Aku datang ke Jepang tanggal 23 September 1992. Persis Autumn Equinox dan memulai hidupku sebagai mahasiswa asing di Yokohama National University. Tepat tujuh tahun sesudahnya aku pun mendaftarkan pernikahan dengan teman satu angkatan di program pasca sarjana sehingga secara hukum Jepang aku berstatus “istri orang Jepang” (Tapi kami memperingati ulang tahun pernikahannnya Desember dengan diberkati di gereja)
Karena hampir setiap tahun Autumn Equinox jatuh kalau tidak tanggal 21-22 atau 23 September, maka sudah pasti jatuh pada hari libur. Dan tahun ini aku menggenapi 21 tahun dengan mengunjungi Edo Castle, tanggal 22 September sekaligus menambah daftar 100 castle yang kami kunjungi.
Hari Minggu itu mau tidak mau aku dan riku harus ke gereja Kichijouji meskipun sebetulnya hari Sabtunya kami sudah ke misa bahasa Indonesia di Meguro. Riku harus mengikuti sekolah minggu dan aku harus kerja mempersiapkan bazaar. Dan hari itu kami putuskan untuk jalan-jalan dengan transportasi kereta saja dengan perkiraan esok harinya jalanan akan macet dengan orang-orang yang pulang rekreasi karena libur 3 hari berturut-turut. Jadi sekalian saja Gen dan Kai ikut membantuku dalam persiapan bazaar, yaitu membuat candy wreaths dan sabun hias.
Setelah selesai kamipun menuju Stasiun Tokyo, dan janjian bertemu dengan kedua mertuaku di sana. Kebetulan bapaknya Gen bekerja di salah satu kantor megah di depan stasiun Tokyo dan sangat mengenali daerah itu karena sudah berpuluh tahun bekerja di sana.
Sambil menunggu kami sempat memotret bagian depan stsiun Tokyo yang baru direnovasi, kemudian kami menuju bangunan baru di depannya yang bernama KITTE. Tadinya mau makan di sini, tapi untuk menghemat waktu kami membeli bento saja untuk dimakan di depan taman Edo Castle.
Ya memang kami harus berjalan jauh, tapi karena tidak terlalu panas, kami berjalan santai sambil mampir-mampir dan berfoto. Sementara Riku dan Kai ditemani Gen meminta cap untuk buku mereka di toko depan castle, aku dan bapak ibu mertua duduk istirahat di depan taman.
Kai: “Papa aku mau masuk ke dalam castle itu”
Gen : “Tidak bisa dong”
Kai : “Kenapa?”
Gen : “Karena ada yang tinggali”
Kai : “Ooooh masih ada samurai yang tinggal di situ ya?”
Bagi kami percakapan ini lucu, karena kami tahu bahwa keluarga Kaisar Jepang masih tinggal di sana. Tapi untuk anak-anak yang belum tahu apa-apa pasti berpikir bahwa di situ masih ada samurai-samurainya 😀
Memang tempat ini menjadi obyek wisata bagi turis asing yang datang ke Tokyo selayaknya Buckingham Palace di London atau Istana Negara di Jakarta. Dan terus terang hari itu, aku baru pertama kali mengunjungi dan berfoto di depannya 😀 Baguslah aku memperingati 21 tahun kedatanganku di Tokyo di depan Edo Castle bersama keluarga Miyashita.
Setelah dari sini, kami berjalan menuju stasiun Yurakucho untuk pulang ke rumah mertua. Aku sendiri memisahkan diri karena aku ada acara dengan teman-teman lama di radio, sementara anak-anak dan Gen pulang duluan. Meskipun tidak dirayakan dengan pesta, aku menambah kenangan kunjungan tempat bersejarah dalam hidupku.