Bukan, aku tidak mau mengajarkan pembaca mengenai bagaimana cara-cara menipu loh. Tapi yang ingin kutulis adalah tentang kesenian yang bisa mengelabui mata. Kelihatannya seperti sesuatu yang lain, padahal itu adalah pinter-pinternya yang menggambar saja.
Aku pergi ke Tokyo Trick art Museum waktu pergi ke Legoland yang kedua kalinya. Karena Tokyo Trick art Museum ini terletak satu lantai di bawah legoland (Decks ODAIBA), sehingga pasti lewat waktu pulang. Karena harga tiket masuknya hanya 900 yen untuk dewasa, maka aku dan Sanchan sepakat untuk mampir di sini berdua, waktu anak-anak main lego, dan berfoto narsis 😀 Emang duo emak ini udah klop kalau soal foto berfoto 😀
Eh, tapi ternyata kami tidak bisa melepaskan diri dari anak-anak. Memang peraturan di Legoland itu, tidak boleh meninggalkan anak-anak tanpa pengawasan orang tua. Waktu makan siang kami bisa meninggalkan satu jam, Riku dan Yuyu, tapi Kai kami bawa sebagai “jaminan” supaya waktu masuk kembali, kami bersama anak-anak. Untung saja Kai mau, dan kami ajak makan di restoran Surabaya, yang berada di gedung sebelah. Kai suka makan soto ayam, sehingga aku bisa “membujuk” dia untuk pergi sebentar dari Legoland dan makan soto ayam bersama duo emak. Riku dan Yuyu makan siang di dalam Legoland, yang ternyata menurut perhitungan duo emak, tidak terlalu mahal. Biasanya kalau makan di dalam sebuah thema park, harga makanan diketok habis-habisan (jadi inget Disneyland), tapi di Legoland, satu bento paling mahal 500 yen. Memang untuk dewasa tidak cukup (dan tidak enak), tapi untuk anak-anak lebih dari cukup. Apalagi karena kamu member, kami mendapat potongan 10% setiap berbelanja di dalam Legoland.
Balik ke Tokyo Trick art Museum, kami akhirnya masuk bersama pada pukul 18:30. Memang Legoland kali ke dua itu aku minta supaya anak-anak bisa selesai dan pulang jam 6 sore. Tidak seperti malam sebelumnya yaitu jam 8 malam (Legoland sendiri tutup jam 9 malam). Nah waktu menuruni eskalator itu lah kami memutuskan mengajak anak-anak juga. Tadinya kami pikir anak-anak tidak antusias, tapi perkiraan kami salah. Ternyata anak-anak jauuuuh lebih narsis daripada ibunya 😀
Untungnya waktu kami masuk itu masih sepi, tapi tak lama mulai berdatangan tamu yang lain, sehingga cukup menyebalkan, karena tidak bisa konsentrasi berfoto :D. Di pintu masuk kami disambut (lukisan) seorang wanita berkimono, yang jika dilihat dari berbagai sudut akan aneh. Jika melihat pada sudut yang tepat memang kita akan melihat tangannya seakan benar-benar tiga dimensi. Tapi yang cukup menarik adalah sebuah lukisan yang menggambarkan kedai minum teh ala jepang dengan payung di luar kios. Dengan menekuk lutut sedikit kita bisa memotret seakan-akan kita sedang duduk santai di situ.
Permainan lukisan yang menghasilkan tiga dimensi tentang kota pada jaman Edo. Satu yang perlu percobaan cukup banyak adalah sebuah ruangan yang bisa memutarbalikkan fakta. Aku yang sebesar ini bisa jauh lebih kecil daripada Riku. Dan memang harus memotretnya dari luar ruangan. Pada jaman Edo banyak pembantaian, dan cerita mengenai setan, hantu dsb nya itu sangat populer.
Anak-anak cukup takut untuk sendirian berada di dalam bagian ini. Setelah keluar dari bagian “perhantuan” kami bisa melihat beberapa lukisan manusia dan binatang.
Konon trick art seperti ini juga sudah menyebar ke Jakarta juga. Tapi aku baru pertama kali melihat berbagai trick di museum ini. Museumnya tidak besar sih, tapi ya kalau mau berusaha memotret dengan jurus yang diberitahukan (dengan tiduran atau menjengking segala) bisa menghasilkan foto yang bagus, sehingga HTM seharga 900 yen cukup murah lah. Tapi ternyata kami fotonya tidak seheboh waktu berada di Madame Tussaud. Kembali ke museum ini lagi? Nanti deh kalau musti antar tamu baru mau masuk lagi 😀
(Tulisan yang tertunda hampir 2 bulan :D)
Foto krucils ber3 di samping gambar wanita berkimono sebelum pintu masuk kayak lagi pipi* bareng yah hihihi
iya tuh kok bisa bergaya gitu hhahaha
EM
terlihat nyata ya mbak fotonya, kalau gak salah kemarin ini sempat ada di Jakarta
Iya katanya pernah ada di Jakarta juga… Kalau ini memang museum bukan eksibi jadi ada terus
EM
keren ya bikinnya….
penuh imajinasi 3D…
🙂
Mantap banget ya,,,
Seru sekali berfoto disini. Merangsang imajinasi kita juga untuk berpose agar sesuai tema yang disediakan museum, Mbak EM..
Wooow, kalau saya main ke situ cocok bangett, Mba. Karena suka photo2. 😀
Itu yang didalam gelas kereeen, beneran keren museumnya. Keren juga hasil jepretannya. . .
iya mom ni pernah di jkt sekitar awal taon ini ampe februari 16 kalo ga salah inget di sponsorin ama salah satu minuman teh N* dan di gi… ruameeee!!! *aku ga sempet pegi >…<
hahahaha itu adek2nya dah pinter gaya. emaaang yaa bakat anak juga turunan hahahah *pizz*
Wih menarik banget trick artnya …
Yups betul khususnya di sebuah restoran di perjalanan antara Surabaya Ciamis dulu saya menemukan seperti Kay yang dengan kepalanya saja di atas meja itu. Lumayan jadi hiburan di sela-sela istirahat perjalanan mudik.
Sayang gak sebanyak foto Mbak Imelda tentunya.
Trims mbak.
Salam
wakakaka tangannya Kai??! Oh nooo 🙂
Btw museumnya asik buat foto-foto ya… kapan di Sydney ada kayak gitu.. Madamme Tussaud aja baru buka barusan..
Eh tapi minggu kemarin aku ke Wiggles expo di salah satu museum di sini dan Odilia senangnya tak keruan.
Anak2mu suka Wiggles juga, Mel?
Asyik ya, bisa bermai-main, berfoto dengan mengambil dari sudut tertentu…hasilnya bisa seolah-olah berada di tempat kejadian.
Tangan Kai…kok bisa pas ya….
bakal senang orang foto foto disini…. tempat yang bermain menyenangnya. Kagum dengan kreatifitasnya..
Dear Mbak Imelda;
Sebenarnya saya adalah pembaca blog setia mbak, tapi karena saya orangnya males nulis, jd ga pernah komen ehehehh maap ya. Tapi berhubung taun depan saya rencara ke Jepang untuk backpackeran saya coba-coba nulis skalian tanya-tanya tentang Jepang.
1. Saya dan dua teman saya mau datang 22-30 Mei 2014, cuacanya seperti apa ya Mbak, dinginkah? atau hangat? atau hujan, supaya persiapan pakaian yg dibawa cocok.
2. Kita bakalan datang dari Osaka, terus ke Tokyo, dan Kyoto, perjalanan yg bagus urutannya bagaimana ya mbak.
Untuk sekarang itu dulu sih, nanti mungkin akan tanya-tanya lebih banyak lagi.
Makasiiiiih banget mbak,
Nisa