Tahun 1989, aku masih mahasiswa UI, tentu saja bersama 20 teman lainnya yang masuk ke jurusan (hmmm tepatnya Program Studi) Sastra Jepang FSUI (sekarang namanya FIB). Tingkat 3 dan beberapa di antara kami berkesempatan melakukan perjalanan “karya wisata” Kengaku ryokou 見学旅行 ke Jepang bersama, mahasiswa dan dosen. Ada sekitar 20 orang rombongan kami, bersama junior –kohai, kepala program studi dan Ibu Dekan FSUI. Kunjungan dengan jadwal yang padat ke Tokyo, Nagoya, Kyoto, Osaka, Tenri terutama ke universitas yang mempunyai kerja sama dengan UI. Dan ada dua hari di antara 2 minggu perjalanan, kami menginap di rumah orang Jepang.
Karena jumlah mahasiswanya ganjil waktu itu, aku sendirian menginap sementara yang lain berdua-dua. Ah, kalau mengingat perjalanan waktu itu, pertama kali ke luar negeri dengan teman, ke Jepang lagi…. Setelah perjalanan itu, aku belum pernah mendengar lagi ada rombongan mahasiswa angkatan ke Jepang bersama. Mungkin karena sulit mengurus, mungkin secara ekonomi mahasiswanya bisa pergi sendiri, atau alasan lain. Tapi perjalanan ke Jepang waktu itu benar-benar membekas dan mempererat persahabatan kami.
Tahun 2013 ini, ada dua teman seangkatanku yang mengunjungi Tokyo. Dan kebetulan ada hari Sabtu yang memungkinkan aku bertemu mereka. Pertama bertemu Elfi, yang warga Palembang dan datang ke Tokyo karena suaminya sedang dinas di Tokyo. Hanya dua jam pertemuan kami, sebelum aku mengikuti misa di gereja Meguro, tapi sangat menyenangkan. Apalagi aku baru pertama kali bertemu suaminya, Mas Ansori (yang selalu diperkenalkan Elfi bahwa suaminya selalu minta maaf, alias I’m Sorry – begitu terdengarnya 😀 ). Semoga kelak aku bisa jalan-jalan ke Palembang dan berwisata kuliner dengan Elfi.
Kemarin malam, aku bertemu dengan kawan seangkatanku, Ira Koesnadi di Shibuya. Memang aku lumayan sering bertemu Ira di Jakarta bila aku mudik. Tapi rasanya memang lain kalau bertemu di Tokyo. Kami makan malam bersama dan ngobrol berjam-jam sampai jam kereta terakhir :D. Kebetulan aku juga cukup dekat dengan orang tuanya Ira, sehingga kami berbicara ngalor ngidul. mulai dari kenangan tahun 1989, meninggalnya papanya yang tragis, sampai membicarakan kehidupan di Jakarta sekarang yang begitu membutuhkan uang untuk pendidikan dan living. Tapi kesimpulannya, kami percaya, kami akan bisa melampaui kesulitan-kesulitan keluarga.
Kami makan di sebuah kedai murmer bernama “Tengu” di Shibuya, dan yang ingin saya perkenalkan adalah sate ayam yang namanya “bonjiri“. Bonjiri adalah bagian ayam yang mungkin tidak banyak yang suka, yaitu “brutu ayam” (dalam foto yang dua tusuk di piring terpisah). Dagingnya sangat lunak dan tidak bau sama sekali. Memang tidak semua toko/restoran menyediakan sate bonjiri dan cukup langka. Papa dan alm mama juga suka, sehingga sering adikku beli dan freeze sebelum dibawa ke Jakarta. Silakan coba kalau ada kesempatan ke Jepang 😉
Wah 1989 ya aku belum lahir tante imel :matabelo:
lucu juga bapak itu punya nama amsori karena kerjaannya minta maaf mulu hehe jangan2 ga punya salah pun bapak itu bilang ” i am sorry” setiap waktu 😮
dan bapak itu emang baiiiiik sekali!
Sssstt untung kamu panggil aku TANTE bukan OMA!!! (awas ya!)
Mbak Imeldaaaa apa kabar?
Wah ladies night out.. seruuu…
saya sendiri kalau lagi suntuk ingin sekali mengumpulkan teman-teman masa kuliah dulu, walau hanya untuk window shopping.. hehehe..
mbak Imelda, mohon maaf lahir batin ya.. sudah mau bulan puasa 😀
semoga Riku dan Kai sehat selalu.. ^_^
Wah, 1989… Aku baru lahir, Kak Imel udah kuliah, hehehe…
Thanks Ime.. Kenangan yang amat mengesankan.. Indah dan kadang nakal.. Kamu ikut nggak kita malam2 keluar shopping tanpa minta ijin p Ketut… Kalau ketahuan berabe.. Lagian kita semua baru pertama ke Jp sok berani hahaha..
Sate bonjiri …perlu dicoba kalau ke Tokyo. Kapan ya?
Kalau si bungsu udah lulus dan kerja di Jepang?
Masa depan suka nggak bisa ditebak.
Btw, sate bonjiri pasti enak, karena bagi orang Jawa, brutu (bagian ekor ayam hanya khusus orangtua, anak-anak tak boleh makan….padahal kalau dipikir-pikir, justru berisiko bagi orangtua, karena lemaknya tinggi….hehehe
Btw, pergi bersama teman pasti merupakan kenangan tak terlupakan. Mengapa teman seangkatanku akrab, karena dulu sering study tour…lihat contoh tanah, lihat tanaman hias…berombongan satu bis, menginap di desa…memang sebatas daerah Jawa Barat…apalagi ke luar negeri.
Mungkin itu yang membuat Imelda akhirnya kembali ke Jepang untuk melanjutkan kuliah ya.
Paling senang memang ketemu teman-teman lama Mbak….
Semoga terus langggeng pertemanannya …
seneng ya mbak bisa ketemu temen2 lama… (yang amsori minta maaf terus itu jayus tapi lucu.. hahaha). hebat juga foto2 lama masih ada ya mbak. saya gak tau lho foto2 dulu jaman sekolah dan kuliah sekarang pada dimana. sayang ya…
btw postcardnya udah nyampe mbak. thanks a lot ya! 🙂
Sepakat dengan Zee Damanik …
Bertemu teman lama …
apalagi teman seperjuangan selama kuliah dulu …
akan sangat membahagiakan sekali …
serasa muda lagi
Salam saya EM
ketemu teman lama selalu menyenangkan, serasa kembali ke bangku sekolah ya
ketemu teman lama itu menyenangkan, apa lagi kalau masih nyambung. aku paling suka deh kalau seperti itu.
teman itu semakin lama nggak ketemu semakin menarik..makin banyak teman makin seru hidup..teman baru menambah dan teman lama terus membekas di hati
xixiixix mami di foto paling atas yang jongkok paling kanan kah???
senengnyaaa ketemuu temen lama dan menghabiskaan waktu bersama ^^
melewatkan waktu bersama temen apalagi sahabat itu paliiiiiiiiiiiing menyenangkan >.<"""""
Senang rasanya bisa ketemu-ketemu lagi sama kawan lama. Masih akrab pula.
Iya, itu foto lamanya masih ada aja, yak.
waktu itu aku masih SD mbak 🙂 seru ya mbak perjalanan keJepang kalau ramai2 dengan teman
Kenangan bersama tim jas almamater kuning yang membanggakan ya mbak
Perjalanan pertama yang menjadi tonggak perjalanan menetap sekarang di Nerima.
Salam
Wah aku dulu sampai sekarang belum kesampaian ke Jepang ….
Saya geli ketika baca nama kedai murmer, “Tengu”
Ingat nama binatang kecil warna merah yang suka menggigit bagian tubuh yg sensitif.
weleh tengu bacanya atau teng-gu (kalau jepang bacanya teng gu)
baru tau nih…
pasti akrab banget ya Mba Em antar peserta waktu itu. Meskipun sudah puluhan tahun berpisah kalau bisa ketemu pasti masih akrab.
hehehe meskipun tidak akrab banget pun senang kan kalau bertemu teman lama?
Mas Setyawan juga teman sekelas Nechan bukan? Beliau yang di foto pertama yang berdiri paling belakang yang tinggi sendiri itu kan? hehehe… Kemarin beliau secara khusus mengirim sms ucapan selamat ulang tahun.. Makanya aku teringat dengan beliau..
Kalau aku, setiap hari bertemu dengan teman kuliah dulu lho Nechan.. Soalnya kami serumah, dan bahkan seranjang, hahaha… 😀
betul sekali Setyawan salah satu cowo dari 3 cowo di jurusan kami 😀 Wah ternyata dia ingat juga ya ultahnya uda.
Wah kalau teman kuliah seranjang aku juga loh 😀
Wuiih, menyenangkan sekali ya pada waktu itu. Bertualang dengan teman-teman 😀
waaah senangnya karyawisata bareng teman2 ke luar negeri lagi pasti pengalaman yg tak terlupakan y mb..apalagi sekarang bsa bernostalgia lg dengan teman2 lama pasti seru banget
semiga bisa langgeng persahabatan smpe kapanpun y mb