Hari ini tanggal 21 Maret adalah World Poetry Day. Hari puisi sedunia. Seperti yang aku pernah tulis di sini, aku tidak begitu bisa menulis puisi. Kadang-kadang saja jika suasana hati sedang mendukung, tapi itu jarang sekali. Ah aku pernah menulis seperti ini:
Aku ingin menjadi laba-laba
yang memintal benang persabahatan
menjadi sebuah jaringan yang kuat
yang mungkin kerap rapuh dan koyak di beberapa tempat
namun sebagai kesatuan dia tetap kuat
dan aku akan kembali lagi menyulam bagian yang rapuh itu
memperbaiki persahabatan yang mungkin pudar atau jarang kukunjungi
Aku ingin menjadi laba-laba
yang menguntai jaringan besar atas dasar kasih
menghubungkan satu sama lain dalam persahabatan
sehingga semua menjadi satu kesatuan yang teguh
yang bisa menahan segala yang menghancurkan
ketidakpercayaan dan kecemburuan,
kemarahan dan rasa iri dengki
.
.
laba laba yang tidak lelah merajut
laba laba yang tidak melaba
Ini karya tahun 2009 sih. Tapi… kalau sekarang disuruh tulis lagi? Haduh belum tentu bisa deh 😀
Ada satu acara di Jepang yang bernama PureBato, sebuah acara variety yang menampilkan artis terkenal untuk membuat haiku, puisi Jepang. Haiku mereka kemudian dinilai oleh gurunya, yang bernama Natsui sensei. Nah, awalnya aku tidak suka menonton, karena aku merasa aku tidak bisa menikmatinya. Tidak tahu apa yang dibicarakan. Harus menggambarkan sesuatu, hanya dengan 5-7-5 suku kata Jepang. Susah menurutku. Tapi seiring dengan waktu aku menjadi suka acara ini dan mulai bisa mengerti atau menilai sebuah haiku. Menilai, bukan berarti bisa menulis, ya 😀
Menurutku Natsui sensei itu keren. Dengan kata-kata yang terbatas itu, dia bisa membuat kami, penonton mengerti pembuatan haiku. Ada satu acara yang khusus meliput keseharian Natsui sensei, dan satu perkataan dia yang menohok, dan aku setujui. “言葉でしか、人と人はつながれない” (Hanya dengan kata-kata (bahasa), manusia dapat saling berhubungan). Keren deh.
Kalau mencari sejarah penemuan puisi, konon katanya buku berisi puisi yang pertama kali dibukukan adalah ギルガメシュ叙事詩 Epic of Gilgamesh. Aku belum pernah baca, tapi saya tahu Riku punya bukunya, dan katanya dia sudah baca sebagian.
Kemudian ada nama Elizabeth Barrett Browning yang dikenal sebagai penulis puisi wanita yang produktif di zamannya. Aku tahu namanya, tapi tidak hafal judul-judul puisinya.
Tapi ada satu puisi asing yang pernah seseorang beritahu padaku. Judulnya Desiderata karya Max Ehrmann ( 1927). Cukup panjang tapi puisi itu intinya menyuruh kita untuk menjadi diri kita sendiri.
Ada satu puisi, karya Hattori Ransetsu 服部嵐雪 yang selalu kuingat waktu bunga plum mulai mekar.
梅一輪一輪ほどの暖かさ
うめいちりん いちりんほどの あたたかさ
yang kira-kira artinya : Kehangatan musim semi terasa sedikit demi sedikit bagaikan keindahan bunga plum yang mekar sekuntum demi sekuntum.(Imelda’s interpretation)
Memang butuh bakat dan keahlian tersendiri untuk bisa menulis puisi. Tetapi kita bisa usahakan untuk dapat menikmatinya, bukan?
Selamat hari puisi sedunia!
“Poetry is a deal of joy and pain and wonder, with a dash of the dictionary.” Khalil Gibran