Kemewahan

8 Sep

Dalam bahasa Jepangnya adalah Zeitaku 贅沢, tapi kemudian berubah menjadi investasi. Persis sebelum Tokyo belum ditutup dan dinyatakan dalam situasi darurat pada bulan Maret, tepatnya tanggal 24 Februari 2020, kami mendapatkan kemewahan yang kalau kami kenang lagi, semua memang sudah tepat pada waktunya.

Riku ulang tahun tanggal 25 Februari, tapi itu hari kerja. Tanggal 24 Februarinya Senin, tapi hari libur di Jepang. Jadi kami katakan pada Riku bahwa lebih baik rayakan sebelumnya saja. Tapi hari itu sebetulnya dia harus arbaito, kebetulan ada permintaan untuk menjadi figuran dalam iklan Indonesia, yang diambil di Akihabara.

Berempat menuju Akihabara.

Jadilah kami berempat pergi ke Akihabara naik kereta, sambil menunggu Riku “kerja” selama 1-2 jam, kami berpisah dan jalan-jalan di Akihabara. Tujuan kami adalah mencari komputer yang cocok untuk Kai. Kai lulus SD dan akan masuk SMP. Sama seperti kakaknya waktu lulus SD, kami ingin membelikan dia laptop.

Awalnya dia tidak mau. Tahu alasannya? Dia mau MERAKIT sendiri! hahaha. Jaman now, merakit sendiri. Yang ada jatuhnya lebih mahal. Dan yang pasti makan tempat dong. Eh, tapi ada loh paket rakitan sendiri, sudah dipilihkan oleh orang tokonya motherboard, casting, display, keyboard dsb. Tapi tanya-tanya pada tante Titin, disarankan untuk pelajari lama dulu, atau beli notebook saja.

Yang membantu Riku pilih-pilih juga mahasiswa, jadi dia beritahu hints banyak.

Setelah naik turun cari yang cocok buat dia (Dia maunya sih yang bisa untuk gaming…. no no no deh), akhirnya kami belikan DELL. Terus terang aku belum pernah pakai Dell, dulu pernah beli IBM, Fujitsu, NEC, HP, dan terakhir lenovo sampai 5 biji (untuk beberapa orang loh). Keburu cinta sama lenovo sih hehehe. Kata orang tokonya specnya bagus karena harganya miring. Rupanya seminggu sebelumnya ada Dell Fair. Karena anaknya suka, ya kami belikan. Langsung bawa pulang.

Janji untuk bertemu Riku lagi di kedai teh. Aku dan Kai menunggu di kedai teh itu, sambil pesan es untuk Kai dan teh untukku. Nah es itu didalam cone, tapi ditaruh dalam gelas. Nah si pelayannya waktu akan menyerahkan ke aku, akunya belum siap, sehingga esnya jatuh. Kasihan! Karena aku juga sebetulnya bersalah di situ. Eh diganti es nya dengan yang baru. Padahal aku sudah bilang tidak usah. Pelayanan di Jepang sih memang begitu.

Ginza pada hari libur menjadi CFD Car Free Day

Begitu Riku selesai, kami lalu naik subway menuju Ginza. Karena memang aku ingin mengajak nostalgia mengenang mama, di restoran Shabu-shabu yang ada di Ginza. Dulu setiap mama dan papa datang, pasti makan di sini. Jadi ceritanya pesta ultahnya dirayakan dengan shabu-shabu. Mantap deh.

Setelah selesai makan, kami masih mau jalan-jalan sekitar Ginza, mencari kertas washi. Lalu tiba-tiba aku bilang bahwa mama terakhir ke Ginza karena mau perbaiki iPhone. Nah, Riku langsung bilang bahwa dia mau lihat-lihat. Dia memang sudah mengeluh iPadnya lelet dan memorynya sedikit. Lagipula iPad itu adalah turunan dari Ibu Mertua yang aku tahu sekali kapasitasnya jauh dari memadai, karena dulu Ibu Mertua hanya perlu untuk main game 😀

Jadilah kami ke gerai apple dan penuh orang dong. Sambil melihat-lihat, ternyata iPad sudah canggih sekali sekarang. Hampir tidak ada bedanya dengan komputer deh. Apalagi Riku sedang persiapan ujian masuk universitas, jadi perlu banyak belajar dan mencatat. Hampir setiap hari perlu ke bimbel juga. Daaan, dia juga bilang, “Ma, dulu aku kelas 6 SD dibelikan komputer tapi kan harganya cuma sepertiganya Kai yang sekarang”… Well, dia butuh dan akhirnya aku belikan dia iPad yang terbaru, yang memadai sehingga dia bisa pakai sampai lulus universitas. Kalau selama universitas dia mau ganti, silakan kerja sambilan untuk beli sendiri hehehe.

Setelah itu kami langsung pulang deh, tidak ada waktu lagi jalan-jalan. Kami pulang ke rumah dengan komputer dan iPad baru dan tentu saja begitu sampai rumah mereka langsung ke kamar masing-masing untuk set up peralatan baru mereka.

Atas: Si Bungsu belajar programming sama tante Titin. Bawah: Kalau bosan belajar di kamarnya, Riku sering turun dan belajar di meja makan bersama aku.

Daaaan, aku merasa kemewahan dalam sehari itu amat sangat tepat waktu. Karena kemudian Tokyo dinyatakan kondisi darurat dan kami semua harus belajar/bekerja dari rumah. Masing-masing sudah punya perangkat sendiri, sehingga tidak perlu bergantian pakai komputer mama/papa. Kondisi ini yang tidak dipunyai oleh banyak keluarga Jepang lain, sehingga tidak mungkin untuk belajar daring (online) untuk SD, SMP di Jepang. Jadi selama itu SD dan SMP TIDAK belajar online. Tugas dan PR diambil di sekolah, bahkan ada daerah yang gurunya antar ke rumah. SMA Riku swasta sehingga terus online, sampai bulan Juni, waktu sekolah dimulai kembali. Kai? Untuk SD/SMP nya Kai memang tidak ada kelas online, tapi sejak Februari Kai masuk bimbel, dan bimbel ini ONLINE seminggu 2 kali. Aku merasa beruntung sekali sempat memasukkan Kai ke bimbel itu. Karena tidak semua bimbel menyediakan pembelajaran daring. Memang semuanya sudah tepat pada waktunya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *