Sharing dan Sewa Sepeda 

29 Okt

Tadi sore aku mengambil pos dalam kotak pos apartemenku. Suratnya cuma satu tapi ada 5 lembar kertas promosi. Memang selain surat seringkali orang mengisi kertas-kertas promosi atau pamflet dalam kotak surat di rumah-rumah. Yang membagikan tentu pekerja part time yang memang bertugas untuk membagikan kertas-kertas tersebut. Mengganggu memang kalau sambil bertumpuk banyak, tapi terkadang dari situ aku mendapatkan informasi tentang daerah sekitarku yang tidak termuat di koran atau TV. Dan untungnya daerah kami banyak perumahan sehingga jarang ada pamflet atau kertas promosi konsumsi orang dewasa. Dulu waktu aku tinggal di Meguro, mungkin karena dekat stasiun, sering mendapat kertas promosi video p*rn* atau wanita panggilan.

Nah, salah satu kertas promosi yang kuterima hari ini adalah mengenai Sharing Sepeda. Jadi ada penawaran selama bulan November bagi mereka yang mau mengikuti sharing sepeda di salah satu stasiun dekat rumahku. Intinya satu sepeda itu bisa digunakan banyak orang. Tentu sepedanya disediakan pemerintah daerah (Nerima). Jadi sistemnya seperti ini: Misal ada 5 sepeda. Awalnya aku mengambil sepeda di stasiun, jadi aku pakai sepeda no 1. Pakai ke mana-mana, lalu aku bawa ke rumah. Parkir di rumah, lalu aku pergi lagi ke stasiun untuk belanja, sesudah pulang belanja aku mungkin akan mendapat sepeda no 2, karena sepeda nomor 1 dipakai orang lain. Begitu selanjutnya. Mungkin untuk aku yang rutenya rumah-stasiun tidak begitu perlu, tapi untuk pegawai kantor (yang rumahnya jauh) yang datang ke stasiun itu kemudian kantornya cukup jauh untuk jalan kaki, akan praktis sekali. Intinya mengurangi jumlah kepemilikan sepeda, dan supaya sepeda itu bisa dipergunakan semaksimal mungkin.

Sistem ini memang untuk mereka yang setiap harinya perlu memakai sepeda. Tanpa perlu membeli sepeda, mereka dapat memakai sepeda ke mana-mana. Biaya sewa sepeda sudah termasuk parkir di stasiun, jadi jauh lebih murah daripada kalau harus mengeluarkan uang lagi untuk parkir. Selain itu sepeda dirawat oleh petugas, sehingga kita tinggal pakai saja.

Sistem sharing ini lah yang kelihatannya akan digalakkan oleh kelurahan-kelurahan di Tokyo. Karena sistem sewa untuk jam-jam-an biasanya hanya disediakan di lokasi wisata, bukan lokasi perumahan. Contohnya waktu aku pergi ke istana Kaisar yang kutulis di sini, aku juga melihat antrian untuk menyewa sepeda. Memang taman sekitar istana cukup luas dan melelahkan untuk dikelilingi dengan berjalan kaki. Biaya sewa di Nijubashi itu sekitar 1200 yen untuk 3 jam, atau 3000 yen untuk 24 jam.

Sepeda memang merupakan alat transportasi yang utama di Tokyo. Pernah seorang temanku yang sedang belajar di Korea, mengunjungi Jepang, dan dia sampai menanyakan padaku : “Nampaknya di jepang orang orang suka naik sepeda ya? kok bisa menjadi bagian hidup gitu ya, bu? ada yang bilang karena setelah tsunami, beberapa akses sulit dan akhirnya mereka pakai sepeda. terus keterusan sampai sekarang. benarkah demikian? hahaha… habis ini pertama kalinya saya lihat ada orang pakai jas rapi, terus berpergian naik sepeda gitu. ^^”

Pertama keterangan tentang pasca gempa itu SALAH besar. Karena 20 tahun aku hidup di Jepang  ya memang pengguna sepedanya sudah banyak. Soal pemakai jas naik sepeda sih memang sudah biasa, kalau memang harus naik sepeda ya bagaimanapun bajunya pasti bisa saja naik sepeda. Cuma memang aku belum pernah melihat orang berkimono naik sepeda 😀 Tapi kalau wanita karir dengan rok mini dan span naik sepeda sih sudah sering. Sepeda adalah alat transportasi di perkotaan, selama jarak masih bisa ditempuh. Biasanya dari rumah ke stasiun naik sepeda. Taruh di parkiran, lalu naik kereta. Aku ke mana-mana selalu naik sepeda. Seandainya aku mesti selalu naik bus ke mana-mana bisa bangkrut deh!

Jepang merupakan pengguna sepeda yang cukup banyak di dunia. Jumlah sepeda di Jepang 86.550.000 unit (data th 2005) membuat angka 1 sepeda untuk 1,5 orang! Berarti hampir semua penduduk punya satu sepeda. Angka ini sejajar dengan Belanda, Jerman dan Belgia yang 1 sepeda untuk 0,9 orang, 1,2 orang dan 1,9 orang. Kalau mau diurut menurut 1 sepeda maka Jepang pengguna sepeda nomor 3 di dunia! Jauh lebih tinggi daripada Amerika, Inggris dan Cina. (Pantas temanku itu juga jarang lihat orang bersepeda di Korea. Kupikir Korea sama dengan Jepang, banyak pengguna sepedanya, ternyata tidak ya)

Parkir sepeda di stasiun dekat rumahku. Ini yang bukan bertingkat, karena ada beberapa tempat juga yang bertingkat (sepeda di atas sepeda) dan ada satu gedung 3 tingkat khusus untuk parkir sepeda.

Jadi jangan heran kalau melihat satu keluarga berpiknik ke taman naik sepeda masing-masing pada hari Sabtu dan Minggu. DeMiyashita tinggal menunggu Kai mahir bersepeda, dan kami pasti akan bersepeda bersama ke Taman Shakujii dekat rumah. Cobalah pergi ke dekat stasiun sekitar pukul 8 pagi, pasti jalanan penuh dengan sepeda. Aku paling malas kalau harus mengantarkan Gen ke stasiun pagi hari karena pengguna sepeda mendominasi jalanan. Atau cobalah lihat di sekitar supermarket jam 11 atau jam 3 an. Ibu-ibu bahkan nenek-nenek naik sepeda untuk berbelanja (tentu termasuk aku hehehe). Jalanan bisa terlihat (agak) lengang dari sepeda hanya waktu hujan, tapi bukan berarti tidak ada yang naik sepeda sambil memegang payung atau menerobos hujan dengan jas hujan ya. Jadi untuk yang mau tinggal ke Jepang, aku sarankan belajarlah naik sepeda 😉

contoh parkir sepeda bertingkat (dari wikipedia jepang)

10 Replies to “Sharing dan Sewa Sepeda 

  1. Belajar naik sepeda sebelum menuntut ilmu di Jepang.. Betullll.. Aku belajar di Tsukuba, k Imel.. Jatuh bangun sampe benjut juga lho 🙂 sekarang siy sepeda statis di cele***ty fitness aja deh *nasibbbb mau olahraga jalan kaki kaya di Tsukuba kok Jakarta kurang ramah ya.. alhasil cari tempat nyaman yang bisa bikin keringetan deh hehe*

  2. disini adanya sharing mobil mbak. tapi rute nya terbatas. mobilnya kecil gitu. jadi tinggal bayar sewa pas mau pake trus pake sampe parkir lagi gitu. saya belum pernah nyobain sih…

  3. Wah….memang Jepang ini negara yg patut ditiru…saya sangat terkagum2 akan byk hal, berbahagialah mbak Imelda bisa tinggal dinegara yg nurut saya ok banget mbak. Kapan yah negara dan kotaku bisa spt ini ???.

    Btw, salam hangat dan kangen mbak. Peluk cium buat mbak Imelda dan 2 jagoannya yg makin ganteng, hehehe.

    Best regard,

    Elindasari

  4. Jadi kangen naik sepeda di Jepang mbak…. Secara pengendara sepeda sangat dihormati, gak kayak di sini, dianggap berkendaraan nggak, pejalan kaki juga juga bukan

  5. Jadi kangen naik sepeda di Jepang mbak…. Secara pengendara sepeda sangat dihormati, gak kayak di sini, dianggap berkendaraan nggak, pejalan kaki juga bukan

  6. Kalau di Indonesia bisa ilang tuh sepeda gak kembali, tapi salut dengan budaya bersepeda seperti di jepang. meskipun sepedanya gak bagus2 amat tapi tetap Pede makainya..

  7. iihh.. bermimpi banget di Indonesia bisa banyak pengguna sepeda deh. Tapi yang diutamakan pasti harus transportasi umumnya bagus ya mbak.. kalau gak percuma aja karena toh perjalanan jauh gak bisa pake sepeda.

  8. Menyenangkan!
    Di Australia, peminat sepeda banyak tapi yang bikin serem akhir-akhir ini berita cyclist accident banyak sekali.. 2 minggu lalu, kolega ada yang meninggal karena naik sepeda, terjatuh lalu terlindas mobil yang melintas…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *