Jangan Andalkan Ingatanmu Saja!

11 Des

Karena pengalaman hidup itu terlalu banyak untuk dipadatkan dalam sel-sel kelabu di kepalamu!

Senin lalu aku dan Kai pergi makan siang dengan dua pastor. Pastor yang satu memang pastor yang sedang bertugas di Tokyo, tepatnya di gereja Kichijouji, tempatku terdaftar dan biasa pergi setiap minggu. Tapi kami bertiga menemui seorang pastor dari Jakarta, Pastor Sylvester yang sedang berkunjung ke Jepang. Pastor Syl ini dulu pernah bertugas di Tokyo, saat aku baru menikah dengan Gen dan belum melahirkan Riku. Pastor Syl, Pastor Ardy, aku dan Kai menikmati 2 jam bersama di sebuah restoran merangkap nomiya (tempat minum-minum) yang buka 24 jam. Aku sudah 3 kali makan di restoran ini, dan menurutku pelayanannya cukup ramah dan tidak sungkan juga mengajak anak kecil masuk ke situ (biasanya kami tidak mengajak anak-anak masuk nomiya).

Pastor Ardy, pastor Sylvester, saya dan Kai Senin 9 Desember 2013

Mengejar ketinggalan tidak bertemu 10 tahun, kami bercakap-cakap tentang gereja, orang-orang sekitar kami dan yang pernah berinteraksi dengan kami. Dengan bercakap-cakap begitu, kenangan mulai teringat kembali bahkan aku masih ingat pernah merayakan ulang tahun bersama pastor Syl di rumah kami…. tapi kapan itu ya tepatnya? Sayangnya waktu itu aku belum menulis blog, sehingga tidak punya catatan yang lengkap.

Nah, untuk mencari catatan itu aku mencari foto-foto saat itu. Tapi sepuluh tahun yang lalu aku belum punya camera digital, sehingga harus mencari foto-foto dari sekian banyak album. Dan ketemu! Ini adalah penampakan dari foto-foto jaman beheula itu. Terlihat aku dan pastor Syl masih “kecil” 😀

Pastor Bambang, Gen, aku dan pastor Sylvester di rumahku, 14 Januari 2002

Dan dari album itu kudapat data, bahwa foto itu diambil pada tanggal 14 Januari 2002! Sebelas tahun! Nah kan! Terbukti bahwa ingatan kita aku tidak bisa menyimpan data-data sampai sedetil itu.

Dan sambil mencari foto-foto sebelas tahun yang lalu itu, aku juga sempat ketemu foto-foto bersama adik perempuanku bahkan lebih lama dari 11 tahun karena waktu itu aku belum menikah dengan Gen. Dan ternyata kami bertiga, aku adikku dan Gen sudah pernah ke Matsumoto Castle! Dan kalau dilihat dari pohon-pohon yang menguning, waktunya pada musim gugur juga. Kami ke sana naik kereta tapi hebat juga tanpa menginap bisa pergi ke beberapa tempat di Matsumoto. Dan aku hanya ingat memang kami perha pergi ke Matsumoto Castle tapi kusangka tidak masuk ke dalamnya 😀

Matsumoto Castle lebih dari 15 tahun yang lalu

Foto itu selain menggambarkan wajah-wajah kami yang masih muda, juga sempat merekam bahwa aku bisa mendaki kastil itu dengan cukup ringan, jika dibandingkan dengan waktu aku ke sana beberapa minggu yang lalu. Well… faktor u deh.

Dan ternyata selain kami juga sudah mengunjungi Sekolah Tua Kyukaichi gakkou, kami juga sempat pergi ke Museum Ukiyoe yang terletak di Matsumoto.

Kyukaichi gakkou dan Museum Ukiyoe

Jadi terbukti kan pentingnya menulis BLOG dan memotret untuk membantu kita kelak menggali kenangan-kenangan yang pernah kita alami.

Yuk ngeblog yuuk….

Masterpiece dari SD

5 Des

Masterpiece = Adikarya, menurut KBBI adi·kar·ya n karya yg dihasilkan dng kemampuan yg luar biasa; karya agung: Candi Borobudur termasuk — nenek moyang bangsa Indonesia Dan tentu karya-karya seni seorang murid SD tidaklah bisa disebut sebagai adikarya bagi umum, tapi aku merasa karya mereka sebagai adikarya. Hatiku begitu bangga dan bahagia melihat pemandangan seperti ini di aula sekolah SD Riku hari Sabtu kemarin sesudah acara pentas seninya Kai.

ruang pameran SD nya Riku

Setiap murid membuat prakarya yang ditampilkan per kelas, dari kelas satu sampai 6. Dari prakarya yang mudah sampai semakin sulit. Bayangkan di kelas 6 diajarkan lukisan dengan sumi (tinta hitam) . Tentu aku langsung menuju ke kelas 5 untuk melihat hasil seni anakku. Tapi kelas 5 itu berada di sebelah kiri panggung, jadi otomatis aku melihat panggung dulu dong. Dan di panggung terlihat sebuah karya seni yang diberi judul : Hikari no Kabe 光の壁 (Dinding Cahaya). Merupakan sebuah dinding yang terbuat dari kotak-kotak styrofoam yang “dipahat” dan membentuk lukisan 3 dimensi. Memotong styrofoam itu cukup sulit, apalagi membuat bentuk-bentuk yang diinginkan, dan Riku menggambarkan perburuan jaman purba.

Hikari no Kabe – Dinding Cahaya

Dinding yang memenuhi satu panggung itu mempunyai impact yang begitu besar, sehingga rasanya ingin berlutut di depan itu dan mendengarkan lagu healing. Tapi tentu tidak bisa karena kami belum makan siang padahal sudah mendekati jam 1, kami harus makan siang…segera (macam betina bisa ngambuk kalau tidak diberi makan hehehe). Jadi aku kemudian melihat karya Riku yang lainnya yang berada di bagian kelas 5 yaitu sebuah lukisan hitam putih dengan cara memotong dua kertas hitam dan putih.

Hitam Putih

Kelas lain yang kurasa bagus adalah kelas 4 yang membuat model es krim dengan memakai slime dan kelas 3 yang menampilkan lukisan dinosaurus seperti relief. Terlihat betapa guru-guru di SD ini mengajarkan kesenian dengan serius dan bermacam usaha dilakukan untuk membuat pameran itu terlihat bagus.

relief dan model es krim… tuh Kai jadi kepengen 😀

Salah satunya yang begitu mempesona yang kami temukan sebelum pulang adalah pameran karya kelas 3 yang berjudul Lamp Shade. Karena letaknya di sebuah ruangan kecil di aula jadi kami tidak menyangka bahwa itu adalah bagian dari pameran. Untung kami sempat melongok dan menemukan deretan lampu-lampu yang terbuat dari kotak susu yang dibalut dengan gips untuk membuat bentuk. Lalu di dalamnya diberi lampu 4 warna dengan rotor yang bisa berputar. Ruangan ditutup dengan kain hitam sehingga membuat sebuah ruangan yang hanya diterangi dua puluhan lampu warna warni. KEREN!

Lamp Shades

Secara keseluruhan pameran kesenian anak-anak SD ini membuat aku terharu…. anak-anak ini dilatih untuk berkreasi dan membuat seni yang tidak melulu menggambar saja, tapi juga diperkenalkan dengan beragam medium. Sehingga mereka menyadari bahwa seni itu tanpa batas!

Oh ya sebelum kami pulang, kami juga mampir ke ruang aula kecil untuk melihat hasil jahitan kelas 5 dalam pelajaran PKK. Riku membuat sebuah tas berukuran A4 dari kain hitam dan diberi aplikasi sesukanya 😀 Khas laki-laki deh. Ngga tau apa dia mau pakai tas itu nantinya hehehe. Dan nanti kelas 6 tugasnya membuat celemek. Inilah hasil latihan Riku dengan mesin jahit baru kami.

tas hasil jahitannya Riku

Pameran kesenian seperti ini dilakukan 2 tahun sekali, bergantian dengan pertunjukan seni. Jadi aku baru bisa melihat pameran kesenian ini nanti dua tahun lagi, waktu Riku sudah lulus dan Kai kelas 2 SD.

Tarian Macho: Yosakoi

4 Des

Hari Sabtu yang lalu, TK nya Kai mengadakan pentas seni, yang dinamakan Otanoshimikai. Kegiatan ini merupakan kegiatan tahunan yang diadakan pada bulan Desember. Dan tahun ini merupakan pentas seni terakhir untuk Kai karena April nanti dia akan masuk SD. Jadi waktu hari Kamis lalu dia demam, aku panik! Panik pertama karena Jumatnya aku harus mengajar dan tidak bisa minta bolos lagi (sudah pernah satu kali bolos karena Kai sakit juga) dan yang kedua, karena Sabtunya Kai harus sedapat mungkin ikut acara. Dan untunglah Gen2..bisa ambil cuti dan membawa Kai ke RS hari Jumat lalu.

Meskipun masih batuk, Kai tidak demam waktu aku bawa dia ke TK pukul 9:15. Aku harus berada di TK jam 9:45 karena aku menjadi pembantu panggung kelasnya Kai. Kerjanya ya mengganti baju anak-anak dengan kostum sebelum dan menggantinya kembali dengan baju seragam setelah pentas. Aku bertanggung jawab untuk kelompok tari “Yosakoi” yang beranggotakan 7 anak lelaki termasuk Kai. Dan mereka ini tampil pertama dari kelas Yuri (Bunga Bakung) . Tari Yosakoi ini menggambarkan suasana festival dengan gerakan-gerakan yang cukup aktif.

kelas Kai

Padahal sebetulnya hari Sabtu itu ada kegiatan Open School nya SD nya Riku yang hanya berbeda 1 blok saja. Dan kegiatan SD ini seharian (sampai jam 3 sore) jadi aku bagi tugas dan waktu dengan Gen. Kami bertiga berangkat bersama (Riku sudah duluan) dan Gen pergi ke SD sampai kira-kira pukul 11 baru datang ke TK untuk menonton pertunjukannya Kai.

Jadi mulai 9:45 aku mengurus ganti kostum anak-anak ini. Haduh, namanya juga anak laki, ngga bisa diam deh! Lari ke sana kemari. Tapi waktu memakaikan kostum itu masih ada orang tua mereka sehingga mereka masih “takut”. Dan sebetulnya kostum mereka juga tidak sulit-sulit amat. Hanya pakai blus hitam yang digulung lengannya, lalu pakai obi/ikat pinggang yang mesti dipakaikan peniti dan ikat kepala, gelang serta mereka membawa naruko yaitu semacam krecekan yang terbuat dari kayu.

Kai sesudah manggung :D/ Lihat Naruko yang dipegangnya

Aku cuma bisa lihat pertunjukannya Kai saja, jadi sesudah mengantar kelompoknya Kai ke belakang panggung, cepat-cepat nyelinap ke dalam aula. Gen sudah di sana dan memang dia yang pegang kamera. Aku hanya berbekal iPhone deh. Tapi kulihat dia ambil video saja. Jadi aku usahakan untuk mengambil foto. Padahal sebetulnya kami tidak usah memotret juga sih. Karena pada hari ini (tadi pagi) diadakan sesion pemotretan khusus dengan kostum panggungnya. Tapi memang lain ya, memotret waktu anak-anak sedang menari itu merupakan “tugas” orang tua 😀

belakang panggung 😀

Untung saja aku lihat Kai tidak melakukan kesalahan fatal dan terus bergoyang. Bangga deh kalau melihat kedua anakku menari. Soalnya aku tidak bisa (dan tidak pernah mau) selama sekolah dari SD sampai SMA. Cuma waktu TK saja pernah menari hula-hula 😀

Setelah menari sekian menit, begitu lagu selesai, aku berlari ke belakang panggung untuk menjemput anak-anak ini dan menggiring ke kelas. Setelah itu mengganti baju mereka dengan penuh perjuangan! Haduuuuh deh pantesan aku sering mendapat laporan dari Kai bahwa si X, Y, Z sering pecicilan :D. Untung acara kelas Yuri juga yang terakhir dalam sesi pagi (ada sesi siang mulai jam 1) sehingga setelah berganti baju, mereka mendapat hadiah dari gurunya kemudian bisa pulang bersama sekitar pukul 11:50. Masih ada waktu untuk mengintip kelas sciencenya Riku.

Kai di panggung

Tiga tahun untuk Kai, dan kalau termasuk Riku menjadi 5 tahun aku telah menonton acara Otanoshimikai ini. Selalu kagum dengan energi guru-guru TK yang masih muda ini untuk melatih dan mempersiapkan kostum. Kami sama sekali tidak perlu membawa atau membeli baju baru. Selalu memakai kostum yang ada di TK dengan paduan yang berbeda-beda. Paling-paling kami hanya menyediakan blus hitam atau kaus kaki. Tanpa biaya yang memberatkan orang tua. belum lagi seluruh guru dikerahkan untuk membantu dan sibuk di belakang panggung. Ada yang bertugas di latar belakang panggung dengan background buatan yang cocok untuk tarian dan semua dikerjakan dengan tangan! Tidak ada motor atau engkol untuk membuka dan menutup tirai panggung. Tradisional deh. Tidak ada mewah-mewah tapi selalu berkesan. Dan tentu saja NO MAKE UP! (kecuali gel rambut untuk membuat rambut Beckham hehehe) Aku senang melihat wajah polos anak-anak yang manggung tanpa make up, yang kalau di Indonesia seperti celepuk 😀 Itu manusia apa ondel-ondel sih? 😀

Tahun depan sudah tidak ada acara manggung begini, tapi di SD ada eksibisi untuk acara sport, sehingga bukan tarian tapi lebih mendekati senam. Nah aku sendiri waku-waku menantikan Kai sebagai anak SD, meskipun rasanya sedih melihat dia semakin dewasa.

Kata Populer 2013

3 Des

Setiap tahun di bulan Desember, tepatnya tanggal 2 Desember, perusahaan U-Can (penyedia pendidikan luar sekolah melalui korespondensi)  dan Buku Pengetahuan Dasar Bahasa Populer (現代用語の基礎知識) Gendaiyougo no Kiso chishiki memilih kata populer atau 流行語 Ryuukougo di Jepang selama satu tahun yang akan berlalu. Pengumuman Kata Populer tahunan ini sudah yang 30 kalinya.

PM2.5 NISA(ニーサ)
母さん助けて詐欺 弾丸登山
美文字 DJポリス
ななつ星 パズドラ
ビッグデータ SNEP(スネップ)
ヘイトスピーチ さとり世代
ダークツーリズム ご当地電力
ご当地キャラ こじらせ女子
富士山 日傘男子
バカッター 激おこぷんぷん丸
困り顔メイク 涙袋メイク
倍返し 今でしょ
ダイオウイカ じぇじぇじぇ
あまロス ビッグダディ
ハダカの美奈子 ふなっしー
フライングゲット マイナンバー
NSC アベノミクス
3本の矢 集団的自衛権
特定秘密 汚染水
ブラック企業 限定正社員
追い出し部屋 ナチスの手口に学んだら
ネット選挙 アホノミクス
引いたら負け 二刀流
スポーツの底力 シライ
お・も・て・な・し コントロールされている

Dari 50 calon kata, dipilih melalui pilihan warga serta panitia. Dari 50 kata itu dipilih 10 ranking dan kemarin diumumkan pemenangnya ada 4, padahal biasanya hanya satu saja. Rupanya panitia memang sulit menentukan siapa atau kata apa yang pantas menjadi pemenang.

Empat kata itu adalah : “Je je je” 「じぇじぇじぇ」yang dipopulerkan oleh Nonen Rena pada drama seri NHK : Amachan. Katanya kata ini dipakai untuk menyatakan keterkejutan. Kemudian kata “Ima desho” 「今でしょ!」(arti : Sekarang dong) yang dipopulerkan seorang guru bimbel bernama Hayashi Osamu. Kata “Bai kaeshi”「倍返し」 (arti : Balas berlipat ganda) amat sangat tidak kristiani ya hehehe, kata ini terdapat dalam drama seri TBS. Dan yang terakhir adalah kata “O-mo-te-na-shi” 「お・も・て・な・し」 yang dibawakan oleh Takigawa Christel, seorang free announcer dalam presentasi panitia pemilihan Tokyo sebagai pelaksana Olimpiade 2020. Omotenashi ini artinya hospitality (sifat melayanani)

4 penutur kata populer 2013

 

Kalau di Indonesia kata populer tahun 2013 apa ya? 😀

Takato Castle

1 Des

Akhirnya kesampaian juga niat kami untuk mengunjungi Takato castle setelah dari Matsumoto Castle dan menginap di Komagane. Sebetulnya kastil ini sangat indah pada musim semi, saat sakura mekar. Sehingga tidak heran Takato Castle dipilih sebagai salah satu dari 100Tempat Sakura terkenal di Jepang.

Tapi ternyata bukan hanya sakura saja yang indah di sana. Bayangkan begitu sampai di pelataran parkirnya saja kita sudah harus menahan nafas melihat pemandangan di depan mata. Pegunungan bersalju membentang di kejauhan dan deretan pohon yang berubah warna menjadi tempat yang bagus untuk berfoto. Karena kami sampai di lapangan parkir itu kurang dari jam 10, masih belum banyak pengunjung yang datang, sehingga kami bisa membawa mobil sampai di ujung lapangan dan mengakali menaruh kamera di wiper supaya bisa mengambil foto kami sekeluarga.

lapangan parkir aja bagus 😀

Setelah puas berfoto dengan latar pegunungan, kami memarkirkan mobil dengan benar, dan berjalan menuju ke arah Takato Castle. Namun sebelum ke kompleks castlenya, kami mampir dulu ke Shintokukan, 進徳館 sebuah hanko atas sekolah domain Takato. Bangunan ini ditetapkan pemerintah Jepang menjadi bangunan bersejarah tahun 1973. Untuk masuk ke situ memang gratis, dan bangunannya juga tidak besar.

Tak lama kami berada di sekolah Shintokukan itu dan langsung berjalan menuju kompleks Takato Castle. Tapi mana castlenya? Ternyata castlenya sendiri sudah tidak ada. Yang tertinggal hanya jembatan kayu, yang konon akan dipenuhi bunga sakura pada musim semi. Melewati jembatan itu ada taman yang di bagian ujungnya berdiri jinja kecil.

Bekas situs Takato Castle

dari situ kami berjalan menuju ke museum sejarah yang terletak terpisah dari kompleks istana. Melewati beberapa batu tulis dan monumen, kami masih bisa mendapatkan pohon-pohon yang berwarna merah oranye khas musim gugur.

menikmati warna musim gugur

 

Sementara aku menunggu di taman castle itu, Riku, Gen dan Kai pergi ke museum sejarah untuk minta cap pada buku 100Castle. Sebetulnya aku juga mau mengejar mereka tapi malah salah masuk ke arah museum seninya. Akhirnya aku kembali lagi masuk kompleks castle dan menunggu di bangku taman.

Kompleks Takato castle ini tidaklah besar, tapi karena musimnya pas bagus, terasa indah. Akhirnya kami kembali ke lapangan parkir untuk bergegas kembali ke kota Ina untuk pergi ke Kami Ina Nougyou Koukou, SMA pertanian kota Ina. Loh kenapa ke sana?

SMA Pertanian kota Ina

Jadi sebelum pergi ke Takato Castle kami sempat mampir ke konbini untuk membeli onigiri. Dan disitu ada poster yang memuat bahwa hari itu mulai pukul 10:30 sampai 12:30 akan ada pameran dan kegiatan yang diadakan oleh murid SMA pertanian itu. Antara lain memerah sapi, memperkirakan berat sapi dan lain-lain. Riku ingin sekali ke sana, dan papa Gen juga. Jadilah kami pergi ke tempat pelaksanaan festival SMA Pertanian itu. Sementara Gen dan anak-anak turun mengikuti acara, aku menunggu di dalam mobil karena ada satu kerjaan kecil yang harus aku kerjakan dan kirim hari itu juga. Lagipula aku sudah sering melihat kegiatan seperti itu, sehingga cukuplah melihat dari jauh. Ternyata Riku berhasil mendapatkan sebuah TShirt karena dia tepat menebak berat seekor anak sapi yaitu 50 kg!

Tadinya kupikir acara SMA itu menyediakan  stand-stand makanan. Entah kenapa hari itu aku ingin sekali makan daging! Yakiniku atau steak deh hehehe. Ah, ternyata di acara itu sama sekali tidak ada makanan, sehingga kami terpaksa mencari restoran sebelum masuk Tol untuk pulang. Karena tidak ada yang menjual daging, akhirnya kami masuk ke sebuah restoran Soba. Memang daerah Shinshu (Nagano) terkenal dengan sobanya. Tapi rek mahalnya hehehe.

soba dan desertnya es krim 3 rasa

Perjalanan pulang mulai jam 2 terasa lama sekali karena kami sempat mampir di Kofu yaitu di Takeda Jinja (abad 16) dan Kofu Castle (abad 17). Memang kami sudah pernah pergi ke Takeda Jinja, tapi waktu itu kami belum punya buku kumpulan Cap 100Castle. Jadi kami ingin mengejar cap tersebut, mumpung dekat. Di kedua tempat inipun aku tidak turun karena masih mengerjakan terjemahan. Untung pekerjaanku itu akhirnya bisa terkirim pukul 5 sore. Tapi perjalanan kami sampai rumah masih jauh dan macet….. Kami baru sampai di rumah jam 9 malam, dan dalam waktu 20 menit aku langsung membuat makan malam (untung ada nasi) deh.

Di Kofu : Takeda Jinja dan Kofu Castle

Perjalanan dua hari menghasilkan 4 cap castle, yaitu Matsumoto Castle, Takato Castle, Takeda Jinja dan Kofu Castle. Perjalanan mengumpulkan sampai 100 castle itu masih jauh dan lama (dan mahal hehe)