Terbesar dalam 10 tahun

15 Okt

Hari ini aku meliburkan Kai. Pagi dia bangun dan mengeluh sakit kepala, sementara memang dia sejak kemarin pilek. Wah kupikir dia pasti tertular aku. Seharian kemarin aku menderita sakit kepala yang hebat, sampai aku menangis tidak tertahan. Tentu aku minum obat, tapi begitu pengaruh obat hilang, ya sakit lagi. Untung hari ini sakit kepala sudah enyah.

Menjelang pukul 10, dia bangun dan sudah tidak sakit kepala meskipun masih pilek. Malah yang cukup parah adalah batuknya Riku. Dia pulang pukul 3 siang dan langsung memberitahukan padaku bahwa besok SEMUA sekolah SD dan SMP milik pemda  di kelurahan Nerima diliburkan. Setengah jam sebelumnya sebetulnya gurunya Kai juga menelepon dan memberitahukan bahwa sekolah TK diliburkan besok.

Memang badai topan nomor 26 (diberi nama dengan nomor sesuai dengan urutan timbulnya di samudera Pasifik) sedang mendekat Jepang dan akan melintasi Kanto (Tokyo) mulai besok dini hari sampai sekitar makan siang. Sejak kemarin memang sudah diperkirakan bahwa badai akan datang, dan kami sudah diwanti-wanti untuk bersiap menghadapi badai yang konon terbesar selama 10 tahun terakhir.

Gerakan Taifu nomor 26 sampai pukul 3 besok sore. Terlihat Tokyo tetap berada di pusat badai. 

Tak lama aku juga mendapat email dari pemerintah daerah Nerima yang memberitahukan warga untuk berhati-hati menghadapi Badai nomor 26 ini, dan dimohon untuk terus memantau informasi dari radio atau televisi. Juga diberitahukan bahwa ada 5 tempat yang menyediakan kantong tanah gratis yang bisa dipinjam untuk menghalang air masuk ke rumah jika terjadi banjir. Persiapan pemerintah Jepang memang hebat ya, dan warga juga mempercayai prakiraan cuaca sehingga bisa dilakukan tindakan prefentif.

Apa saja yang perlu disiapkan waktu terjadi badai?

1. Hindari keluar rumah. Payung sama sekali tidak berguna dalam badai. Banyak barang yang mungkin diterbangkan angin, sehingga kalaupun harus keluar rumah, harus memperhatikan sekeliling, seperti papan reklame dan lain-lain.

2. Jangan mendekat sungai atau pantai. Bagi mereka yang tinggal dekat sungai, selain mencegah air melimpah, juga harus memperhatikan sirine apakah harus mengungsi atau tidak. Biasanya kaum lansia akan diungsikan lebih awal sebelum terlambat. Seperti biasanya lokasi pengungsian adalah SD terdekat yang ditunjuk pemda.

3. Untuk mencegah jatuhnya korban, sebelum hujan bertambah kencang diharapkan menurunkan barang-barang yang ditaruh/digantung di luar rumah, atau memindahkannya ke dalam rumah. Pot bunga, tiang jemuran dan barang lain yang berada di luar rumah harap dimasukkan.

4. Menyiapkan makanan dan air minum yang cukup. Perlu diantisipasi jika listrik padam, sehingga harap menyediakan senter dan radio. Untung saja belum terlalu dingin sehingga tidak perlu menyediakan pemanas manual. Pipa gas biasanya di dalam tanah sehingga gas biasanya tidak mati.

Bagi yang tinggal di lantai atas apartemen tidak perlu takut kebanjiran, kecuali memang apartemennya terletak di dekat sungai. Saranku untuk malam ini, makan malam yang enak dan hangat, siapkan buku bacaan dan tidur. Mungkin tidur akan terganggu oleh suara-suara di luar, tapi anggap saja itu nyanyian alam. Setuju? No need to worry….

Tulisan hari ini aku tujukan untuk teman-teman baru yang baru/ belum lama tinggal di Tokyo/Kanto  terutama Mbak Tya (Sekar Wulan) yang belum lama tinggal di Chiba.

9 Replies to “Terbesar dalam 10 tahun

  1. Jadi deg2an bacanya (mgkn krn di indo blom pernah ada badai yaa)
    Malah mbak imelda di sana yg tetap tenang :p
    Hati2 dan god bless the whole family ya, mbak!

  2. Imel, semoga semua baik-baik saja ya.
    Saya sudah menelpon si bungsu di Toyohashi, tapi katanya sudah aman…hanya angin nya masih kencang.

    Kalau sudah siap-siap, minimal kita sudah tenang.

  3. “kantong tanah gratis yang bisa dipinjam”

    Jadi dipinjamkan saja ya, Bu, nanti dikembalikan?

    Hebat memang ya, himbauan-himbauannya preventif dan dengan tindakan nyata. Salut untuk pemerintah Jepang. Semoga pemerintah kita bisa lekas meniru contoh baik ini. 😀

    Betul tuh, Bu. Siapkan buku-buku untuk dibaca. Kalau perlu buku bacaan yang materinya berat sehingga bikin mengantuk. Jadi gampang tidurnya, deh. 😛

    • betu dipinjamkan saja. Karena kan itu tanah, orang Tokyo juga susah menyimpan tanah di rumahnya yang kecil. Bisa dikumpulkan lagi dan dipakai kalau ada badai atau kemungkinan banjir lagi oleh pemdanya.

      Yang aku salut pegawai pemdanya itu ngga tidur loh demi mengantisipasi kemungkinan terburuk. Di beberapa tempat/jalan sempat tergenang air, dan mereka mengabil sampah yang menutupi gerongan spy bisa lancar lagi alirannya. Lalu yang memotong-motong pohon tumbang dll. Tadi siang sempat dapat emai juga dari kelurahan tempat tinggalku bhw sampah pilahan yang mestinya diambil pukul 8 pagi, ditunda sampai jam 9, dan kalau bisa jgn simpan dulu dalam rumah dan keluarkan mg depan.

  4. Antisipasinya emang juara ya mbak.. jadi walaupun jepang “sering” mrnghadapi angin atau topan seperti ini, masyarakat dan pemerintahnya sudab amat siap. apalagi rumahrumah menang sudah tahan angin atau badai. jadi gak takut roboh.

Tinggalkan Balasan ke Lidya Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *