Dua puluh dua tahun

27 Sep

Tanggal 23 September 2014, hari libur di Jepang yaitu hari shubun no hi 秋分の日, hari autumn equinox. Equinox ada dua, pada spring (sekitar tgl 22-23 Maret) dan autum (22-23 September), dan oleh orang Jepang dinamakan Higan 彼岸. Pada hari ini biasanya orang Jepang pergi nyekar ke makam keluarga. Jadi kebiasaan nyekar di Jepang sudah pasti ada 2 kali setahun pada musim semi dan musim gugur. Kalau ditanya kapan orang Indonesia nyekar? Ya biasanya aku jawab, tergantung yang mau pergi, kapan saja, atau biasanya sebelum bulan Ramadhan dan syawal untuk umat Islam. Atau waktu ulang tahun orang yang telah meninggal itu, selama masih diingat oleh keluarganya.

Karena hari libur, dan kebetulan Gen bisa libur juga (biasanya tidak bisa libur), kami berjanji untuk pergi ke Yokohama, ke rumah mertua untuk kemudian bersama-sama ke makam keluarga. Tapi Gen ingin mampir dulu ke Universitas Tokyo (Todai)  karena ada pameran kupu-kupu Jepang di sana, dan hari itu merupakan hari terakhir. Gen memang menyukai kupu-kupu.

Jadilah kami pergi pukul 9:30 pagi, dengan harapan jalanan tidak macet. Karena biasanya pada hari libur, semua orang mau pergi bermobil kan? Untunglah jalanan menuju kampus Todai di Komaba (Inokashira Line) tidak begitu macet, sehingga kami bisa sampai pukul 10:30. Langit cerah biru dengan semburat awan khas musim gugur. Tidak banyak orang yang datang ke pameran itu. Mungkin hanya orang-orang yang “gila kupu-kupu” saja ya 😀 Tapi aku senang karena bisa jalan menghirup udara segar dan bisa jeprat-jepret sana sini. Sayang di dalam ruang pameran tidak boleh memotret.

Pameran ini gratis, dan sebetulnya sudah diselenggarakan lama. Kami saja yang baru sempat ke sini. Di sini dipamerkan 280-an jenis kupu-kupu asli Jepang yang sudah dikeringkan dan dimasukkan dalam frame! Tidak banyak memang jika dibandingkan dengan negara kita, tapi ada beberapa jenis yang diketahui bisa terbang sampai 2500km, karena ditemukan di Taiwan! Kami boleh membawa fotokopi daftar nama yang telah disediakan. Ada beberapa kupu-kupu yang pernah kami tangkap dan buat specimennya.

Karena kami berjanji untuk sampai di rumah mertua pukul 12, kami bergegas keluar tempat pameran kembali naik mobil. Kami menjemput ibu mertua lalu makan siang di Motosumiyoshi, di sebuah restoran yang merupakan langganan bapak dan ibu mertua. Sebetulnya restoran itu kecil, tapi memang masakannya enak dan murah! Seluruh daerah motosumiyoshi ini memang murah, sehingga pulangnya kami sempatkan membeli sayur dan buah-buahan di sini.

Tapi persis sebelum masuk ke tempat kami memarkirkan mobil, kami sempat mampir ke sebuah toko yang menjual minuman keras, Sakaya. Tokonya kecil tapi banyak menyediakan sake dari berbagai daerah, termasuk juga sake daerah yang sulit didapat. Aku memang suka minum sake Jepang, tapi hanya yang  bermutu. Sake bermutu biasanya tidak memabukkan. Sake itu terbuat dari beras, sehingga biasanya sake yang enak itu dari daerah penghasil beras yang enak. Dan biasanya di daerah yang musim dinginnya ekstrim, seperti Niigata. Air di daerah ini juga enak, sehingga baik untuk campuran dalam pembuatan sake. Aku memang pernah berkeinginan menjadi sommelier khusus sake Jepang (biasanya sommelier adalah pencicip wine yang mengetahui rasa wine yang cocok untuk makanan tertentu). Karena hari itu merupakan ulang tahun ke 22 kedatanganku di Jepang (Aku datang pertama kali di Jepang tanggal 23 September 1992), maka Gen menghadiahkanku buku referensi untuk mengetahui sake Jepang.

Sekitar pukul 4 sore kami mengunjungi makam keluarga, memberi air pada nisan, membakar hio dan berdoa. Dan sepertinya sudah menjadi kebiasaan keluarga kami untuk mampir ke sebuah rumah tradisional, Yokomizo Yashiki yang terletak di dekat kuil dan terbuka untuk umum (dan gratis). Di situ kami bisa merasakan suasana Jepang pada setiap musim. Musim gugur merupakan musim untuk panen padi, sehingga kami bisa melihat sawah di depan rumah itu yang mulai menguning. Aku selalu senang mampir ke situ, untuk menyenangkan hati dengan kedamaian yang terpancar dari suasana dan tetumbuhan di sekitar rumah itu.

 

 

7 Replies to “Dua puluh dua tahun

  1. Asik juga ya dikasih libur pas autumn equinox. Hehe. Udh mulai dingin mbak disana?

    Wah udh 22th ya mbak di Jepang… 🙂

    Btw saya belum pernah minum sake. Kapan kapan jadi pengen nyoba. 🙂

  2. sekian lama di Jepang…., semakin paham budayanya ya mbak..
    sudah pernah cerita pembuatn sake ? jadi pengen tahu bagaimana bikin sake yang nggak memabukkan.., apa rasa alkoholnya sudah hilang?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *