Menjelang Natal dan akhir tahun, ada berbagai acara di sekolah Riku dan Kai. Kalau Riku sudah selesai tampil pada acara pertunjukan musik dengan menyanyi dan bermain ansamble suling (recorder), maka giliran Kai berlatih untuk tampil dalam acara “pentas seni akhir tahun” yang dinamakan otanoshimikai. Otanoshimi itu sendiri artinya yang dinanti-nanti, tidak langsung merefer kepada pentas seni. Jadi sebetulnya bisa acara apa saja. Meskipun akhirnya jatuh pada penampilan gerak dan lagu dari anak-anak usia 3-6 tahun di TK nya Kai.
Acara otanoshimikai ini bisa kami, para orang tua tonton nanti pada tanggal 1 Desember. Sayangnya Gen pada hari itu, meskipun hari Sabtu, harus bekerja, sehingga hanya aku dan Riku yang bisa menonton. Kai sudah berlatih sejak masuk bulan September dan kelasnya memainkan operetta “Bremen the Town Musicians” berdasarkan cerita dari Jacob Grimm. Lucu juga karena sebetulnya operetta ini juga dimainkan oleh Riku waktu dia masih TK Nenchusan 5 tahun yang lalu! Dan peran yang dibawakan Kai juga sama yaitu sebagai pencuri! 😀
Nah hari Rabu ini adalah hari latihan seperti general repetisi, latihan bersama di atas panggung. Jadi pemain operetta memakai kostum yang akan dipakai pada hari H, sekaligus mencoba kostumnya. Aku selalu salut pada TK ini, mereka mempunyai stock kostum yang sudah dipakai bertahun-tahun, jadi tinggal dipinjamkan pada anak-anak, diputer-puter, kalau perlu satu item dipakai beberapa kelas sekaligus, seperti gelang kertas emas, bulu-bulu penghias kaki dsb. Jadi ibu-ibu hanya perlu menyediakan baju dalam dan celana panjang/ burma (burma adalah celana pendek bagi perempuan supaya jika roknya terangkat tidak terlihat celana dalamnya). Untuk Kai aku hanya perlu menyediakan baju kaos hitam dan celana jeans saja. Jadi tidak perlu membeli baju baru. Kalau tidak punya juga bisa meminjam teman, sehingga pentas seni ini tidak perlu biaya tambahan. Pada latihan ini anak-anak juga mendapat kesempatan melihat pertunjukkan dari kelas-kelas yang lain, bertindak sebagai tamu, berlatih bagaimana menghargai teman-teman yang sedang manggung. Karena pada hari H, mereka tidak bisa menonton disebabkan tempat yang kecil dan harus berganti baju segala.
Guru kelas memang menyiapkan segala hiasan sendirian, juga membagikan kostum masing-masing murid. Tapi untuk menggantikan dan mengurus anak-anak ini, tentu sulit dilakukan sendirian. Jadi senseinya meminta bantuan 5 orang ibu-ibu yang bisa datang pada 3 hari, yaitu hari latihan, hari H dan hari pemotretan yang dilakukan sesudah hari pertunjukan. Dan karena kebetulan pada 3 hari itu aku tidak mengajar, jadi aku sukarela bersedia membantu gurunya. Kapan lagi, karena biasanya pada acara-acara yang membutuhkan bantuan orangtua aku tidak pernah bisa, karena biasanya jatuh pada hari Kamis atau Jumat, hari yang merupakan hariku bekerja.
Jadi tadi pagi jam 8:45 aku ke TK bersama Kai, dan membantu gurunya, bersama 4 ibu lainnya, mengganti kostum murid-murid. Karena Kai mendapat peran pencuri, aku memakaikan kostum 6 orang murid yang menjadi pencuri. Untunglah kostum pencuri tidak ribet, hanya menggantikan baju sekolah mereka dengan blus hitam dan celana jeans. Hiasan yang dipakai juga cuma gelang emas (dari kertas) dan topi. Karena aku cepat selesai, aku sempat membantu seorang murid perempuan berganti kostum ayam. Dan disitu aku sadar! Ternyata baju perempuan itu ribet ya! Waktu ganti baju sekolah saja, si anak perempuan mengenakan baju lapis 3 (tentu karena musim dingin), stocking panjang dan kaus kaki. Lalu kostum ayamnya juga harus memakai baju putih lengan panjang, stocking putih, kaus kaki putih dan burma, lalu di atas roknya pakai renda-renda, belum lagi hiasan dada, sayap dsb aduuuh. Dasar ibu dari 2 anak laki sih, jadi aku sempat termangu-mangu, mana yang duluan dipakaikan. (Padahal dirinya sendiri juga pakai baju berlapis-lapis hehehe)
Murid-murid yang sudah selesai memakai kostum masing-masing duduk di depan televisi yang memutarkan video Tom and Jerry (di sini setiap kelas punya TV+video). Sambil menunggu teman yang lain, mereka duduk anteng. Oh ya dalam pertunjukan anak TK dan SD, tidak pernah aku lihat anak yang memakai makeup tebal-tebal seperti celepuk, seperti anak-anak Indonesia. Mereka tampil selalu dengan wajah biasa, karena toh ini pertunjukan dalam sekolah. Mungkin kalau pertunjukan di luar sekolah, tampil di panggung beneran mereka pakai makeup ya, tapi di sekolah tidak pernah! Bahkan bedak pun tidak. Sekali lagi aku mengagumi hal ini, karena aku benci melihat anak-anak kecil sudah di”cat” sedemikian rupa. Memang kebanyakan ibunya yang mau menge”cat” anak perempuannya supaya terlihat cantik, tapi aku tidak suka jeh… Mungkin karena itu Tuhan juga memberikan aku anak laki-laki ya 😀 Simple dan tidak perlu dandan 😀
Operetta Bremen no Ongakutai ini berakhir dengan sukses. Kai (5 tahun) yang awalnya tegang, malu-malu, bisa memainkan perannya dengan baik. Ah selalu menyenangkan melihat pertunjukan anak-anak balita ini. Kai masih ada kesempatan satu kali, tahun depan untuk tampil di atas panggung, dan biasanya semakin besar mereka, semakin bagus pula penjiwaannya.
Setelah pertunjukan kelasnya Kai selesai, 5 ibu ditambah 2 guru heboh karena harus mengganti baju anak-anak ini dari kostum menjadi baju sekolah. Dan ini semua dilakukan di tempat duduk penonton 😀 Untung anak TK, jadi belum malu untuk bertelanjang dada di depan orang-orang lain. Kami melepas semua atribut, mencopot baju-baju dan hiasan, lalu membawanya ke kelas yang terletak di lantai bawah. Di kelas, kami memisahkan semua baju dan hiasan menurut perannya, karena hari H masih jauh, tgl 1 Desember! Sambil melipat baju dan menghitung hiasan, aku bisa bayangkan betapa repotnya gurunya untuk mempersiapkannya lagi di hari H. Menjadi guru TK itu memang perlu energi yang banyak!
Setelah tanggal 1 Desember tinggal aku dan Riku yang masih ada latihan. Yaitu latihan drama Natal untuk Riku dan latihan koor Natal untuk aku. Koor natal yang aku ikuti untuk gereja orang Jepang di Kichijoji baru berlatih 1 kali, hari Minggu kemarin. Dan di situ aku sudah mulai tidak sreg, karena lagunya BUKAN lagu Christmas Carol… lagunya mendayu-dayu tipikal orang Jepang hahaha. Tapi harus aku akui kebanyakan orang Jepang itu pintar nyanyi (nada tinggi) dan pandai membaca not balok. Aku tak bisa membaca not balok, sehingga aku harus dengar dulu orang lain menyanyi :D, baru menirunya. Ah not angka itu memang memanjakan orang Indonesia! Berani tidak ya pendidikan di Indonesia menghapus not angka dan mengajarkan not balok ke semua jenjang pendidikan? 😀 (pemain piano/alat musik sih memang bisa baca not balok, tapi tidak semua orang Indonesia bisa main piano/alat musik kan?)
(Sssttt satu lagi tambahan: Syarat menjadi guru TK dan SD di Jepang adalah : SEMUA HARUS BISA BERMAIN PIANO. Gugurlah cita-citaku untuk mengambil sertifikat guru SD Jepang hihihi)
wah, pasti seneng banget ya mbak punya anak yang berbakat seperti itu
terus saya pingin tahu mbak, kenapa guru sd dan tk harus bisa piano?saya jarang liat tuh mbak di film2 kartun jepang syarat seperti itu ^^
salam kenal ya untuk mbak imelda ^^
Ada tiga hal EM
1. “Sekeliling Kai saya blur untuk menjaga privacy teman-temannya Kai”.
Ini yang saya kagumi … dan saya rasa patut ditiru oleh blogger lainnya.
Ini masalah sederhana … tetapi yang namanya privacy itu harus selalu dijunjung tinggi. Walaupun mungkin mereka tidak keberatan untuk ditayangkan disini.
2. “anak-anak kecil sudah di”cat” sedemikian rupa”
Saya juga sangat setuju ini EM. Kecil-kecil sudah di permak begitu … Anak TK udah kayak tante-tante. Saya sering lihat ini …
namun … Alhamdulillah di sekolah anak-anak saya … tidak demikian … semua biasa saja.
3. “Syarat menjadi guru TK dan SD di Jepang adalah : SEMUA HARUS BISA BERMAIN PIANO”
Hahahaha … Gua Luluuuuuussss !!!
(mau ngelamar ah … jadi Guru TK)(Eh tapi ada satu sarat lagi deng … kalo nggak salah … saya pernah nulis di komentar di TE deh … saya lupa dipostingan mana .. bahwa syarat guru TK itu … CANTIK !!!”)
Untuk syarat yang ini saya nggak lulus … saya kan Ganteng Mateng !!!
Salam saya EM
Kalau di kartun-kartun Jepang gitu pan pencuri pakai penutup kepala dari semacam taplak terus ditutupkan di kepala terus diikat di bawah hidung bukannya, Bu? Hwehe. 😀
Ah, saya juga termasuk merasa menyesal dan kesal dengan kurikulum musik di sekolah Indonesia, Bu. Benar tuh, harusnya not balok, jangan not angka. Banyak salah pemahaman karena itu.
Wah, memang hebat ya. Apresiasi musiknya orang Jepang tinggi sekali memang.
wah, bisa tuh aku ma aji jadi guru TK disana ya Mba.. xixixixi
seru banget baca posting yang ini.. (yang lain juga ga kalah seru lho mba.. )
cuma aku jadi kebayang anak2 TK yang berperan macem2 gitu
dan yang aku kagumi dari sistem pendidikan di luar Indo adalah memperhatikan yang penting dan ada prioritas nya… contoh simple adalah spt kata mba.. “anak cewek ga dandan”.. itu aku sangat setuju.. kalo blm saatnya kenapa harus ditawarkan, dicoba, ato bahkan dipaksakan…
aaah semoga aku bisa menempatkan abi di tempat pendidikan yang baik..
salam kenal dari Abimanyu … buat Riku and Kai ya mba
waktu mba ke Jkt, abi nya ga sempat salaman ama Riku and Kai ya,\
Salah satu kebanggaan orang tua pada buah hatinya adalah ketika melihat anak tampil.
Baru latihanpun rasanya membanggakan sekali.
Semoga pentasnya sukses…
enaknya punya anak laki-laki kalau ada acara pentas gini mbak, simple pakaiannya ya. pengalaman pascal waktu Pensi TK gak pake dandan dari subuh tinggal pake baju aja deh
Syaratnya kog susah banget ya? Mesti bisa maen pianoooo?? Waaaks
Saya dulu pas Natal kebagian peran jadi ibu losmen yang menolak Josef, Maria, dan Yesus, ibu losmennya judes, hahaha
sudah dua kali saya lihat foto foto yang ada anak anak lainnya di blur di blog ini… kecil tapi penting banget… wah masa sih jadi guru harus biasa piano.. saya juga bakal gugur kalau gitu..
syarat bisa main piano itu untuk mengiringi anak2 nyanyi ya…
berarti tiap sekolah di sana itu punya piano ya…. waw keren….
mungkin piano di sana relatif murah ya …, produk dalam negri kan…
anak2ku juga nggak kudandani cemong2 waktu pensi di sekolah
lha … Emaknya aja nggak mau dandan seperti itu
Wah syaratnya sulit untuk saya hahahaha
Padahal cita2 saya mau jadi guru lho, untungnya disini persyaratan untuk menjadi guru ga harus bisa maen piana hihihii
Wah syaratnya sulit untuk saya hahahaha
Padahal cita2 saya mau jadi guru lho, untungnya disini persyaratan untuk menjadi guru ga harus bisa maen piano hihihii
hihihi … membayangkan Kai tampil di panggung, kayaknya lucu deh. 😉
kalau di sini anak-anak tampil di panggung sepertinya wajib “dicat” deh. padahal dicat itu nggak enak. muka terasa tebal! yah, anggap saja kekhasan Indonesia. kekhasan yang kurang kusukai sebetulnya.
heeee… kok bsia peran nya sama???? kebetulan yang tiak direncanakan :)) atau gurunya tau n inget kalo dulu riku juga peran nya itu?? hehheehe…. pencurinyaa kereeen yaaa… kalo disini pencuri maah pake baju paling jelek dan biasa hahahha :))
wah riku sana kai tampak bersinar sendiri di atas panggung apah lagi fotonya di blur semua, heheheh 😀
Harus bisa piano, panggilin om arman ajah deh, niar gag jadi guru TK di jepang gag apah 😀
Seru banget acaranya mbak. kalau di Indonesia ada yak legiatan seperti ini. tapi gak serutin di ajepang deh sepertinya. kalau rutin kan bisa menjadi kegiatan juga bagi ibu ibu untuk melihat anaknya tampil.
Soal guru yg bisa bermain piano keren bangrt iuh! aku satupun alat musik gak bisa deh. kecuali kerincing.. >_<
Syarat harus bisa main piano sebagai guru TK dan SD wow, pendidikan dasarnya menempatkan kecerdasan musikal sebagai dasar ya mbak.
Pemakaian atribut warna hitam untuk pemeran pencuri bersifat universal ya mbak.
Duh bangganya Kai general repetisi didampingi mama yang juga berperan sebagai asisten guru TK. Salam
Wah..sama .Suka aneh ngelihat anak kecil perempuan didandanin berlebihan sama ibunya. Tapi barangkali waktu kecil aku juga begitu ..
Syukurnya anakku juga laki dua-duanya. Jadi nggak perlu ribet-ribet kalau anak-anaknaikk panggung.
Tapi salut banget ya sama di sekolah TK itu..custom dari tahun-tahun sebelumnya bisa dijaga dengan baik,sehingga nggak perlu ongkos tinggi untuk membuatnya. Patut ditiru itu..
Satu lagi ide menarik yang bikin aku salut , kalau nayangin gambar teman-temannya anak-anak,mungkin ada baiknya memblurnya demi menjaga privacy mereka. Aku belum pernah melakukan itu.
Lucu banget liat Kai dan anak-anak TK pake kostum gitu. Emang merekanya ganteng-ganteng sih Mba Em. Hihihihi.
Dari kecil udah terbiasa performing dan diwadahi kegiatan berkeseniannya ya. Jdinya sense of art juga muncul dari kecil. Pengen Aaqil kek gitu juga Mba Em..