Omoide (Kenangan)

15 Mar

Kemarin siang aku pergi ke TK nya Kai untuk mengikuti “bebersih dan pertemuan orang tua murid” 大掃除・父母会 oosoji dan fubokai yang terakhir kalinya. Bebersih besar biasanya dilakukan sebelum libur musim panas, libur musim dingin dan kenaikan kelas. Tapi untuk Kai, dia akan lulus dari TK ini, sehingga ini merupakan bebersih yang terakhir. Aku pergi sendiri naik sepeda, sementara Kai tunggu di rumah. Dia tidak mau pergi ke TK dan bermain di sana sambil menunggu aku rapat. Dia lebih suka di rumah nonton sendiri. Dia bilang, “Aku sudah gede, sudah bisa sendiri. kan sudah mau kelas 1 SD. Mama pergi aja!”

Sesampai di kelas, seperti biasa masing-masing mengambil lap yang tersedia dan membersihkan apa saja yang ada di dekatnya. Kali ini aku mengelap jendela dan pintu kaca, berdua dengan teman yang mengelap dulu dengan lap basah, sedangkan aku mengelap dengan lap kering. Aku lebih banyak diam, dan sempat merasa sedih juga, ibu Cantik pemilik resto steak yang akrab denganku itu tidak datang.

Sebelum membersihkan aku sempat bertemu dengan gurunya Kai, Haruka Sensei yang cantik itu, lalu aku minta maaf. Karena kamis kemarin aku memboloskan Kai tanpa memberitahu lagi kepada senseinya. Baru kemarin (jumat)nya aku memaksa Kai untuk ke sekolah, hari terakhir.

“Oh tidak apa-apa” kata sensei…

“Ya, sebetulnya dia tidak mau ke sekolah lagi. Tapi saya paksa untuk terakhir Jumat ini harus sekolah. Penyebabnya karena waktu hari Selasa kemarin waktu saya paksa dia pergi, Kai dicakar oleh M-kun. Jadi dia sudah tidak mau sekolah lagi”

“Hmmm pantas tadi pagi dia semangat sekolah. Saya juga musti melaporkan pada ibu, bahwa tadi Kai sempat menangis. Rupanya waktu Kai masuk kelas, M-kun memukul dia. Kai menahan diri dan lapor ke saya. Tapi M-kun tetap memukul Kai, dan akhirnya Kai membalas. Akhirnya Kai menangis. Saya panggil mereka berdua dan menjelaskan pada M-kun bahwa dia telah menyakiti Kai. ”

“Wah saya tidak tahu bahwa Kai menangis hari ini. Tadi dia tidak berkata apa-apa. Mungkin karena sudah terakhir ya? Saya sih kasihan saja pada M-kun. Nanti dia SD bagaimana ya? Sulit sepertinya untuk menjelaskan padanya soal pertemanan ya…”

“Ya saya juga sudah sering berbicara pada ibunya. Sampai kepala sekolah juga sudah berbicara. Tugas saya hanya sampai TK saja, setelah itu ya saya tidak bisa berkata apa-apa lagi….”

“Saya sangat mengerti posisi sensei yang sulit mengatasi soal M-kun ini. Untung saja kejadian ini sudah tinggal beberapa hari lagi sekolah. Seandainya awal-awal tahun sudah begini, saya juga bingung bagaimana harus membujuk Kai untuk ke sekolah”

“Saya sebetulnya tidak ingin murid-murid membawa kenangan yang menyakitkan di TK. Tapi ya sulit juga ya”

Omoide atau kenangan… memang banyak yang telah dilakukan selama Kai 3 tahun di TK itu. Dan aku sih yakin, Kai tidak hanya akan mengingat soal M-kun saja, karena masih banyak kenangan lain yang lebih bagus, lebih menyenangkan yang telah dilakukan bersama. Seperti tadi pagi aku bertanya pada Kai, hal apa yang paling menyenangkan, ternyata dia bisa menjawab soal menang pertandingan bola. Tapi dia juga berkata, “Aku paling benci M-kun”. 🙁

Mou sugu ichinensei (Sebentar lagi kelas satu SD)

Setelah acara bebersih, kami ibu-ibu duduk melingkar dan mendengarkan pengumuman dari Haruka Sensei mengenai dua hari yaitu Senin dan Selasa, saat perta perpisahan (shaonkai 謝恩会) dan upacara wisuda (sotsuenshiki 卒園式). Lalu setelah itu Haruka sensei mengharapkan sepatah kata dari masing-masing orang tua murid mengenai anaknya. Setiap kenaikan kelas memang ada acara ini, dan aku tahu…. ibu-ibu pasti akan menangis apalagi kali ini bukan naik kelas, tapi lulus TK. Sayangnya, biasanya aku mendapat giliran awal-awal sehingga selalu bisa bicara dengan jernih, tanpa emosi. Tapi kali ini aku mendapat giliran kedua terakhir, sehingga sudah mendengarkan banyak “sambutan” ibu-ibu yang dibarengi air mata. Oh bisa mengerti sekali bagaimana terharunya mereka, karena memang kelas kami ini cukup akrab. Sering mengadakan acara bermain bersama, makan bersama bahkan minum-minum bersama. Tapi sayangnya aku tidak bisa ikut. Selalu.

“Pertama-tama saya ucapkan terima kasih untuk Haruka sensei yang sudah mengajar anak saya selama satu tahun. Tiga tahun berada di TK ini, rasanya lama, tapi juga sebentar. Sejak Otanoshimikai, saya sibuk sekali sehingga tidak pernah bisa mengikuti acara-acara bersama seperti Natalan. Saya merasa egois karena saya sibuk, Kai terpaksa juga tidak bermain dengan teman-temannya. Tapi itu juga yang membuat Kai menjadi cepat dewasa sehingga hari ini dia bisa tunggu di rumah sendiri. Bisa apa-apa sendiri, bahkan mengambil nasi dan lauk, lalu makan sendiri jika lapar.
Tepat dua minggu yang lalu, saya hanya punya 3 set baju TK untuk Kai, dan semuanya sudah bolong-bolong. Dan sudah kekecilan. Saya pikir saya harus beli baru, tapi saat itu saya teringat bahwa waktu sekolah hanya tinggal 2 minggu saja. Dan saya merasa sedih karena setelah 2 minggu harus membuang baju-baju seragam ini.
Untuk saya, karena Kai anak bungsu, ini merupakan “kelulusan” saya sebagai ibu anak TK. Selama tiga tahun Kai dan dua tahun kakaknya bersekolah di sini, saya tahu sekolah ini memiliki guru-guru yang baik, kurikulum dan kegiatan yang baik. Sampaikan terima kasih saya juga pada kepala sekolah, karena saya mungkin tidak ada kesempatan untuk menyampaikannya. Saya senang dan bangga bisa menyekolahkan Kai dan Riku kakaknya di sekolah ini. Dan saya yakin kenangan di TK tak akan terlupakan…. Terima kasih ibu-ibu sudah mau berteman dengan saya.”

Ah, Haruka sensei yang memang sudah menangis setiap melihat ibu-ibu menangis, tambah menangis… ntah karena “pidato”ku atau juga karena dia merasa tidak bisa menyelesaikan masalah Kai dan M-kun. Karena sesungguhnya setelah aku, giliran yang terakhir adalah ibunya M-kun. Ya aku duduk di sebelahnya ibunya M-kun. Dan ibunya M-kun hampir tidak bisa berkata apa-apa karena tepat saat itu anak-anak kembali dari halaman sekolah, masuk ke sekolah dan ribut. Kelihatan juga memang ibunya M-kun menyendiri dan tidak bisa berbicara dengan ibu-ibu yang lain. Aku melihat dengan mata kepala sendiri, M-kun memukul murid perempuan yang berdiri di depannya, dan murid itu memang membalas. Ibu M-kun sampai harus memeluk dan menangkap anaknya supaya tidak memukul anak perempuan itu terus. Bukti bahwa M-kun tidak hanya memukul Kai, tapi juga semua anak. Dia tidak bisa mengontrol dirinya sendiri (karena ADHD). Dan ahhhh melihat begitu aku makin merasa kasihan pada ibunya, dan M-kun. Semoga M-kun bisa berubah di SD, atau perlu dibawa ke dokter khusus untuk mengurangi sifat-sifat jeleknya. Dan, jeleknya, aku bersyukur bahwa M-kun tidak bersekolah di tempat yang sama dengan Kai, karena rayonnya berbeda.

Aku cepat-cepat pulang sekitar pukul 3:30, setelah keluar rumah 1, 5 jam. sambil membawa album Omoide, album kenangan berisi karya-karya Kai selama setahun yang telah dimasukkan binder oleh gurunya. Bersama kotak peralatan berisi pensil/crayon/spidol warna, lem, gunting dll. Dan sesampai di rumah Kai melaporkan,
“Mama tadi ada orang ngebel, rupanya bawa paket dari Amazon”
“Loh kok, kamu kenapa jawab (lewat aiphone)”
“Tapi aku bilang kok, mama tidak ada, saya tidak bisa buka pintu”
“Aduh Kai pinter ya…. tapi lain kali JANGAN angkat aiphonenya. Kalau orang jahat dan tahu kamu sendiri di dalam, dia bisa buka paksa pintunya. Jadi kalau ada yang bel, diam saja pura-pura tidak ada orang. Toh mama dan kakak punya kunci sendiri untuk masuk”
“Iya ma… maaf…..”

“Omoide” Kai = Menang dalam permainan DodgeBall

Tinggal dua hari, untuk pesta perpisahan dan upacara wisuda di TK, dan Kai pun menjadi anak “gede” menjadi anak “kelas satu yang bercahaya ピカピカの一年生(pika-pika no ichinensei)

9 Replies to “Omoide (Kenangan)

  1. kasihan juga M-kun. siapa ya yang mau diajak berteman dengan dia kalau dia suka mukul begitu? kasihan. mungkin ada yang mau berteman, tapi takut ya? barangkali sebaiknya perlu dibawa ke dokter. kalau ditindaklanjuti lebih awal, mungkin akan lebih baik.

  2. Ada tiga hal EM …
    1. Tentang M Kun
    Saya sepakat dengan kamu. Bahwa semoga saja dengan semakin besarnya dia. Bisa semakin membaik dan bisa bersosialisasi dengan baik …

    2. Kai …
    Saya juga berharap … Kai tidak trauma ya EM. Karena yang saya takutkan Kai jadi tidak bersemangat ke sekolah. Semoga nanti di SD ada banyak hal yang bisa membuat dia bergairah ke sekolah …

    3. Home Alone …
    Saya salut sama kamu … dan juga Kai … Kai bisa tunggu rumah dengan berani.
    Bahkan sempat menjawab panggilan dari intercom. Iya ya … takutnya ada pihak yang tidak bertanggung jawab yang masuk secara paksa … Semoga tidak ada yang seperti ini … Tapi saya percaya hal ini sudah diantisipasi oleh otoritas setempat

    Salam saya EM
    (15/3 : 2)

  3. di bagian awal saya merasa agak tidak suka pada M Kun ini karena kok suka mukul ya.. tapi setelah membaca lebih jauh..ya bener juga ya..kasihan anak itu. Semoga dia bisa mengontrol diri dan emosinya dengan lebih baik. Dan juga semoga ibunya M-Kun bisa tabah dan sabar mendidik anaknya..

  4. aduh pasti lah pada sedih dan terharu ya mbak, apalagi gurunya… kebayang dah pas lagi pada sharing gitu pasti pada sedih… 🙂

    kasian emang m-kun ya… mungkin ntar bakal diarahkan ke sekolah yang emang untuk anak special needs kali ya mbak…

    kai pinter dah, udah ngerti kalo ada orang asing gak boleh dibuka pintu ya… 🙂

  5. Omoide, malah keingetnya omiyage.

    Senangnya yang mau masuk SD. Pasti Kai sudah tidak sabar tuh ya berangkat ke SD.

    Memori manusia memang kadang tidak terkendali. Kita tidak bisa memilih ingatan yang layak diingat sepanjang masa mana yang tidak. Saya juga punya ingatan semasa saya TK. Ada ingatan yang bagus, ada juga ingatan yang tidak menyenangkan. Yah, semoga saja si Kai tidak jadi trauma.

    Iya, kasihan ya ibunya M-kun. Bebannya pasti berat sekali.

  6. Salut dengan rapor nyata berupa karya Kai yang dibinder oleh gurunya.
    Kerja sama yang sangat erat antara orang tua siswa dan sekolah terekam jelas dari postingan ini.
    Salam

Tinggalkan Balasan ke Lidya Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *