi pada saat terakhir itu dia ingin makan UNI. dan dia bertanya, “Kalau Imelda Sensei? ”

Well, terus terang saya tidak tahu. Sedih juga kalau tidak tahu makanan apa yang kamu sukai, yang kamu ingin makan sebagai makanan terakhir di dunia ini. Saat ini kalau ditanya, saya benar-benar tidak tahu. Saya suka macam-macam, tapi kalau disuruh menyebutkan satu dari macam-macam itu? Saya tidak tahu jawabannya.

“OK”,  kata Ayu. “Kalau begitu,tidak usah makanan, tapi tempat terakhir yang sensei inginkan sebagai tempat terakhir waktu meninggal?”. Nah… kalau itu saya bisa jawab! Ya, saya ingin berada di suatu tempat, yang bisa memandang ke matahari tenggelam, tasogare, senja ….. Menikmati karya Tuhan yang amazing. Dan bersamaan dengan tenggelamnya matahari itu, saya ingin hidup saya berakhir. Warna tasogare, twilight adalah warna yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Karena itu saya namakan blog saya ini Twilight… Twilight Express.

“Well, kalau begitu di beach? Sunset at the beach?”

“No, Aku tidak begitu suka pantai…. tapi aku suka danau. Pantai kesannya panas, beta-beta suru…. (peliket). Kecuali mungkin pantai waktu musim dingin ya? Tapi saya suka sekali danau. Magis…. tranquil… melenakan. Mungkin seperti foto ini.


So, teman-teman? Jika Anda ditanya, apa yang ingin Anda santap di hari terakhir Anda, apa jawab Anda? Atau di mana Anda ingin berada sebagai tempat terakhir Anda hidup di dunia ini?





Lonceng membahanakan cinta

17 Apr

Kemarin saya sibuk! Benar-benar sibuk! Huh…segitu aja laporan siy? Boleh dong tulis curhatan di blog sendiri. hehehe. Selain mengerjakan terjemahan yang baru selesai seperempatnya, padahal sudah 3 hari tidak tidur… , kemarin saya pertama kali mengikut Hogoshakai 保護者会 PTA (Parent Teacher Association) di SD nya Riku.

Banyak yang saya mau ceritakan tentang pertemuan kemarin, tapi karena saya hanya punya waktu sedikit untuk menulis, maka saya hanya akan menulsi satu topik yang saya rasa menarik. Tentu kalau membaca judul posting ini, berpikiran tentang bel sekolah ya? No… saya tidak mau menulis  soal itu sekarang, tapi lonceng yang lain lagi.

Salah satu kegiatan PTA adalah mengumpulkan ベルマーク BELL MARK. Tanda lonceng. Saya memang sudah pernah mendengar soal tanda bel ini, tapi belum ngeh sampai kemarin. Persis waktu saya membuka sekantong potato chips untuk ngemil sambil menerjemahkan di tengah malam (gemuk..gemuk deh, bodo deh!) Nah, saat itu saya  menemukan bell mark itu.

Saya sempat “membongkar” sampah plastik syaa dan menemukan 3 buah bellmark itu. Dan setelah saya perhatikan di setiap bawah gambar lonceng itu ada tulisan 1,6 – 2,0 dan 2,9 … wah apa nih artinya.

OK saya mengerti bahwa saya harus mengguntingnya, kemudian mengumpulkannya ke PTA. Tapi setelah itu bagaimana? Katanya itu menjadi dana bagi kegiatan murid-murid. Seberapa besar? Dan siapa sih yang memulai kegiatan ini? Rasa ingin tahu saya mulai menggelitik dan akhirnya “terpaksa” saya stop kerja dan mencari di paman google.

Saya bertemu homepage dari BellMARK itu dan menemukan informasi sbb:

Bellmark pertama kali dimulai tanggal 24 Oktober 1960, diprakarsai oleh Kelompok Pendukung Sarana Pendidikan dengan porosnya Harian Asahi (Asahi Shimbun) setelah mendapat ijin dari Departemen Pendidikan Jepang. Sekarang namanya sudah menjadi Yayasan Pendukung Pendidikan Bellmark. Kegiatan ini diikuti oleh PTA sekolah (harus mendaftar terlebih dahulu), dan sekarang jumlahnya sudah mencapai 28.000 sekolah. Untuk pribadi, tidak bisa menerima bantuan, tapi bisa membantu mengumpulkan dan diberikan ke PTA sekolah terdekat atau dikirim ke kantor Belmark.

1 point yang tertulis pada tanda lonceng berharga 1 yen. Jadi kalau saya kemarin mengumpulkan 1,6 – 2,0 dan 2,9 berarti saya sudah mengumpulkan 6,5 yen! Itu baru satu hari dan hanya dengan menggunting saja loh. Wahhhh bayangkan kalau saja semua keluarga mau sedikit bersusah dan mengumpulkan tanda lonceng ini berapa banyak dana yang bisa dikumpulkan untuk membantu kegiatan pendidikan?Dan waktu saya membaca daftar top 100 pengumpul bellmark tertulis sebuah nama sekolah di daerah Shizuoka yang berhasil menjadi nomor satu dengan mengumpulkan 758,616 point = 758,616 yen! WOW

Saya merasa KAGUM pada usaha-usaha seperti ini. Seharusnyalah Persatuan Orangtua Murid di Indonesia juga bisa berikhtiar mengadakan kegiatan yang sedikit bisa membiayai pendidikan. Seperti yang pernah saya tulis tentang Eco-cap, yang dengan membantu mengumpulkan “sampah” , memilah, dan tutup botol itu bisa menjadi uang!

Tapi uang/dana itu dari mana? Tentu saja perusahaan yang mencetak label bellmark di kemasannya itu yang mengeluarkan dana sebanyak yang dicap. Ada banyak perusahaan yang mengikuti kegiatan Bellmark ini, dan sayangnya saya belum menemukan berapa jumlah perusahaan itu. Ada beberapa nama besar di daftar website, seperti Kirin Beverage, Morinaga Seika, Toshiba, Kewpie dll. Ada kerjasama, ada “simbiosis mutualisma” antara perusahaan dan bellmark. Karena untuk mengumpulkan bellmark, mereka membeli produknya, bukan? Untuk promosi juga bisa, karena perusahaan itu ikut mendukung pendidikan. Hei, adakah perusahaan Indonesia ikut memikirkan pendidikan Indonesia (harusnya ada, kalau tidak… miris deh)? Jangan-jangan nama yang keluar tidak lain dan tidak bukan adalah perusahaan PMA  juga.

Apakah sudah ada kegiatan yang mendukung pendidikan yang merupakan kerjasama antara perusahaan -sekolah-orang tua murid dan masyrakat seperti ini? Untuk kepentingan satu sekolah, bukan pribadi-pribadi tertentu seperti beasiswa dll. Bukan hanya satu arah saja, murid/sekolah minta-minta duit pada perusahaan tertentu setiap kali mau mengadakan kegiatan, bersifat short term. Lalu perusahaan tertenu yang dimintai itu memberikan duit dengan imbalan pasang banner…. mustinya ada yang lebih “mendidik”. Saya salut dengan KERJASAMA jaringan ini.  Ayo dong!

Akhirnya kenapa kegiatan ini disebut Bellmark? Katanya dipilih lonceng sebagai lambang karena lonceng dapat menggemakan suara cinta, sampai ke seluruh pelosok, baik dalam dan luar negeri. Dan saling menolong murid-murid dalam kegiatan pembelajaran.

Ini baru satu oleh-oleh cerita yang saya dapat dari pertemuan PTA kemarin. Masih banyak hal-hal baru yang saya temukan dan ingin saya sharekan di TE, tapi untuk hari ini segini dulu ya. Doakan kerjaannya cepet selesai, dan saya bisa menulis lagi.

Roti Sebagai Sumber Ide

5 Apr

Tanggal 4 April kemarin merupakan hari Anpan, yaitu roti yang berisi an, selai yang terbuat dari kacang merah. Roti ini pertama kali dibuat tanggal 4 April tahun 1875 oleh perusahaan roti Kimuraya, dan disajikan pada Kaisar Meiji. Roti ini merupakan roti khas Jepang, yang mengambil contoh dari Manju, kue tradisional Jepang seperti bakpau isi kacang hijau tapi kecil ukurannya. Dengan modifikasi roti berisi an atau selai kacang merah ini, Anpan dapat diterima masyarakat jepang. Selain berisi selai kacang merah, ada yang berisi selai wijen, ogura, selai kacang merah diberi keringan bunga sakura, rasa melon dan lain-lain. Pokoknya semua rasa yang cocok di mulut orang Jepang dicoba menjadi isi roti.

Kai beserta Anpanman and friends

Dan saya terkagum-kagum bahwa ternyata roti An, atau Anpan ini bisa menjadi sumber ide bagi  penciptaan karakter ANPANMAN. Memang orang Jepang pintar menciptakan karakter-karakter dari sesuatu yang ada di keseharian kita. Seperti crayon atau kacang babi yang sudah saya bahas di tulisan Story of Black Crayon dan Tempat tidur si Kacang Babi. Saya tidak tahu apakah komik Anpanman ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia atau belum, tapi mari kita lihat tokoh-tokoh dalam cerita Anpanman ini.

Tokoh utama tentu saja si Anpanman “Manusia Anpan” yang bermuka tembem dengan dua pipi merah, berkostum merah kuning dan memakai mantel untuk terbang berwarna coklat. Dia adalah si pembela kebenaran, Seigi no mikata, ciptaan Paman Selai (Jam Ojisan). Jam Ojisan ini membuat roti di pabrik rotinya dibantu oleh Batako san (asal kata =Butter) dan mempunyai anjing bernama Chizu (asal kata = Cheese).

Anpanman selalu menolong siapapun yang kesusahan dan terutama kesusahan itu diakibatkan kelakuan buruk Baikinman (asal kata = Baikin = bakteri yang merusak). Terkadang pula akibat keusilan Dokinchan (Bakteri perempuan yang menyukai Shokupanman, shokupan adalah roti tawar). Teman-teman Anpanman di antaranya adalah Karepanman (roti kare), Meronbannachan (roti Melon), Rorubanna (roll bread), Kurimubanda (roti krim).

Karakter Anpanman ciptaan Yanase Takashi ini pertama kali muncul tahun 1969. Tapi baru tahun 1975, muncul  sebagai cerita bergambar (picture book) berseri dengan judul “Soreike Anpanman”. Karakter ini cepat merebut hati anak-anak seluruh Jepang (juga hati Kai sekarang), sehingga dijadikan film dan anime. Karena karakter yang muncul dalam cerita ini amat beragam (dan kebanyakan berhubungan dengan makanan) maka sampai dengan tahun 2009 saja, dari seluruh cerita yang terbit karakternya sudah berjumlah lebih dari 1500 karakter (bahkan sampai 2000 jenis jika perubahan transfom juga dihitung) . Katanya sampai si penciptanya sudah lupa jumlah sebenarnya berapa …hehehe. Dan setiap tanggal 6 Februari, hari ulang tahun si pencipta Yanase Takashi( 6 Februari 1919 – 13 Oktober 2013), diperingati juga sebagai hari ulang tahun Anpanman.

Hebat ya roti sebagai sumber ide… Kalau saya sih roti memang sebagai sumber ide untuk …MAKAN hehhehe. Padahal bagi Jepang, roti juga merupakan kebudayaan serapan dari luar negeri, sama juga halnya dengan Indonesia. Tapi kenapa orang Indonesia kurang ide untuk menciptakan karakter dari sekeliling kita ya? Kalau di Jepang ada Anpanman, mungkin di Indonesia bisa ada Roti Bakso, Roti Abon, Roti Coklat, Roti Sarikaya atau Roti Gambang (pernah dibahas Mas trainer juga) yang katanya khas Indonesia ? (Roti Bagelen tuh asli Indonesia ngga ya?)

roti abon

roti gambang

Atau bisa saja dari kue-kue jajanan pasar kan? Semisal Kue Ku, Kelepon, Cenil dll … Uuuh jadi lapar deh…