Sayap-sayap Tsubasa

10 Jul

Ada sebuah lagu Jepang yang pernah kami, mahasiswa Sastra Jepang UI pelajari dan nyanyikan di sebuah festival jepang. Lagunya sederhana tapi memang melambangkan kemerdekaan dan harapan.

Well, aku memang tidak pernah bermimpi untuk terbang, karena aku takut jatuh. Phobia di ketinggian, tapi aku suka melihat burung-burung terbang bebas di angkasa.

Lagu 翼を下さいTsubasa wo kudasai ini dirilis tahun 1971 oleh grup folk Akaitori dengan vokalnya Yamamoto Junko, dan sejak dimasukkan ke dalam buku teks pelajaran, akhir tahun 1970-an lagu ini sering dinyanyikan oleh kelompok paduan suara sekolah, sehingga lagu ini hampir pasti diketahui semua orang, semua lapisan, baik tua maupun muda.

Lagu ini kemudian sering dinyanyikan kembali oleh penyanyi-penyanyi terkenal seperti Tokunaga Hideaki dan Oda Kazumasa (penyanyi Tokyo Love Story)

Sayap-sayap

Jika permohonanku di penuhi
saat ini aku mau sayap
bagaikan burung tempelkanlah
sayap putih di punggung ini
kulebarkan sayap di langit luas
dan terbang….
kukepakkan sayap pergi
ke langit merdeka tanpa kesedihan

Sekarang, ku tak perlu kekayaan atau nama baik
yang kuinginkan hanya sayap
kini kulihat mimpi yang sama
dengan mimpi yang lihat waktu kukecil
kulebarkan sayap di langit luas
dan terbang….
kukepakkan sayap pergi
ke langit merdeka tanpa kesedihan


いま私の 願いごとが
かなうならば 翼(つばさ)がほしい
この背中に 鳥のように
白い翼 つけてください
この大空に 翼をひろげ
飛んで行(ゆ)きたいよ
悲しみのない 自由な空へ
翼はためかせ 行きたい

いま富とか 名誉ならば
いらないけれど 翼がほしい
子供の時 夢見たこと
今も同じ 夢に見ている
この大空に 翼をひろげ
飛んで行きたいよ
悲しみのない 自由な空へ
翼はためかせ 行きたい

Jika mau tahu lagunya silakan melihat clip ini

Kembali ke masa lalu

17 Mei

Akhir-akhir ini saya suka mendengarkan lagu dari Yumi Matsutoya (dulu Yumi Arai), yang berjudul “Ano hi ni kaeritai” (harafiahnya “Aku ingin pulang ke hari itu”). Terjemahan sebebas-bebasnya oleh Imelda.

Sambil kumenangis kupandangi
foto yang telah kurobek
dalam telapak tanganku,
dan ingin menyambungnya kembali
Tanpa alasan aku menyesali senyuman kemarin
Yang terkembang bak tak ada masalah
Manusia semua bisanya lupa pada sosok remaja
Aku ingin kembali ke jaman itu, dan bertemu lagi denganmu

Di langit kota yang menyosong senja
menari-nari kenangan masa laluku
Terlihat diriku berlari
di antara lautan rerumputan
yang berkilau diterpa angin
Manusia semua bisanya lupa pada sosok remaja
Aku ingin kembali ke jaman itu, dan bertemu lagi denganmu

Jika kubuang cinta itu sekarang
Tidak ada orang yang terluka
Aku akan pulang… ke saat itu…
di antara dua pintu
Pada alamat yang sudah sedikit usang

(1) 泣きながら ちぎった写真を
手のひらに 繋げてみるの
悩み無き 昨日のほほ笑み
わけもなく 憎らしいのよ
青春の 後姿を
人は皆 忘れてしまう
あの頃の私に戻って
あなたに逢いたい

(2) 暮れかかる 都会の空を
想い出は さすらってゆくの
光る風 草の波間を
駆け抜ける 私が見える
青春の 後姿を
人は皆 忘れてしまう
あの頃の私に戻って
あなたに逢いたい

今 愛を棄ててしまえば
傷つける人もないけど
少しだけ滲んだ アドレス
扉にはさんで 帰るわ あの日に



Pernahkah Anda ingin kembali ke masa lalu? Bukan flash back, mengenang masa lalu saja, tapi benar-benar jiwa raga kembali ke masa lalu, masa yang lebih bahagia dan menyenangkan daripada sekarang? Saya rasa pasti setiap kita pernah mempunyai pemikiran itu. Ingin kembali ke hari-hari bahagia dulu, waktu kita kecil, atau remaja, pada pelukan sang pacar yang pertama (atau yang kedua-ketiga dst), atau pelukan ayah bunda yang mungkin sekarang sedang berbahagia di surga sana. Masa-masa indah itu ingin kita ulang kembali.

Jangankan kita yang sudah berusia di atas 20 tahunan yang sudah mengalami berbagai macam pengalaman hidup, Riku yang baru berusia 6 tahun saja dia berkata ingin kembali ke masa lalu. Kemarin dia bilang begini,

“Mama, aku ingin kembali ke masa lalu”
“Hah? Kenapa Riku….?”
“Hmmmm …. aku ingin kembali ke umur 2 tahun”
“Kok 2 tahun?”
“Ya, aku tidak mau belajar di SD. Aku lebih suka pergi ke Himawari (Tempat Penitipan Anak, yang sekarang Kai pergi setiap hari biasa).”

Memang seperti pernah saya tulis di posting “Kala Riku Bernostalgia“, dia pernah merindukan teman-temannya di masa lalu. Itu mungkin karena dia tidak mempunyai teman di saat TK. Tidak ada waktu untuk bermain dengan teman, karena saya tidak membiarkan dia bermain di rumah teman (saya ada bayi). Tapi sekarang dia sudah SD, dan yang pasti menurut pengakuan dia, dia sudah punya 5-6 orang teman. Sudah ada 2 orang yang sering bermain ke rumah juga. Tapi sekarang, masalahnya bukan teman lagi, masalahnya dia sudah mulai tidak menyukai “Belajar” dan menjadi besar dengan tuntutan macam-macam.

Lalu saya katakan padanya,

“Riku, seandainya kamu berusia 2 tahun, dan masih di Himawari, kamu kan tidak bisa seperti sekarang? Bisa pergi sendiri bermain ke rumah teman, atau memanggil teman ke rumah kita. Atau kamu sekarang bisa beli coklat dan kue sendiri kalau mau, asal minta ijin pada mama. Dulu, kamu kan tidak bisa pergi ke mana-mana sendirian? Ada banyak hal yang dulu kamu tidak bisa, tapi sekarang kamu bisa.  Kamu harus enjoy.”
“Iya sih, tapi aku ngga mau ke sekolah…..”

Ya, tidak mau menghadapi masa depan. Takut akan apa yang terbentang di hadapan kita. Itu juga masalah setiap manusia. Riku seperti terantuk batu sandungan “belajar di SD”, dan takut/malas untuk bangun dan berjalan lagi. Kita takut untuk bangun dan berjalan lagi mengatasi pengalaman buruk/negatif kita. Ditinggal pacar, ditinggal orang tua, kegagalan karir, kena teguran dan lain-lain. Dan membuat kita berkata, “Aku ingin kembali ke masa lalu saja, masa yang lebih bahagia”.

Padahal hidup itu cuma sekali, tidak bisa di-rewind. Riku pernah menanyakan padaku, “Kalau mama bisa jadi kecil lalu besar sekali lagi mama mau jadi apa?”. Tapi hidup kan hanya sekali, kita hanya bisa berandai-andai, jika ini… jika itu… atau menyesali keadaan dan ingin kembali ke masa lalu, ke saat itu.

Nah, berbahagialah jika Anda tidak pernah ingin kembali ke masa lalu, karena berarti Anda berbahagia dengan keadaan sekarang ini. Bagi yang seperti Riku, mungkin perlu berhenti sejenak dan mengumpulkan semangat untuk memulai hari yang baru, yang seharusnya lebih bagus dari hari ini. Mari bersama-sama Riku menghadapi Senin yang menggairahkan!

Have a nice SUNday (meskipun di sini hujan dari pagi, dan sekarang mendung)

8:58

Last Supper @ Sunset Cafe

23 Apr

Beberapa hari terakhir ini saya memang memasang status di YM dan GTalk saya dengan “Last Supper” dan “Sunset Cafe”.  Sampai Mbak Noengki menyapa saya dan berkata, “Duh enaknya yang online di Cafe“. Padahal itu tidak benar, karena sebetulnya Sunset Cafe tidak ada di kenyataan (Baru-baru ini saya googling ternyata ada yang baru buka di cafe di pulau Bali, padahal sebelumnya — well 10 tahun yang lalu belum ada. Sampai pernah saya dan teman Suto san bilang kita buat di Jakarta yuuuk ). Dan bagi pendengar setia “Gita Indonesia” di InterFM 76,1 masih ingat tentunya lagu ini. “Sunset Cafe” oleh Rita Effendy, karena lagu ini salah satu lagu kesayangan yang sering saya putar.

Bias jingga senja menjelang
senandung ombak berkumandang
matahari turut terbenam
mengiringi angan kita

Secangkir cappucino panas
berbagi mimpi menembus batas
sekumpul nyiur tersenyum
mendengar janji kita

Reff.
Di Sunset Cafe kita bersama
di Sunset Cafe kita berdua
di Sunset Cafe kita bercinta
memandang lautan lepas
khayalan kita seakan jadi nyata…
di Sunset Cafe

Kecupan hangat pipi kiri
terasa menggetarkan hati
redup lilin-lilin menyala
melihat gairah kita

Cinta bersemi di Sunset Cafe
angan melambung di Sunset Cafe
hasrat membara di Sunset Cafe
cinta yang indah ini
terukir di Sunset Cafe

Irama yang enak didengar dan sambil membayangnya Tasogare, Twilight, Senja ….. saya hirup cappucino panas. Hmmmm…..

Lalu apa hubungannya dengan “Last Supper”. Kalau saya tulis 2 minggu yang lalu tentu semua tahu yang saya bicarakan adalah perjamuan terakhir Yesus bersama 11 orang muridnya. Dan topik “Last Supper” ini muncul kembali hari Senin yang lalu, tanggal 20 April.

Hari itu, saya sempat pergi “date” untuk lunch, dan menikmati makanan Perancis-Jepang di sebuah restoran di Kichijoji. Kaisen Shokudo, sebuah restoran yang kadang kami datangi untuk menjamu tamu atau merayakan pesta dengan jumlah orang yang sedikit. Hanya 14 tamu yang biasanya bisa masuk, sehingga harus menelepon dulu sebelumnya untuk memesan tempat. Makanan juga dipesan sebelumnya, pilih course dengan menu main dish saja yang berbeda, dan harganya tergantung mau half course atau full course. Kalau siang ada lunch course.


Mungkin untuk laki-laki, makan “seuprit” begini tidak akan kenyang, tapi bagi wanita lumayan, karena dishesnya disajikan satu per satu, dan harus sediakan waktu minimum 1 jam untuk menikmati obrolan, makanan dan …. wine kalau mau. Oh ya satu lagi…di sini bisa menikmati indahnya piring-piring keramik yang mereka pakai. Keramik Jepang memang lain dengan keramik eropa, white porcelain. Keramik Jepang lebih menonjolkan tanah liat, bentuk asimetris, dan warna-warna “bumi”. Saya suka keramik Jepang, ingin coba membuat, tapi belum ada waktu. Ibu mertua saya kadang membuatkan saya piring keramik sesuai pesanan bentuk dan warna yang saya sukai.

Nah, waktu makan appetizer yang di foto kanan atas, dalam gelas itu, ada mouse sayuran dan di atasnya adalah roti bakar dengan “UNI” di atasnya. Uni ini artinya bukan kakak perempuan untuk bahasa Minang,  tapi bahasa Jepangnya untuk Sea Urchin (Bulu Babi). Orang Indonesia tidak makan bulu babi, padahal itu merupakan makanan mewah bagi orang Jepang. Saya ingat salah satu murid saya pernah naik perahu di Laut Makassar, membawa pisau dan shoyu, kecap asin Jepang (kikkoman) . Ambil bulu babi, dan buka kulitnya yang seperti rambutan berduri hitam itu, dan …. nyammmm… makan isinya dengan kecap asin yang dibawanya. Mungkin bentuknya tidak menarik, tapi rasanya? …… Heaven…. katanya (dan kata saya, kata Riku dan kata Ayu-san).


Ya, Teman date saya adalah Ayu san, yang pernah saya tulis di posting ” Perbedaan Usia“. Hari itu saya mau merayakan “She becoming a salarywoman”. Dia sudah berstatus pegawai sekarang , sudah shakaijin (harafiahnya : manusia masyarakat… yang bergaji dan bisa mengabdi masyarakat). Shakaijin adalah suatu status bahwa kamu bukan mahasiswa, dan bukan pengangguran. Dan di Jepang, Bulan April adalah titik awal untuk menjadi shakaijin, dengan upacara-upacara penerimaan pegawai baru di setiap kantor. (Untuk menceritakan shakaijin dan upacara penerimaan pegawai baru ini perlu posting tersendiri).

Tema pembicaraan kami saat itulah, tentang “Last Supper”, Perjamuan Terakhir, Saigo no Bansan 最後の晩餐. Yang juga menjadi judul prgram TV di Jepang, yang isinya “Makanan apa yang kamu ingin makan di hari terakhir kamu hidup?”. Bagi Ayu, dia paling suka UNI, jadi pada saat terakhir itu dia ingin makan UNI. dan dia bertanya, “Kalau Imelda Sensei? ”

Well, terus terang saya tidak tahu. Sedih juga kalau tidak tahu makanan apa yang kamu sukai, yang kamu ingin makan sebagai makanan terakhir di dunia ini. Saat ini kalau ditanya, saya benar-benar tidak tahu. Saya suka macam-macam, tapi kalau disuruh menyebutkan satu dari macam-macam itu? Saya tidak tahu jawabannya.

“OK”,  kata Ayu. “Kalau begitu,tidak usah makanan, tapi tempat terakhir yang sensei inginkan sebagai tempat terakhir waktu meninggal?”. Nah… kalau itu saya bisa jawab! Ya, saya ingin berada di suatu tempat, yang bisa memandang ke matahari tenggelam, tasogare, senja ….. Menikmati karya Tuhan yang amazing. Dan bersamaan dengan tenggelamnya matahari itu, saya ingin hidup saya berakhir. Warna tasogare, twilight adalah warna yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Karena itu saya namakan blog saya ini Twilight… Twilight Express.

“Well, kalau begitu di beach? Sunset at the beach?”

“No, Aku tidak begitu suka pantai…. tapi aku suka danau. Pantai kesannya panas, beta-beta suru…. (peliket). Kecuali mungkin pantai waktu musim dingin ya? Tapi saya suka sekali danau. Magis…. tranquil… melenakan. Mungkin seperti foto ini.


So, teman-teman? Jika Anda ditanya, apa yang ingin Anda santap di hari terakhir Anda, apa jawab Anda? Atau di mana Anda ingin berada sebagai tempat terakhir Anda hidup di dunia ini?





Roti Sebagai Sumber Ide

5 Apr

Tanggal 4 April kemarin merupakan hari Anpan, yaitu roti yang berisi an, selai yang terbuat dari kacang merah. Roti ini pertama kali dibuat tanggal 4 April tahun 1875 oleh perusahaan roti Kimuraya, dan disajikan pada Kaisar Meiji. Roti ini merupakan roti khas Jepang, yang mengambil contoh dari Manju, kue tradisional Jepang seperti bakpau isi kacang hijau tapi kecil ukurannya. Dengan modifikasi roti berisi an atau selai kacang merah ini, Anpan dapat diterima masyarakat jepang. Selain berisi selai kacang merah, ada yang berisi selai wijen, ogura, selai kacang merah diberi keringan bunga sakura, rasa melon dan lain-lain. Pokoknya semua rasa yang cocok di mulut orang Jepang dicoba menjadi isi roti.

Kai beserta Anpanman and friends

Dan saya terkagum-kagum bahwa ternyata roti An, atau Anpan ini bisa menjadi sumber ide bagi  penciptaan karakter ANPANMAN. Memang orang Jepang pintar menciptakan karakter-karakter dari sesuatu yang ada di keseharian kita. Seperti crayon atau kacang babi yang sudah saya bahas di tulisan Story of Black Crayon dan Tempat tidur si Kacang Babi. Saya tidak tahu apakah komik Anpanman ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia atau belum, tapi mari kita lihat tokoh-tokoh dalam cerita Anpanman ini.

Tokoh utama tentu saja si Anpanman “Manusia Anpan” yang bermuka tembem dengan dua pipi merah, berkostum merah kuning dan memakai mantel untuk terbang berwarna coklat. Dia adalah si pembela kebenaran, Seigi no mikata, ciptaan Paman Selai (Jam Ojisan). Jam Ojisan ini membuat roti di pabrik rotinya dibantu oleh Batako san (asal kata =Butter) dan mempunyai anjing bernama Chizu (asal kata = Cheese).

Anpanman selalu menolong siapapun yang kesusahan dan terutama kesusahan itu diakibatkan kelakuan buruk Baikinman (asal kata = Baikin = bakteri yang merusak). Terkadang pula akibat keusilan Dokinchan (Bakteri perempuan yang menyukai Shokupanman, shokupan adalah roti tawar). Teman-teman Anpanman di antaranya adalah Karepanman (roti kare), Meronbannachan (roti Melon), Rorubanna (roll bread), Kurimubanda (roti krim).

Karakter Anpanman ciptaan Yanase Takashi ini pertama kali muncul tahun 1969. Tapi baru tahun 1975, muncul  sebagai cerita bergambar (picture book) berseri dengan judul “Soreike Anpanman”. Karakter ini cepat merebut hati anak-anak seluruh Jepang (juga hati Kai sekarang), sehingga dijadikan film dan anime. Karena karakter yang muncul dalam cerita ini amat beragam (dan kebanyakan berhubungan dengan makanan) maka sampai dengan tahun 2009 saja, dari seluruh cerita yang terbit karakternya sudah berjumlah lebih dari 1500 karakter (bahkan sampai 2000 jenis jika perubahan transfom juga dihitung) . Katanya sampai si penciptanya sudah lupa jumlah sebenarnya berapa …hehehe. Dan setiap tanggal 6 Februari, hari ulang tahun si pencipta Yanase Takashi( 6 Februari 1919 – 13 Oktober 2013), diperingati juga sebagai hari ulang tahun Anpanman.

Hebat ya roti sebagai sumber ide… Kalau saya sih roti memang sebagai sumber ide untuk …MAKAN hehhehe. Padahal bagi Jepang, roti juga merupakan kebudayaan serapan dari luar negeri, sama juga halnya dengan Indonesia. Tapi kenapa orang Indonesia kurang ide untuk menciptakan karakter dari sekeliling kita ya? Kalau di Jepang ada Anpanman, mungkin di Indonesia bisa ada Roti Bakso, Roti Abon, Roti Coklat, Roti Sarikaya atau Roti Gambang (pernah dibahas Mas trainer juga) yang katanya khas Indonesia ? (Roti Bagelen tuh asli Indonesia ngga ya?)

roti abon

roti gambang

Atau bisa saja dari kue-kue jajanan pasar kan? Semisal Kue Ku, Kelepon, Cenil dll … Uuuh jadi lapar deh…

 

Afterglow Snow – Salju Terakhir

31 Mar

Tinggal di negara dengan empat musim, terutama di Jepang, kita diajarkan untuk menikmati alam, menikmati musim. Sampai lagupun ada musimnya. Kalau di Indonesia mungkin jarang ada sebuah lagu khusus yang hanya cocok untuk dinyanyikan pada waktu khusus. Mungkin yang paling bisa dijadikan contoh adalah lagu Indonesia Pusaka, untuk event-event nasional, dan biasanya waktu acara akan selesai. Atau untuk lagu yang lebih populer contohnya adalah “Kemesraan”, yang bisa dinyanyikan pada acara kumpul-kumpul … dan akan bubar acaranya. Apakah ada lagi lagu Indonesia untuk waktu yang khusus? Misalnya lagu untuk wisuda (Gaudamus Igitus jangan dianggap lagu Indonesia yah), lagu untuk pernikahan…. (paling-paling Kaulah segalanya, tapi tidak setiap pernikahan ada lagu ini kan?)

OK, yang mau saya katakan adalah bahwa orang Indonesia tidak menyanyikan  satu lagu hanya untuk masa/waktu tertentu, sedangkan orang Jepang amat memperhatikan unsur waktu. Tentu saja ini karena faktor 4 musimnya. Lucu kalau kita menyanyi lagu tentang pantai, wanita berbikini, surfing atau segala sesuatu yang berkesan musim panas pada waktu musim dingin. Membayangkan wanita berbikini pada musim dingin, pasti merasa menggigil. Atau tentunya tidak akan menyanyikan lagu sakura pada musim gugur misalnya.

Nah, ada satu lagu di Jepang yang hampir selalu dinyanyikan menjelang musim semi. Sebuah lagu folk yang berjudul “Nagori Yuki” dari Iruka. Lagu balada yang dikarang oleh grup folk Kaguya Hime ini lebih populer sejak dinyanyikan oleh Iruka pada tahun 1975. Lagu ini menceritakan tentang perpisahan  seorang kekasih di stasiun Tokyo. Mungkin ke kota lain untuk menuntut ilmu. Dan kalau menyanyi lagu ini, kok saya jadi ingat “Teluk Bayur” nya Ernie Djohan ya?

TELUK BAYUR

Selamat tinggal Teluk Bayur permai
daku pergi jauh ke negeri seberang
ku kan mencari ilmu di negeri orang
untuk hidup kelak di hari tua

Selamat tinggal kasihku yang tercinta
doakan agar ku cepat kembali
ku harapkan suratmu setiap minggu
kan ku jadikan pembuluh rindu

Lambaian tanganmu ku rasakan pilu di dada
kasih sayangku bertambah padamu
air mata berlinang tak terasakan olehku
nantikanlah aku di Teluk Bayur

Memang butainya (panggungnya/lokasinya) lain. Teluk Bayur di pelabuhan sedangkan Nagori Yuki ini di stasiun, tepatnya stasiun Tokyo. Dan entah kenapa setiap menyanyikan lagu ini di karaoke, saya ikut menjadi sedih dan menitikkan air mata. Mari kita lihat liriknya:

Salju Terakhir

Disebelah kamu yang sedang menunggu kereta
Aku selalu melihat jamku
Sedangkan salju yang tidak disangka turun menyelimuti bumi
“Ini adalah salju terakhir yang kulihat di Tokyo”
kamu menggumam sedih
waktu ku mengetahui turun salju tersisa ini
musim seakan bercanda padaku
Ya musim semi tiba dan engkau menjadi cantik
Lebih cantik daripada tahun lalu

Kau tempelkan wajah
di jendela kereta yang mulai bergerak
Kamu seakan ingin berkata sesuatu
Tapi aku takut melihat kamu mengucapkan “sayonara”
jadi aku memandang ke bawah saja
Seiring dengan jalannya waktu
Engkau yang masih bocah lucu

Tanpa disadari sudah menjadi dewasa

Ya musim semi tiba dan engkau menjadi cantik
Lebih cantik daripada tahun lalu

Aku tinggal di peron sesudah kepergianmu
Memandang salju yang turun dan mencair

Ya musim semi tiba dan engkau menjadi cantik
Lebih cantik daripada tahun lalu
Lebih cantik daripada tahun lalu
Lebih cantik daripada tahun lalu

(1) 汽車を待つ君の横で
ぼくは時計を気にしてる
季節外れの雪が降ってる
「東京で見る雪はこれが最後ね」と
さみしそうに君がつぶやく
なごり雪も降る時を知り
ふざけ過ぎた季節のあとで
今 春が来て君はきれいになった
去年よりずっときれいになった

(2) 動き始めた汽車の窓に
顔をつけて
君は何か言おうとしている
君のくちびるが「さようなら」と動くことが
こわくて下を向いてた
時が行けば 幼い君も
大人になると 気付かないまま
今 春が来て君はきれいになった
去年よりずっときれいになった

(3) 君が去ったホームに残り
落ちてはとける 雪を見ていた
今 春が来て君はきれいになった
去年よりずっときれいになった

去年よりずっときれいになった
去年よりずっときれいになった

Jika mau mendengar lagunya silakan melihat video berikut ini:

Hari ini adalah hari terakhir bulan Maret. Dan entah kenapa hari ini tanggal 31 Maret menjadi hari peringatan untuk Orkestra (Philharmonic). Nah, kalau berbicara soal orkestra, saya hanya bisa menikmati saja, tidak bisa mengatakan judul-judul lagu yang saya suka…. abis kebanyakan kode-kode dan nomor-nomor sih hehehe.

The Spring has Come

20 Mar

Yup musim semi telah tiba. Hari ini tanggal 20 Maret, adalah hari libur, Equinox Day, hari pergantian musim, yang ditandai dengan panjangnya siang dan malam yang sama. Mulai besok, perlahan-lahan siang (waktu terang) akan lebih panjang dari malam, kebalikan waktu musim dingin. Suhu udara hari ini 18 derajat, sempat hujan sampai jam 11 tapi setelah itu cerah. Karena aku dan anak-anak satu bulan tidak berada di Jepang, jadi tidak merasakan salju tahun ini (dan memang hanya  satu kali saja turun).

Musim semi selalu disambut dengan meriah oleh semua orang, tapi aku tidak. Karena setiap masuk musim semi, pasti aku menderita. Karena serbuk bunga beterbangan, serbuk dari pohon pinus yang disebut Kafun itu membuat bersin-bersin, mata dan muka gatal, serta mengantuk. Benar-benar menderita.

Haru, musim semi juga sering digambarkan sebagai pembawa semangat baru. Seiring dengan mekarnya bunga Sakura, mulailah tahun Fiskal/ tahun ajaran baru. Tanggal 6 April nanti Riku akan mengikuti upacara masuk SD dekat rumah kami. Semoga dia bisa beradaptasi dengan suasana baru di Sekolah Dasar.

Dan satu lagi Haru ini jika digambarkan sebagai hidup manusia, maka sama dengan masa remaja. Yang muda, bersemangat ….dan memulai cinta yang baru. So? Sudahkah musim semi datang di hati Anda? Ups, pertanyaan ini hanya cocok untuk mereka yang jomblo a.k.a single!!!

Angin Pembawa Musim Semi!
by Candies

Salju mencair menjadi sungai…. mengalir…
kuntum bunga tsukushi malu-malu menampakkan mukanya
Sebentar lagi musim semi… Ayo sedikit bergenit-genit

Angin bertiup membawa kehangatan
Ada seorang anak yang menjemput anak tetangga
Sebentar lagi musim semi…. mari kita ajak pemuda itu

Kalau kamu menangis terus, kebahagiaan tidak akan datang loh
Tanggalkan mantel yang berat, mari kita pergi
Sebentar lagi musim semi… mari kita jatuh cinta

春一番

雪がとけて川になって 流れて行きます
つくしの子が恥ずかしげに 顔を出します
もうすぐ春ですねえ
ちょっと気どってみませんか
風が吹いて暖かさを 運んできました
どこかの子が隣の子を 迎えにきました
もうすぐ春ですねえ
彼をさそってみませんか
泣いてばかりいたって 幸せはこないから
重いコートぬいで でかけませんか
もうすぐ春ですねえ 恋をしてみませんか

Musim Wisuda

18 Mar

Yah di Jepang mulai tanggal 15 an Maret sampai akhir Maret (paling lambat sih 26 an) adalah musim wisuda. Di mana-mana terlihat sosok berhakama (kimono khusus) atau kimono biasa….atau paling tidak setelan jas. Musim Wisuda tiba. Dan yang wisuda bukan hanya Mahasiswa saja, tapi semua jenjang sekolah, mulai dari TK sampai S3. Makanya saya bilang TK adalah S minus 3, kalau hitung mundur SMA = S 0, SMP – S-1, SD=S-2, jadi deh TK S-3. hehehe

Hari ini adalah hari Wisuda untuk universitasnya Gen, yang dilakukan di sebuah hotel ternama di Tokyo. Jadi dia harus pakai baju formal, and formal means HITAM. Dengan dasi putih kalau pria. Mudah-mudahan nanti dia pulang membawa bingkisan nasi merah kesukaan nya (kalau di Indonesia, selamatan pakai nasi kuning, kalau di Jepang nasi merah).

Nah, hari ini juga merupakan hari Wisudanya Riku. Coba seandainya hari ini tidak bersamaan dengan tempat kerjanya Gen, pasti Gen juga mau ambil cuti dan ikut dalam acara wisuda Riku. Susah memang untuk orang tua yang bekerja di dunia pendidikan juga. (Aku juga begitu, waktu upacara masuk sekolah Riku terpaksa tidak datang ke Universitas untuk acara yang sama)

Jam 9 aku antar Kai ke Himawari, tempat penitipannya. Kali ini yang menyambut adalah guru yang dia kenal, sehingga dia langsung memeluk guru itu. Duh aku senang melihatnya, daripada mendengar dia menangis waktu ditinggal kan, lebih baik melihat bahwa dia tinggal di situ dengan senang. Tadinya aku pikir masih bisa mampir ke rumah dulu sebelum ke TK yang acaranya jam 9:40. Tapi pikir-punya-pikir mendingan langsung saja, toh aku dan Riku sudah siap semuanya. Lebih cepat sampai lebih baik.

Untung saja, karena waktu kami datang, sudah melihat antrian orang yang akan masuk ke dalam gedung TK. Jadi kami ikut antri. eh tahu-tahunya bukan untuk masuk, tapi untuk mengambil foto di depan papan bertuliskan “卒園式” Wisuda TK. Tapi karena kami sudha harus mulai masuk ke kelas, aku tidak jadi ikut antri dan foto saja dari kejauhan. Selama acara aku berdiri dekat Ibu asal Taiwan, yang anaknya juga termasuk teman akrabnya Riku. Jadi kita gantian motret…simbiosis mutualisma deh. Begitulah kalau datang tanpa pasangan (ceritanya agak ngiri dengan anak-anak lain yang papanya juga bisa datang di acara wisuda!)

Di dalam kelas, bertemu dengan gurunya yang cantik. Ah sejak pertama kali aku datang ke TK ini, sudah melihat sensei ini. Tak tahunya dia jadi gurunya Riku di kelas atas (nenchou). Dia memakai Hakama, kimono khusus yang biasanya dipakai untuk upacara wisuda). Selain absen, mempersiapkan anak-anak untuk berbaris ke dalam Aula, tepat upacara. Sementara itu orang tua bisa melihat pameran foto di dalam kelas, yang salah satunya adalah foto anak-anak dengan parasut.

Pukul 10, orang tua menuju ke Aula, yang ternyata sudah dipenuhi oleh orang tua bahkan kakek-nenek atau adik-adik si wisudawan. Banyak yang harus berdiri. Meskipun aku dapat tempat duduk, akhirnya aku berdiri di sebelah ibu Taiwan dan dengan leluasa bisa memotret jalannya upacara. Di kejauhan aku melihat bapaknya Agus, yang berasal dari Bali datang dengan memakai baju balinya. Katanya sih ibunya mau pakai kebaya, tapi aku tidak melihat sosoknya sama sekali. Dia memang pernah mengajak aku datang ke acara ini pakai kebaya. Tapi ngga ah… kebayang ngga sih naik sepeda pake kebaya hahahha.

Yang bener-bener membuat aku khawatir adalah waktu upacara penyerahan ijazah dari kepala sekolah. Aku lupa menanyakan apakah Riku sudha tahu caranya. Karena Riku libur  1bulan, sia tidak ikut latihan. Hmmmm dan bener juga, dia maju dengan slebor deh…. hiks…malu aku. Awas nanti kalau lulusan SD aku ajarin kamu harus ojiki (membungkuk ala Jepang) yang baik dan benar!

Setelah penyerahan ijazah untuk 128 murid, dilanjutkan dengan penyerahan piagam penghargaan untuk yang “100% tidak pernah absen” dan “Hanya 3 kali saja absen”…. Yang pasti Riku tidak akan bisa dapat piagam begituan…wong banyak mbolosnya hehehe (dan mamanya juga sebagian bertanggung jawab, karena memboloskan dia waktu liburan ke Jakarta)

Ada satu acara yang menarik, penyerahan piagam penghargaan untuk pegawai/guru yang mencapai bekerja dalam jumlah tahun-tahun tertentu. Ternyata bukan 50 tahun tapi 45 tahun bekerja di TK itu, seperti yang kemarin aku dengar. Ada dua orang, yaitu kepala sekolahnya sendiri, dan wakil kepala sekolah. Si Ibu Wakil ini benar-benar hebat juga. Aku selalu kagum sama dia. Tenaganya itu loh. Dia selalu ada di garis terdepan di sekolah itu. Dan dia juga sering berdiri di depan gerbang TK, hampir setiap pagi untuk menyambut anak-anak….dan hafal nama semua anak!!!.

Acara wisuda akhirnya ditutup dengan lagu-lagu khusus wisuda, dan salah satu yang aku bisa nyanyikan adalah “Omoide no Album” (Album Kenangan)…. Kalau dinyanyikan dengan penghayatan oleh orang yang biasa tinggal di Jepang, maka pasti terharu. Bagi yang tidak pernah merasakan 4 musim, tentu saja lagu ini tidak ada artinya.

Begini Liriknya:

(1) Ingatlah kembali waktu kapan itu
semua peristiwa yang terjadi
Baik yang menyenangkan atau yang lucu
sampai kapanpun tidak akan dilupakan

(2) Ingatlah kembali waktu musim semi
semua peristiwa yang terjadi
bermain di lapangan yang hangat
Bunga yang cantik bermekaran

(3) Ingatlah kembali waktu musim panas
Semua peristiwa yang terjadi
Memakai topi jerami dan semua telanjang
melihat kapal dan gunung pasir

(4) Ingatlah kembali waktu musim gugur
Semua peristiwa yang terjadi
tumpukan donguri (semacam biji melinjo) dan hiking
Daun marah pun beterbangan

(5) Ingatlah kembali waktu musim dingin
Semua peristiwa yang terjadi
menghias pohon pinus Merry Christmas
Santa klaus pun tertawa

(6) Ingatlah kembali musim dingin
Semua peristiwa yang terjadi
Hari bersalju yang dingin di dalam kamar yang hangat
Mendengarkan cerita yang menghangatkan tubuh

(7)Ingatlah kembali selama satu tahun
Semua peristiwa yang terjadi
saat ini bunga peach bermekaran
sebentar lagi semua akan menjadi kelas satu (SD)

terjemahan oleh Imelda Coutrier

(1) いつのことだか 思い出してごらん
あんなこと こんなこと あったでしょう
嬉しかったこと 面白(オモシロ)かったこと
いつになっても 忘れない

(2) 春のことです 思い出してごらん
あんなこと こんなこと あったでしょう
ポカポカお庭で 仲良く遊んだ
きれいな花も 咲いていた

(3) 夏のことです 思い出してごらん
あんなこと こんなこと あったでしょう
麦藁(ムギワラ)帽子で みんな裸んぼ
お船も見たよ 砂山も

(4) 秋のことです 思い出してごらん
あんなこと こんなこと あったでしょう
どんぐり山の ハイキング ラララ
赤い葉っぱも 飛んでいた

(5) 冬のことです 思い出してごらん
あんなこと こんなこと あったでしょう
樅(モミ)の木飾って メリークリスマス
サンタのおじいさん 笑ってた

(6) 冬のことです 思い出してごらん
あんなこと こんなこと あったでしょう
寒い雪の日 暖(アッタ)かい部屋で
楽しい話 聞きました

(7) 一年中(ヂュウ)を 思い出してごらん
あんなこと こんなこと あったでしょう
桃のお花も きれいに咲いて
もうすぐみんなは 一年生

Semua murid kembali ke kelas masing-masing dan di kelas mereka kembali menerima ijazah langsung dari gurunya. Dan terakhir, terakhir kali mereka mendapat permen vitamin seperti hari-hari biasa. Permen yang terakhir dari guru TK mereka. Sambil memeluk gurunya, apakah mereka rasakan manisnya permen itu juga akan segera habis? Entahlah. Yang pasti sebagai anak SD, mereka membawa harapan besar orang tua, masyarakat dan sekolahnya. BERAT!

Selamat mengakhiri masa Balita anakku! Masa bermain sudah selesai….

Mari kita belajar sama-sama, di negeri yang kaku ini.

(bersama kepala sekolah  —  dengan guru kelas sore — bersama semua guru)

Surya Bersinar Udara Segar

17 Mar

Surya bersinar, udara segar… terima kasih…..
di tepi pantai ombak berderai…. terima kasih….
Terima kasih seribu pada Tuhan Allahku
Aku bahagia karena dicinta Terima kasih…..

sebuah lagu pujian yang memang patut aku nyanyikan pada hari Minggu tanggal 15 Maret 2009. Kami tiba di bandara Narita dengan selamat pukul 7:30 pagi, dan dengan bantuan petugas MAAS, kali ini perempuan muda, dibantu untuk keluar imigrasi dan mengambil koper. Kali ini Gen sudah menunggu di pintu kedatangan sehingga seharusnya kami bisa langsung pulang ke rumah. Tapi… no no no…perut aku mulai aneh, so harus mampir ke wc dulu. Setelah pakai stocking dan baju tebal, akhirnya kami naik mobil dan pulang ke rumah. Matahari bersinar memang tapi suhu di luar 4 derajat saja.

Setelah sampai di rumah, buka koper sebagian, dan mempersiapkan makan siang untuk Gen. Rendang Natrabu deh. Pokoknya oleh-oleh yang sudah pasti disambut hangat oleh Gen adalah rendang dan Marlboro hihihi. Eh, tapi di Singapore aku selain membeli Marlboro, sempat juga membeli Port Wine, sejenis wine yang manis tapi kadar alkoholnya lebih tinggi, atau kalau disamakan bisa dibilang seperti Brandy (kadar alkoholnya 20%) . Wine jenis ini tidak dijual di Jepang, padahal aku sempat “ketagihan” wine ini sejak diberi oleh-oleh dari Australia dan Amerika.

Selain membeli wine dan rokok, sambil transit, Riku dan Kai sempat bermain di Butterfly World, Terminal 3. Ada semacam playground di sana. Dan ada pula koneksi internetnya…cihuy. Aku sempat melihat emails sebentar, hanya 5 menit, padahal sekali koneksi dijatahi 15 menit loh. Aku pikir Changi ini hebat betul deh. Gratis lagi. Kalau di Narita, masih harus bayar 100 yen untuk 20 menit (kalau tidak salah). Singapore really a fine city hehehe. Aku cuman bisa pakai 5menit karena tetap saja aku harus memperhatikan anakku yang lari kemana-mana.

Waktu mencari toilet kami harus melewati Hard Rock Cafe, dan juga smoking room…. Aduuuuh ini smoking room udah kayak lokomotif. Bener banget kerasa bedanya antara daerah sekitar situ dengan daerah lainnya yang steril dari asap rokok.

So, hari minggu aku cukup menderita dengan sakit perutku, yang ternyata tambah menjadi-jadi pada hari Seninnya, sehingga aku terpaksa tidak bisa pergi ke TKnya Riku untuk menghadiri PTA terakhir. Aku tahu hari Senin itu pasti penuh air mata, karena itu merupakan kesempatan terakhir orang tua bertemu dnegan guru dan mengungkapkan rasa terima kasihnya. Sayang sekali aku tidak bisa hadir, sehingga banjir air matanya berkurang untuk jatah satu orang hihihi.

Baru malam harinya aku minum obat yang dibelikan Gen sesudah pulang kantor. Dan tertolonglah aku, sehingga hari ini, Selasa 17 Maret, aku bisa menghadari acara “Perpisahan TK” bersama Riku. Udara cerah, maximum temperatur 9 derajat. HANGAT!

Pukul 10 pagi aku antar Kai ke himawari. Yang lucu dia tahu bahwa kami mau keluar, jadi dia minta dipakaikan sepatu dan HELM SEPEDA. lucu banget…. Tapi dia menangis begitu dia tahu dia akan ditinggal di penitipan. Hiks…sorry sayang Mama dan kakakmu harus menghadiri acara khusus yang kurang nyaman jika dihadiri bayi. Sekali-sekali mama juga mau menemani Riku dengan berkonsentrasi untuk dia saja.

Tapi jam 11:00 waktu kami sudah mau berangkat ke TK, Riku mengeluh sakit perut. Entah benar, entah pura-pura (kebyo bahasa jepangnya =pura pura sakit). Tapi aku tidak mau menuduh dia pura-pura karena tidak baik. Karena kelak, seandainya dia benar-benar sakit, dia tidak percaya padaku lagi dan tidak mau terbuka padaku jika sakit. Jadi aku bilang, “Kalau kamu sakit, pergi ke wc, kalau masih sakit juga, TIDUR! tidak boleh nonton TV.”

Eee benar saja taktik aku berhasil, baru tidur 5 menit dia bilang, “Mama, perutku tidak sakit lagi!”.

“OK, mari cepat ganti baju dan berangkat!”

Pasti terlambat, karena acara mulai jam 11:30, sedangkan kita sampai pukul 11:35. Tapi biarlah, memang ada alasan sakit perut sih. Untung kami berdua tidak terlambat-terlambat banget, karena sesudah kami masih ada 2 orang lagi yang terlambat.

(susunan acara – gambar riku ditaruh di atas bento – tulip hasil origami bersama)

:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Well, acara perpisahan yang bahasa Jepangnya SHAONKAI 謝恩会 (Thank you party for the teachers) disusun dan dijalankan oleh ibu-ibu murid TK, dan yang menjadi Tamu Utamanya adalah guru-guru itu sendiri. Jadi semuanya tanpa campur tangan pihak sekolah/guru, meskipun nantinya ada sumbangan acara dari guru juga. Aku rasa “pemikiran” shaonkai ini benar-benar mencerminkan kedudukan guru yang sangat dijunjung tinggi di Jepang.

Waktu aku datang, kepala sekolah baru saja akan mengucapkan pidato. Beliau seorang nenek yang sudah bekerja di sekolah itu sejak awal berdirinya. HEBAT! dan yang lebih hebat lagi dia tinggal jauuuuh dari sekolahnya ini, katanya 2 jam perjalanan. Butuh dedikasi yang tinggi!!! Tahun ini menyambut kelulusan yang ke 45, tapi pada dasarnya si ibu/nenek itu akan merayakan 50 th Perayaan Emas bekerja di TK itu. Duh, kalau ingat dulu waktu pertama kali aku ketemu dia, waktu mau ambil formulir pendaftaran, aku pikir dia hanyalah nenek penjaga sekolah…hiks… underestimate banget ya. Abis orangnya baik dan sederhana sekali sih.

Setelah acara pidato dari kepala sekolah, dilanjutkan dnegan acara hiburan dari ibu-ibu smabil menikmati makanan (bento) yang sudah disediakan di meja masing-masing. Wah wah wah deh…. aku salut benar dengan usaha ibu-ibu (muda) ini. Memang aku mungkin termasuk yang tertua di kelasnya Riku, karena aku baru melahirkan Riku umur 35 tahun….. Ada ibu yang baru berusia 22 tahun dengan anak seumur Riku!

Kenapa wah? Karena acara yang dipertunjukkan adalah tari Hula Hawai (tentu saja dengan baju lengkap karena dingin euy hehehhe, jangan bayangkan bh batok kelapa yah!). Yang menarik, dua orang guru OR yang masih muda, yang merupakan dua-duanya pemuda “belia dan keren” di TK ini, ikut beratraksi dengan menari LIMBO (coba yahhhh aku tahu nama tarian ini dari RIKU!!!, dia berteriak, “Sensei…menari Limbo! asyik!” duh duh duh anak jaman sekarang kok tahu yang begituan?) Tarian Limbo itu yang menari melewati bambu yang direndahkan serendah-rendahnya. Menarik!

Selanjutnya tarian yang menarik adalah Mario Bross. Dengan atraksi sirkus yang lucu dari 5 orang berpakaian hitam-hitam. Ada juga pertunjukan alat musik dengan lagu-lagu yang dikenal anak-anak. Sumbangan acara dari guru-guru juga menarik, sebuah sendratari berjudul Takoyaki Man, semacam hero yang mengalahkan Tikus tanah yang menjadi hama untuk panenan sayuran. Aku juga heran kok mereka punya aja ya kaset BGM lengkap untuk cerita-cerita begitu. Menarik sekali loh. Jadi hanya tinggal menari dan bergerak mengikuti lagu dan jalan cerita saja. Bagus untuk mengisi acara di sekolah-sekolah. Nanti aku mau tanya deh, siapa tahu bisa diterjemahkan ke bahasa Indonesia ….hihihi…

Acara terakhir adalah pidato dari sensei-sensei, guru-guru dari kelas Nencho (usia 5 tahun) yang akan mengantar murid-muridnya lulus TK besok. Tentu saja penuh dengan isak tangis. Dan terakhir yang juga membuat aku berusaha menahan tangis (dengan tidak ikut menyanyi) adalah sebuah lagu yang dinyanyikan oleh ibu-ibu dan anak-anaknya bersama-sama. Riku juga hafal lagu ini, dan waktu aku tanya, “tentu saja hafal, hampir tiap hari nyanyi lagu ini kok!”

Yah, memang lagu ini liriknya bagus. Sebuah lagu yang sering dinyanyikan di SD/SMP yang awalnya merupakan ending theme song untuk acara NHK yang dinyanyikan oleh kelompok Angels Harmoni tahun 1998.

BELIEVE

【作詞・作曲】杉本竜一 Lirik/lagu Sugimoto Ryuichi

1.

Seandainya kamu terluka dan menjadi lemah
pasti aku akan berada di sebelahmu dan menyangga bahu itu

Panggullah harapan seluruh dunia
Sekarang dunia berputar
Dan waktu engkau buka pintu masa depan
Kesedihan dan kesulitan pada satu saat nanti
pasti akan berubah menjadi kegembiaraan
I believe in the future
Aku Percaya!

2.

Seandainya seseorang sebelahmu menangis
Kamu pasti akan menggandeng tangannya diam-diam
dan berjalan bersamanya kan?

Dengan kebaikan seluruh dunia
Ingin ku selimuti bumi ini
Jika sekarang kau bisa menunjukkan isi hati yang jujur
Aspirasi dan cinta pasti bisa menerangi cakrawala
I believe in the future
Aku Percaya!

terjemahan bahasa Indonesia sebebas-bebasnya oleh Imelda Coutrier.

1.たとえば君が 傷ついて
くじけそうに なった時は
かならずぼくが そばにいて
ささえてあげるよ その肩を
世界中の 希望をのせて
この地球は まわってる
いま未来の 扉を開けるとき
悲しみや 苦しみが
いつの日か 喜びに変わるだろう
アイ ビリーブ イン フューチャー
信じてる

2.もしも誰かが 君のそばで
泣き出しそうに なった時は
だまって腕を とりながら
いっしょに歩いて くれるよね
世界中の やさしさで
この地球を つつみたい
いま素直な 気持ちになれるなら
憧れや 愛しさが
大空に はじけて耀(ひか)るだろう
アイ ビリーブ イン フューチャー
信じてる

いま未来の 扉を開けるとき
アイ ビリーブ イン フューチャー
信じてる

Bunga – Mekarkan bunga di dalam hati semua orang

17 Feb

Bagi mereka yang pernah ke Jepang, dan mungkin pernah pergi ke karaoke di Jepang, kebanyakan tahu lagu ini. Hana – Subeteno hito no kokoro ni hana wo- ~すべての人の心にを. Begitu lagu ini mengalir dan masuk ke telinga, pasti kita akan merasa damai, dan FAMILIER. Karena cengkok lagu ini mengingatkan kita pada lagu-lagu jawa. Padahal lagu ini asli Jepang, yang dikarang oleh orang Jepang (or I should say lagu asli Okinawa, yang diciptakan oleh orang Okinawa) .

Shoukichi Kina and the champloose merupakan sebuah grup musik Okinawa yang dibentuk pada tahun 1968 (waduh setua saya nih) dan pada tahun 1979 melahirkan sebuah lagu yang terkenal seantero Jepang, bahkan sampai ke luar negeri. Ya sebuah lagu yang berjudul Hana atau BUNGA ini. Menurut teman saya, Zay yang memang ahlinya radio (yang punyanya Radio Soka di Jember) , lagu ini bisa dikenal di segala penjuru dunia karena dicover oleh Emil Chou dengan judul “Hua Xhin”.

Coba deh dengar lagu ini yang dinyanyikan oleh penyanyi aslinya di depan kuil Toudaiji. Saya kok kalau melihat penyanyinya Shoukichi Kina jadi ingat pada Sujiwo Tejo, yang kemarin sempat lihat waktu kopdar dengan mbak Tuti. (Yug, kalau boleh dipasang tuh foto kamu dengan Pak Sujiwo Tejo).

Saya coba terjemahkan lirik lagunya sebagai berikut :

Bunga – Mekarkan bunga di dalam hati semua orang

Sungai mengalir …entah kemana
Manusiapun bergerak entah kemana
kelika aliran itu sampai tujuan
Ingin kumekarkan sebagai bunga
Menangislah  dan tertawalah
entah kapan
Mekarkanlah bunga itu

Air mata mengalir… entah kemana
Cinta pun mengalir entah kemana
dan aliran itu pada saatnya
ingin kusambut sebagai bunga
Menangislah  dan tertawalah
entah kapan
Mekarkanlah bunga itu

Bunga  dapatlah tertawa sebagai bunga
Manusia dapat mengeluarkan air mata sebagai manusia
Itulah lagu alami
di dalam hati mekarkanlah bunga itu
Menangislah  dan tertawalah
entah kapan
Mekarkanlah bunga itu

( by Shoukichi Kina and the champloose) terus terang waktu saya baca nama kelompoknya yang ditulis katakana, saya pikir asli penulisannya the Campurs. Karena memang di Okinawa ada masakan bernama Goya Campur (Pare campur yang ditumis). Diperkirakan kata campur ini memang berasal dari bahasa Indonesia yang menyeberang sampai ke Okinawa.

teks bahasa Jepangnya

川は流れて どこどこ行くの
人も流れて どこどこ行くの
そんな流れが つくころには
花として 花として 咲かせてあげたい
泣きなさい 笑いなさい
いつの日か いつの日か
花を咲かそうよ

涙流れて どこどこ行くの
愛もながれて どこどこ行くの
そんなながれを このうちに
花として 花として むかえてあげたい
泣きなさい 笑いなさい
いつの日か いつの日か
花を咲かそうよ

花は花として わらいもできる
人は人として 涙もながす
それが自然のうたなのさ
心の中に 心の中に 花を咲かそうよ
泣きなさい 笑いなさい
いつの日か いつの日か
花を咲かそうよ

喜納 昌吉&チャンプルーズ  作詞・作曲:喜納 昌吉

Nah lagu ini memang akhirnya banyak di-cover oleh penyanyi-penyanyi muda terkenal Jepang seperti Otaka Chizuru (saya justru punya CDnya Miss Otaka ini, bukan CD penyanyi asli). Suaranya memang cocok untuk lagu ini. Melengking tinggi. Bagi yang mau mendengar bisa melihat di

http://www.youtube.com/watch?v=FPGMsifqRgg

Selain itu Natsukawa Rimi, penyanyi terkenal dari Okinawa juga menyanyikan lagu ini. Suara Rimi ini lebih halus dan cengkoknya cocok bagai pesinden. Adik ipar saya suka sekali dengan lagu okinawa dan akrab dengan penyanyi ini. Jika Anda mau mendengar suaranya bisa lihat di

http://www.youtube.com/watch?v=tz0scjJC-wk

Tapi Saudara-saudara, yang meng-cover lagu Hana ini bukan hanya orang Jepang, Karena ada orang Indonesia juga yang menyanyikan lagu ini. Hebatnya dia menyanyikan dalam bahasa Jepang dan bahasa JAWA. (nah loh saya tidak bisa menerjemahkan bahasa jawanya heheheh) Dia adalah WALJINAH.

Waljinah pernah merelease CD di Jepang dengan judul Ratu Jawa. Lihat saja cover CDnya, Wajinah berpakaian kimono. hehehe. Nah CD ini diproduce oleh Zay dan Tanaka Katsunori. Jika ingin membaca ulasan lengkap pembuatan dan review CD Wajinah Ratu Jawa ini silakan baca di

http://sokaradio1009.multiply.com/photos/album/13/Waldjinah_-_Ratu_Jawa#

Ulasan Zay untuk lagu Hana yang dinyanyikan Wajinah:

7. Kumanthil Neng Ati (Hana)
Mungkin ini adalah lagu Jepang yang paling terkenal diera 90’s, judul originalnya: “Hana”, ciptaan Kina Shokichi. Tembang ini berkat didaur-ulang oleh penyanyi Taiwan kelahiran Hongkong; Emil Chou dirilis dengan judul “Hua Xhin” meledaklah dimana-mana….sampai keseluruh penjuru dunia!
Arasemenya dibuat pop keroncong. Accordionist S Atan dan pianist Marc Chu, keduanya dari Malaysia, ikut meramaikan tembang ini. Mbak Waldjinah bernyanyi dalam 2 bahasa, Jawa dan Jepang!

Sayang tidak ada contoh lagunya Waljinah ini di Youtube, jadi saya tidak bisa memperdengarkan lagu ini. Saya sendiri diberikan CD ini langsung dari yang buat, gratis! hehehe. (arigatou ne Zay)

Ya, bunga itu memang indah dan cocok bila berada dalam hati setiap insan.