Aki Cari Daun TUA
Haiyah… biasanya Aki-aki kan cari daun muda ya 😀 Hush! Bukan Aki yang artinya kakek atuh! Kalau kakeknya bahasa Sunda, MUNGKIN memang sukanya mencari daun muda 😀
Bahasa Jepangnya musim gugur adalah AKI 秋. Musim yang paling saya sukai, tapi mau tidak mau membuat melankolis. Bagaikan hidup manusia, musim semi adalah masa-masa anak-anak sampai remaja, musim panas adalah masa bekerja dan menikmati hidup, musim gugur pensiun dan bertanya-tanya untuk apa lagi saya hidup, dan musim dingin adalah masa dimana manusia lanjut usia yang merasa dingin karena tidak ada perhatian lagi dari sekelilingnya. TAPI itulah hidup. Kita harus menghargai hidup, dan itu juga membuat saya lebih memilih “Musim Gugur” daripada “Musim Rontok”, meskipun banyak juga yang mengatakan demikian.
Ya…saya lebih memilih kata musim gugur untuk mewakili autumn daripada kata musim rontok. Gugur itu kesannya indah…. daun jatuh sesudah paripurna menjalankan tugasnya, sama seperti pahlawan yang gugur di medan perang. Si Daun dan Pahlawan sudah mengorbankan “Jiwa” nya bagi sekelilingnya. Daripada kata rontok, yang kesannya “sakit”. Kita pasti akan berkata, rambut saya rontok… bukan rambut saya gugur kan? Kesannya rontok itu menyebabkan sesuatu yang tidak bagus. Yang sakit.
OK kembali lagi ke si AKI 😀 Musim gugur di Jepang memang menyenangkan. Setelah berpanas-panas di musim panas, meskipun siang hari masih sering panas, pagi dan malam harinya udara kering dan sejuk. Begitu tonggeret atau cicadas berhenti cerewetnya, digantikan dengan rombongan capung-capung beterbangan. Sayup-sayup terdengar teriakan anak-anak yang undokai 運動会 atau teriakan mahasiswa menjual yakisoba 焼きそば yakitori 焼き鳥 jualannya di festival kampus 大学祭 Daigakusai. AKI sering dikatakan sebagai Supotsu no aki スポーツの秋 atau Bunka no Aki 文化の秋.
Seiring dengan menguningnya padi 稲 いねpanenan anggur 葡萄dan chestnut 栗 kalau kita mendongak ke awan, terlihat awan yang berbentuk macam-macam. Ada yang berombak-ombak, ada yang tipis-tipis dengan nama bermacam-macam. Ada hitsuji gumo 羊雲 (awan domba), urokogumo 鱗雲 (awan sisik), iwashigumo いわし雲 (awan ikan iwashi/ sardin) dan lain-lain. Sungguh menarik melihat awan-awan di musim gugur. Memang dinamakan seperti ini karena bentuknya mirip. Panen buah, panen berbagai jenis kinoko キノコ類 (jamur) dan hasil laut membuat julukan Shokuyoku no aki 食欲の秋 (musim NAFSU MAKAN!) itu tepat sekali ya. Mesti lihat timbangan badan sering-sering nih.
Karena pemandangan di musim gugur ini indah, banyak program wisata menawarkan MOMIJIGARI 紅葉狩り, mencari daun-daun yang berubah warna 紅葉 kouyou. Agak sulit menerjemahkan kata KOYO atau KOUYOU ini ke dalam bahasa Indonesia, karena memang di Indonesia tidak mengenal si AKI kan? Terpaksa menjelaskan sebagai “daun yang berubah warna kuning dan merah”. Puanjang deh 😀
Saya rasa sudah banyak teman yang mengetahui istilah -gari ~ がり
狩り karena sejak musim semi sudah ada Ichigo-gari いちご狩り memetik buah stroberi dan makan di tempat. Kesuksesan Ichigo gari membuat banyak perkebunan yang membuat paket-paket wisata dengan buah-buahan lain, seperti mikan (jeruk), cherry, apel, anggur dan lain-lain.
~gari ~狩り adalah kata bendanya dari 狩る yang artinya berburu, menangkap. Menangkap beruang, rubah, burung atau binatang liar lainnya karena mengganggu atau sebagai hobi. Soal setelah ditangkap itu dimakan atau tidak itu soal belakangan. Kalau Ichigogari meskipun bukan hama, memang hasil akhirnya dimakan ya? Nah kalau Momijigari 紅葉狩り, kan tidak ditangkap dan tidak dimakan ya? Jadi sebetulnya pemakaian kata ~gari ini untuk momiji agak berlebihan. Meskipun kita tahu “berburu momiji” itu lebih menekankan pada proses pencarian letak pemandangan itu di mana, dan melangkahkan kaki ke sana. Setelah sampai mungkin kita “menangkap” pemandangan itu dalam lensa kamera kita (so pasti lah). Jadi ~gari cocok-cocok saja kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “berburu” ya.
Yang saya heran-seheran-herannya, untuk menyelesaikan program S2 dulu sekali 😀 , saya harus mengambil mata kuliah pilihan. Dan saya memilih “Sejarah Pemikiran Eropa 西欧思想史“, sepertinya menarik, dan saya amat berharap kuliahnya akan memakai buku teks bahasa Inggris. Maklum sudah terlalu banyak baca bahasa Jepang (dan cukup kuno) sehingga eneg dan ingin baca alfabet dong. Tapi ternyata, kuliah itu diikuti oleh SATU orang! Hanya saya sendiri, dengan si dosen bapak tua (ya beneran AKI nih). Dan spesialisasi dia adalah MAJOGARI 魔女狩り haiyah! Majo = witches jadi BERBURU PENYIHIR WANITA! Haduh… mau batal ambil kuliah itu ngga enak. Mungkin karena saya pengajar juga, saya merasa kasihan kalau saya tidak ambil mata kuliahnya, berarti dosen itu tidak dapat gaji dong! Hahahaha (padahal sih mungkin dia suka-suka saja tidak usah mengajar gaijin satu ini! Dan dia kan gajian, bukan honorer seperti saya 😀 ) Terpaksa deh saya ambil kuliahnya satu semester, dan menghasilkan presentasi “Inisiasi masyarakat Bali” バリ社会の通過儀礼 (jangan tanya ya isinya apa saja, karena sudah lupa hahaha).
Dalam musim gugur tahun 2019 ini, saya cukup sibuk sehingga agak sulit membuat waktu untuk gari-gari, berburu musim gugur. Tapi masih bisa memburu garigarikun heheheh ガリガリ君 (Garigari kun adalah merek es loli yang cukup bervariasi rasanya, dan menjadi favorit anak-anak. Dan saya paling suka yang rasa buah pear)
(sebuah tulisan yang pernah diterbitkan untuk FB Group WIB-J (Wanita Indonesia Berkarya di Jepang) bulan Oktober 2018.