8 Besar dari Nerima (2013)

31 Des

Setiap akhir tahun, dimulai pada tahun 2010, aku menuliskan “8 besar dari Nerima”. Sebuah laporan tahunan yang memuat kemajuan, perubahan, prestasi, peristiwa dalam keluarga yang patut dicatat dalam kilas balik. Sebenarnya ini merupakan kebiasaan Gen (dan adiknya Taku) yang mengikuti kebiasaan Jepang memilih 10 “berita besar” dalam keluarga kami. Tapi aku hanya mengambil 8 saja (bukan 10) hanya karena aku suka angka 8. Angka delapan my “lucky number“.

1. RIKU, 10 tahun. Menerima komuni pertama pada Sekolah Minggu dan melanjutkan sekolah minggunya untuk kelompok terakhir SD. Menjadi misdinar pada misa penutupan semester tgl 15 Desember. Karena dia juga suka melihat kegiatan “leader”nya, dia juga ingin menjadi leader kelak. Untuk itu dia minta dibelikan gitar (tapi sampai sekarang belum pernah dipakai/dipelajari). Di sekolahnya dia menjadi pengurus OSIS bagian perpustakaan (semester pertama) dan P3K (semester kedua). Hasil belajar dan pergaulan Riku di sekolah biasa-biasa saja.

2. KAI, 6 tahun. Tiba-tiba menjadi anak “besar”. Sudah bisa ditinggal menunggu rumah sendiri, bisa berbelanja sendiri ke toko terdekat (dan dia memakai uangnya sendiri untuk belanja roti di Hotel Fujiya), dan yang terpenting bisa tidur sendiri tanpa mesti aku temani. Di TK pun Kai juga merasa senang dan tidak pernah malas ke TK. Entah karena gurunya cantik 😀 atau memang dia punya beberapa teman yang cocok di sana, bahkan dia sering minta kelas perpanjangan sendiri. Aku juga sudah cukup menurunkan dia dari sepeda di depan pintu gerbang, lalu dia akan masuk ke dalam halaman TK sendiri. Dengan demikian aku bisa langsung cepat menuju stasiun dengan sepeda. Memang sejak tahun ini aku tidak pernah terlambat mengajar lagi, dan itu berkat Kai juga. Dalam acara sekolahnya dia menari pada acara otanoshimikai, dan memainkan alat musik bellira dalam acara undokai. Dia juga menjadi yang terbawah waktu senam membentuk piramid manusia. Selain itu dia ikut dalam foto dari udara untuk memperingati ulang tahun TK nya yang ke 50.

3. TRANSPORTATION. Jalur kereta Toyoko Line yang dulu selalu kupakai dihentikan, dan dibuka jalur perpanjangan sehingga bisa pergi ke rumah mertua di Yokohama dari stasiun rumahku tanpa perlu ganti-ganti kereta (sekitar 1 jam). Dan Riku berhasil naik kereta ini sendirian sampai rumah mertuaku. Begitu sampai dia ditraktir makan steak oleh kakek neneknya 😀 Memang mulai tahun ini Riku terasa sudah menjadi dewasa, sudah bisa ke mana-mana sendirian. Dia juga mulai tahun 2013 ini mengikuti bimbingan belajar di dekat stasiun, yang untuk pergi ke sana perlu naik sepeda 15 menit. Meskipun sambil malas-malasan, dia bisa mengikuti ujian bulanan yang diadakan bimbel itu dan setiap bulan meningkat nilainya. Mulai Februari tahun 2014 dia akan mengikuti les privat di bimbel itu untuk mempersiapkan ujian masuk SMA (yang sudah harus dimulai dari sekarang). Dari sifatnya yang dulu masih “anak-anak” sekarang sudah mulai untuk bisa mengatur jadwalnya sendiri. Bukan itu saja aku sudah bisa mengandalkan dia untuk tunggu di rumah bersama adiknya selama 5 jam waktu aku pergi mengajar malam. Tahun 2013 membeli sepeda dewasa (sepeda yang ke 3) karena badannya sudah tidak cocok lagi memakai sepeda junior (anak-anak). Kai? Dia masih belum mau belajar naik sepeda. Dia selalu bilang bahwa dia lebih suka berjalan jauh daripada naik sepeda :D.

4. NEW PROJECT deMiyashita memulai proyek keluarga baru yaitu mengunjungi 100 Castle terkenal (pilihan) di Jepang. Selama tahun 2013 sudah mengumpulkan 13 cap kastil. Masih lama perjalanan mengelilingi Jepang (yang membutuhkan budget ekstra juga). Castle yang sudah kami kunjungi adalah:
Odawara,

Odawarajou

Ashikaga,

ashikaga jou

Mishima (belum ditulis),
Hachijouji,

Hachiouji jou

Koufu dan Takeda Jinja,

Koufujou
takeda jinja

Matsumoto ,

Matsumotojou


Kawagoe (aku tidak ikut), 

 

Kawagoe jou


Ina (Takato Castle) ,

 

Takatojou


Sakura jou (Chiba)

Sakura jou

Sunpu (belum ditulis laporannya),

 

Sunpujou


Edo

 

Edo jou


Y
amanakajo

yamanakajou

5. HOBBY. Riku dan Kai memulai hobi baru: memancing dan bermain shogi (catur Jepang). Hobi Kai yang baru adalah membuat “kumpulan Kanji” yang dia ambil dan tulis sendiri, terkadang tidak tahu artinya. Katanya semakin susah semakin bagus. Tapi dia “melompati” penulisan dasar hiragana dan katakana, tapi bisa membacanya sehingga kalau aku tidak bisa membacakan dongeng sebelum tidur, dia akan membaca sendiri. Sekali membaca memang baru 2-3 halaman tapi senang sekali melihat dia sudah bisa membaca (dan menulis) sebelum masuk SD. Hobi Riku masih sama seperti dulu yaitu membaca. Di setiap kesempatan (selain bermain game “pengacara”) dia membaca buku, terutama buku-buku cerita berlatarbelakang tokoh sejarah. Tadinya aku tidak memperbolehkan dia membaca komik, tapi karena pernah melihat di acara TV bahwa komik justru membuat orang “tetap mengingat” jalan cerita dan detil cerita, akhirnya aku memperbolehkan, selama judulnya tidak aneh-aneh. Dan untung sekali di Jepang banyak cerita sejarah yang dikomikkan sehingga pengetahuan sejarah Riku bisa menjadi dasar waktu kami pergi mengunjungi kastil, dan semoga nanti juga membantu pelajaran Sejarah Jepang yang baru akan dipelajari kelas 6 SD nanti. Riku meminjam komik di Tsutaya (rental buku) dan membaca komik sejarah “Ruronin Kenshin”, “Chihayafuru”, “Silver Spoon”. Akibat membaca Chihayafuru, dia juga memulai menghafal Hyakunin isshu (kumpulan 100 pantun yang biasanya dipertandingkan waktu tahun baru).  Sepertinya mulai tahun 2014 Riku akan mempunyai hobi baru Photography jika dia sudah berhasil membeli kamera sendiri 😀

Sebetulnya Riku memintaku membelikan Kindle untuk membaca buku elektronik, tapi begitu aku mencari buku-buku yang bisa dibaca dengan Kindle masih sedikit, terpaksa aku pending. Gen juga jauh lebih senang membaca langsung dari buku daripada secara elektronik. Berlainan denganku yang sekarang senang mengumpulkan novel bahasa Inggris gratis/murah yang bisa dibaca dengan software Kindle yang kupasang di iPhoneku. Selama ini aku sudah membaca 5 buku sejak aku install (sekitar 2 bulan).

6. PET. Setelah kami tidak memelihara ikan hias, pada musim panas memelihara (membesarkan) kumbang badak dari telur menjadi kepompong sampai menjadi kumbang dewasa. Akhirnya dilepaskan di hutan dekat tempat kami mendapatkan telur itu (awalnya sebanyak 50 butir).

7. SPORT. deMiyashita menonton pertandingan base ball pertama kali di Seibu Dome yang berakhir dengan kemenangan kelompok Seibu. Terkagum-kagum dengan besarnya dome, rapih dan bersihnya stasion serta kelakuan penonton yang sopan-sopan. Selain itu Riku dengan omnya pertama kali menonton pertandingan Rugby secara langsung. Tinggal menonton sepak bola yang belum. Oh ya Imelda juga sudah memulai sport baru, tapi laporannya nanti ya kalau sudah rutin hehehe (sekarang belum rutin soalnya).

8.  PARENTS. Gen dan aku tidak ada banyak perubahan dan kemajuan, melewatkan semua pekerjaan yang biasa. Tapi Gen dan aku sedang berlomba menghafal kata-kata bahasa Inggris dengan bermain scrabble, Gen di iPadnya dan aku di iPhoneku. Dua gadget buatan US yang belum lama kami miliki ini banyak membantu kami sekeluarga mengasah otak. iPadnya Gen tidak diinstal game yang tidak menunjang pelajaran, game hanya di iPhoneku karena Imelda itu orangnya bosenan, jadi aman tidak akan kecanduan.Tapi di kedua gadget ini kami instal kamus Inggris, dan kamus penulisan kanji. Sering anak-anak (dan aku) ingin mengecek penulisan kanji yang benar seperti apa sehingga kami melihat dari kamus ini. Selain itu dengan gadget ini kami bisa berhubungan dengan nenek dan kakeknya yang tinggal di Yokohama dengan gratis. Neneknya Riku sempat sakit tapi setelah diperiksa ternyata tidak ada yang serius. Kakeknya Riku masih terus melanjutkan kesenangannya untuk mendaki gunung meskipun sebetulan sudah khatam mendaki 100 gunung terkenal di Jepang. Katanya dia mau mengulang lagi hehehe.

Memang akhirnya setiap anggota deMiyashita mempunyai gadget (anak-anak punya nintendo DS), tapi kami tidak pernah “klutekan” dengan gadget dalam perjalanan doraibu melengkapi proyek 100Castle. Bagaimana bisa, jika kami selalu hunting foto dan pemandangan indah sepanjang perjalanan. Kami membawa gadget untuk melihat kondisi kemacetan jalan tol yang terdapat di website JARTIC dan mencari restoran dan penginapan dengan membuka website gurume (gourmet) dan sistem GPS yang tersedia. Gadget memang dapat “menceraiberaikan” keluarga tapi jika kita tahu pemakaian yang tepat justru dapat “mempersatukan” keluarga loh 😉  

Semoga aku masih bisa menulis “8 Besar dari Nerima edisi tahun 2014” lebih semarak lagi. Yang pasti aku juga akan menjadi lebih sibuk di tahun 2014, sehingga perlu waktu khusus untuk menulis di TE. Mungkin akan ada banyak cerita harian yang pendek-pendek di sini yang selama ini aku hindari dan aku tulis di blog lainku. Tapi tentu akan kuusahakan menulis terus, sesuai dengan janjiku dalam interview Donny kepadaku, yaitu aku ingin menulis blog sampai mati :D…. SEMOGA

 

http://imelda.coutrier.com/2010/12/31/8-besar-dari-nerima/

http://imelda.coutrier.com/2011/12/30/8-besar-dari-nerima-edisi-2011/

http://imelda.coutrier.com/2012/12/31/8-besar-dari-nerima-2012/

 

4 Replies to “8 Besar dari Nerima (2013)

  1. Menulis seperti tulisan Imelda seperti ini, mengingatkan ku untuk melihat apa yang saya kerjakan di tahun 2013 dan apa yang akan dilakukan untuk tahun 2014.
    Semoga semakin banyak berbuat kebaikan.

  2. Jadi niat bikin kejadian-kejadian memorable di tahun itu dari Serpong Mba. Hihihi.
    Anak-anak udah pada gede ya. Padahal hanya dalam satu tahun perjalanan saja…

  3. Wuih, udah pada gede, ya? Senang deh, berarti tak “lama” lagi bakal punya dua anak bujang. 😛

    Itu ada dibuat semacam buku ya, Bu? Keren, ih. Menandakan semua kastil terdaftar dengan baik.

    Dulu saya lebih suka baca-baca dari layar monitor komputer atau layar ponsel. Tetapi entah mengapa sekarang jauh lebih suka membaca yang tercetak di kertas. Gara-gara minat terhadap pulpen, banyak kebiasaan berubah.

    “Selain itu dengan gadget ini kami bisa berhubungan dengan nenek dan kakeknya yang tinggal di Yokohama dengan gratis.”
    Ini maksudnya menelepon atau pakai semacam Line gitu, Bu? Keren dong ya kalau nenek-kakek pakai Line. Haha.

    🙂

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *